Great Hall di malam itu tidak terlalu ramai, hanya tersisa beberapa di anak di setiap baris meja panjang. Ada yang sendiri sambil mengerjakan tugas, ada yang berkelompok untuk mengerjakan tugas, ada juga yang sekedar untuk mengobrol dan bersenda gurau.
Jongin misalnya, seusai makan malam berakhir dirinya tidak langsung kembali ke asrama tempat para murid Hufflepuff berada. Pemuda tan itu memilih untuk mengobrol dengan teman-temanya dari asrama lain sambil melakukan sebuah permainan.
"Giliranmu memutar botol Baekhyun!" seru Chanyeol.
Ya, seperti permainan Truth or Dare ini. Sejak tadi mereka memutar botol ramuan kosong milik Taemin dan bergiliran untuk menjawab. Botol ramuan itu berhenti tepat di depan Jongin. Spontan mereka yang duduk mengelilingi botol itu bersorak. Tidak ada alasan khusus, hanya saja sejak tadi Jongin aman.
"Jongin, truth or dare?" tanya Baekhyun sambil menaikanturunkan alisnya, seringaian tampak jelas di wajah pemuda manis itu. Jongin mengusap-ngusap rambutnya sambil tertawa, memikirkan apa yang akan ia pilih.
"Dare! Dare! Dare!"
Tidak ada dari teman-temannya yang menyarankan truth.
"Sial kalian!" balas Jongin sambil tertawa. "Oke, aku pilih dare," jawab Jongin yang disusul dengan sorakan riuh lainnya. Benar-benar mengundang perhatian sisa murid yang berada di sana.
"Apa dare yang cocok ya?" tanya Baekhyun sambil pura-pura berpikir.
"Buat dia lari mengelilingi lapangan Quidditch 10 kali!" celetuk Taemin. "Atau mengobrol dengan Moaning Mrytle!" timpal Taeyong.
"Bisakah kalian tenang sedikit?"
Di saat teman-temannya mengusulkan berbagai macam dare, sebuah suara menghentikan kesenangan tersebut. Suara yang tidak asing bagi beberapa dari mereka. Pemuda berambut coklat itu menatap datar ke arah gerombolan tersebut seraya membenarkan posisi kacamatanya.
"Dan kurasa ini sudah jam tidur, bukankah sebaiknya kalian kembali ke asrama?"
Hening untuk beberapa saat, mereka saling berpandangan. Pemuda berkacamata itu masih memandangi mereka satu per satu bak guru yang memarahi muridnya.
"Kami akan kembali setelah ini, Pref," jawab Taemin akhirnya. Orang yang dipanggil 'Pref' itu hanya mengangguk lalu berjalan melewati mereka dan keluar dari Great Hall. Jongin dan teman-temannya masih memandangi kepergian orang yang numpang lewat tadi, sampai suara Baekhyun mengalihkan mereka.
"Ah! Aku tahu!"
"Apa?" tanya Chanyeol heran.
"Dare untuk Jongin." Baekhyun menyeringai. Jongin menatap Baekhyun penasaran, menunggu apa yang selanjutnya dikatakan pemuda berambut pink cerah itu.
.
.
.
"Kenapa aku harus menyanggupinya?!" gerutu Jongin sambil menaiki tempat tidurnya.
Taemin yang masih menyiapkan buku-buku yang akan dibawanya besok hanya tertawa. "Jangan tertawa Taemin, kau harus membantuku!" rengek pemuda tan itu seraya melempar bantal ke arah Taemin. "Yah, kau sendiri yang bersedia melakukannya," jawab Taemin yang dengan sigap menangkap bantal tersebut dan mengembalikan pada pemilknya.
Jongin memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Taemin. "Setelah kupikir-pikir lagi itu cukup sulit," ujarnya. Diam selama beberapa saat dan sedetik kemudian Jongin mengerang frustasi. "KENAPA AKU HARUS MENGAJAK MAKAN SIANG OH SEHUN SI PREFEK RAVENCLAW?!"
.
.
.
To Win Ravenclaw's Heart
Story by codenameL
Sehun/Jongin | Boys Love/Romance | Chaptered
[Hogwarts!AU] Jongin yang mendapat dare untuk mendekati Sehun, prefek Ravenclaw, dalam waktu seminggu. Akankah usahanya berhasil?
Happy reading!
.
.
.
"Jongin kau kenal Oh Sehun kan?" tanya Baekhyun masih dengan seringaiannya. Jongin tersentak sekilas lalu menggeleng. "Tidak begitu kenal, selain dia prefek dan murid Ravenclaw," jawab Jongin seadanya. Baekhyun mengangguk sambil mengeluarkan gumaman yang memiliki banyak arti. Chanyeol yang duduk di sebelahnya masih memandang bingung.
