The Day
.
.
.
.
Aku bertemu dengannya…
.
.
.
Si malam…
.
.
.
Tanpa bintang…
.
.
.
Bagiku yang menghabiskan dua tahun pasca sekolah menengah atas dengan bersantai di rumah, setiap hari adalah hari libur. Bahkan kadang sering lupa hari ini hari apa. Kadang juga mendapat teriakan dari Ibu saat melihat tubuhku yang seolah menempel permanen dengan kasur setiap pagi. Ibu tidak pernah mengomel tentang aku yang tidak mencari kerja—atau berusaha mencari kerja—tapi melihatkuyang hanya tau tidur, makan, minum, menonton tv dan mengagumi oppa-oppa tampan, sedikit banyak membuat Ibu naik darah.
Aku memang pemalas, tapi bukan berarti aku tidak pernah bekerja dalam kurun waktu dua tahun ini. Aku pernah bekerja di toko mainan anak-anak, tapi aku tidak tahan dengan jam kerja layaknya kerja rodi itu. Belum lagi si bos yang tukang suruh dan galak. Memang sudah kewajiban pegawai melaksanakan apa yang disuruh bos. Tapi jika itu membuatku demam tinggi keesokan harinya, aku harus minta maaf karena aku tidak akan kembali ke tempat itu lagi.
Pekerjaan kedua ku di kedai sederhana milik paman Yoon. Beliau orang yang sangat baik dan perhatian pada pegawai-pegawainya. Jam kerjanya pun masih bisa diterima oleh tubuh kurusku. Aku bertahan selama empat bulan sebelum mengundurkan diri karena Ibu memintaku menemani Nenek yang sakit di luar kota.
Karena lingkungan tempat tinggal nenek yang benar-benar tidak cocok denganku, hanya dalam waktu dua bulan aku kembali ke rumah. Dan disinilah aku. Berkutat dengan netbook kesayanganku di dalam kamar. Kamar sempit yang ku huni bersama adik perempuanku yang sangat cantik jika sedang baik dan sangat jelek jika mulutnya seperti motor tua milik kakek Lau.
Aku memiliki hobi menulis sejak berada di tingkat akhir sekolah dasar. Aku mempunyai banyak ide baru yang selalu muncul setiap malam sebelum tidur dan keesokannya akan ku tulis di sebuh buku yang memang penuh dengan alur cerita baru milikku. Sudah hampir sepuluh tahun berlalu, sekarang aku tidak tau kemana perginya buku bersampul cantik itu. Aku bahkan memiliki blog pribadi untuk memposting semua tulisanku.
Beberapa tahun terakhir, aku sudah sangat jarang menulis cerita baru atau melanjutkan cerita-cerita lamaku. Aku lebih suka membaca. Aku membaca semua genre novel ataupun fiksi penggemar. Dan yang paling ku suka adalah genre action dan science fiction. Yeah, tidak ingin munafik, aku juga penggemar berat alur roman picisan yang bagi beberapa orang terlalu berlebihan. Well, tidak semuanya memiliki alur cengeng dan dramatis.
Beberapa judul cerita masih tersimpan apik di salah satu file dalam netbook hitam manis kesayanganku ini. Sangat apik. Hingga bahkan aku lupa alur seperti apa yang ku bayangkan saat pertama mengetiknya dulu. Ketertarikan ku dalam menulis benar-benar berkurang drastis. Jika aku paksa berpikir keras pun tidak akan membuahkan satu saja judul cerita. Kadang, saat ide itu muncul, aku hanya terlalu bingung bagaimana harus memulainya. Tidak ada plot.
Sempat terpikir oleh ku untuk berhenti menulis dan mengambil hobi baru. Membaca. Aku bisa menghabiskan seluruh jam malamku hanya untuk membaca satu judul fiksi penggemar dan mendapat beberapa denyutan ngilu di kepala keesokannya. Daripada buku novel, aku lebih suka membaca webnovel. Aku hampir saja merusak mataku. Oh, atau sudah.
Sebab karena itu hari ini Ibu menggedor pintu kamarku dan mengomel menyuruhku mencari kegiatan lain di luar rumah. Ibu bilang aku hanya tidak menyadari badanku yang hampir hijau—berlumut—karena terlalu lama menempel di kasur. Ibuku yang cantik sangat berlebihan.
Aku memilih mengalah dan bersiap pergi ke manapun. Entahlah. Mungkin ke rumah salah satu teman? Atau—perpustakaan kota. Aku hampir tersenyum lebar jika tidak ingat aku masih berdiri di pinggir jalan. Perpustakaan kota yang berada di seberang tempat aku berdiri saat ini benar-benar seperti Berkah-Pengusiran-Ibu. Setelah lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, aku tidak akan membuang waktu untuk menuju gedung buku novel dan fiksi itu meski harus ikut berdesakan dengan pejalan kaki lain sebelum sebuah tangan besar menahan pergelangan tangan ku dan menarikku untuk berbalik melihat tubuh tinggi menjulangnya.
Apa aku pernah berkata bahwa Lee Min Ho oppa sangat tampan?
Kalau iya, akan ku ralat. Karena aku bahkan tidak memiliki kata-kata penuh diksi yang tepat untuk mendefinisikan pria di depan ku saat ini.
Oh dear…
.
.
.
.
Tubuh tinggi berbalut kulit kecoklatan itu berlari melawan arus orang-orang yang baru saja menyebrang jalan. Bahkan rambut abu nya dibiarkan berantakan tersapu angin. Lengan panjang nya berhasil menggapai lenganku dalam satu kedipan mata. Aku berbalik kaget. Dan kemudian takjub.
Kenapa di zaman sekarang oppa-oppa tampan sangat mudah mngambil hati para gadis perawan?
Lebih dari itu. Siapa pria tampan dan tinggi ini? Aku tidak merasa pernah bertemu dengannya. Bahkan di dalam mimpi. Tubuh tinggi dengan proporsi otot yang pas, kulit kecoklatan, rahang yang tegas, iris hitam pekat yang membuatku terintimidasi.
Pendominasi.
Sekejap aku tersadar saat ia menarik pelan lenganku dan membawaku ke tepian jalan di depan perpustakaan. Nafas nya masih terdengar pendek-pendek. Telapak tangannya yang menggenggam lenganku berkeringat. Sejauh apa sebenarnya pria ini berlari? Dan untuk apa?
"Kau siapa?" tanyaku, linglung.
Kudengar ia menghela nafas. Dan detik berikutnya iris sekelam malam itu menatapku. Gurat wajahnya terlihat lelah. Jelas, dia berlari untuk mendatangiku. Tapi keputus asaan itu tidak dapat disembunyikan. Aku tidak mengerti, tapi aku tau. Guratan itu sangat familiar.
Seperti Ibuku.
Ia lelah untuk melawan keputus asaanya.
"Tolong aku.." suara berat khas pendominasi yang entah bagaimana keluar dengan lirih. "Hanya kau yang bisa menolongku…"
Iris sekelam malam…
Tanpa bintang…
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Entahlaaahhhh :v
Ini ff milik aku sendiri. Terinspirasi dari novel Lelaki Terindah.
Ada yang minat baca? Kalo ada, aku lanjutin. Kalo nggak ada, aku lanjutin juga :v
Bukannya aku sombong atau apa. Tapi aku menulis bukan karena reviewnya yang harus sekian, tapi aku menulis karena aku suka. Tapi aku bakalan lebih seneng klo ada respon dari pembaca. Itu nilai tambahan banget buat penulis amatir nan abal-abal macam saya :v
Maaf klo banyak typo. Ini nggak aku edit, soalnya punggung udah sakit banget TT
Cast? Ada di chapter depan. Judul? Belum dapet :"
Monggo yang mau kritik dan ngasih saran ^^
Tengkyuuuu :*