"Kalau begitu..." Baekhyun menepuk pundak Jongin. "Ini kesempatan bagus bagi kalian untuk berdekatan. Dare untuk Jongin adalah mendekati Oh Sehun selama seminggu, mungkin bisa dimulai dengan mengajaknya makan siang," jelas Baekhyun sambil mengedipkan sebelah matanya. Dare dari Baekhyun mendapat sorakan riuh dari tiga lainnya, Jongin menahan ekspresinya agar tidak berubah panik.
Oh Sehun, prefek Ravenclaw yang terkenal tegas dan irit bicara kecuali akan berdebat dengan seseorang. Bagi murid asrama lain, ia terlihat susah didekati apalagi tatapan tajamnya seakan menghunus ke dalam jiwamu.
'Kau susah berkutik. Itu menyeramkan Jong!' Begitu komentar Chanyeol.
Namun, beda bagi murid Ravenclaw mereka akan selalu mengatakan bahwa Sehun tidak se-menyeramkan yang dikira.
'Asal kau tidak membuat dia marah saja,' saran dari Kyungsoo, salah satu teman dekat Sehun.
Di sinilah Jongin sekarang, berdiri di depan Great Hall setelah beberapa kali mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam. Siswa-siswa asrama lain memandang heran ke arahnya, karena sejak tadi Jongin hanya mondar-mandir di depan Great Hall.
Tujuannya hanya satu.
Pemuda berambut coklat yang duduk di barisan Ravenclaw.
Sejak tadi Jongin perhatikan, Sehun masih berkutat pada buku-buku dan lembaran perkamennya. Bahkan Sehun tidak bergerak sedikit pun selain menggerakan posisi kacamatanya yang turun. Baru Jongin sadari, jika sedang membaca atau belajar, Sehun akan menggunakan kacamatanya. Tetap saja terlihat tampan, malah makin menambah sisi ketampanannya.
Lho? Kenapa mikirnya sampai ke sana?
Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir pemikiran sesaatnya tadi.
Niatnya, Jongin akan mengajak Sehun makan siang hari ini. Namun, melihat siapa saja penghuni Great Hall, ia agak sangsi. Pasalnya, siswa-siswi yang berada di sana adalah orang yang rata-rata mengenal Jongin, Taeyong bahkan sedang duduk di barisan Slytherin sambil mengerjakan tugas. Beruntung ia belum melihat duo berisik Gryffindor, Baekhyun dan Chanyeol.
Ya, bisa dibilang Jongin gugup.
Selama Jongin bersekolah di Hogwarts belum pernah ada yang melihatnya berinteraksi dengan Oh Sehun. Selain karena mereka berada di asrama yang berbeda, mereka juga berbeda jadwal pelajaran, walaupun dalam angkatan yang sama.
"Kau sedang apa di depan Great Hall, Jong?"
Suara Kyungsoo membuyarkan lamunan Jongin. Pemuda itu berniat masuk ke dalam Great Hall, tapi langkahnya terhenti karena melihat tingkat aneh Jongin. Saat melihat kehadiran Kyungsoo, Jongin menjetikan jarinya.
Ah, kebetulan sekali.
"Kyungsoo hyung, tolong bantu aku!"
"Bantu apa?" tanya Kyungsoo sambil mengerutkan dahinya.
Jongin pun mulai menjelaskan dare yang diberikan Baekhyun dengan penjelasan singkat yang dapat diberikannya, karena sebentar lagi akan mendekati jam makan siang. Sementara itu, Kyungsoo hanya mengangguk-angguk mendengarnya.
"Jadi karena itu semalam kau bertanya tentang dia. Selamat berjuang ya," ucap Kyungsoo sambil menepuk pundak Jongin.
"Ha-hanya itu saja?"
"Memangnya apa lagi?"
"Kau tidak masuk ke dalam...hyung?" tanya Jongin sambil menunjuk ruangan besar di belakangnya. "Aku baru ingat harus kembali ke kelas ramuan, botol ramuanku tertinggal," jawab Kyungsoo segera melengang pergi.
"Yah, hyung! Alasanmu payah!"
Jongin menghela nafasnya. Lebih baik darenya cepat dia laksanakan sebelum Baekhyun tiba, tampang jahil pemuda itu lebih mengganggu daripada tampang datar Sehun.
Akhirnya, di sinilah Jongin berada.
Duduk di hadapan Sehun.
Beberapa mata memandangnya sekilas, karena ini merupakan kejadian unik yang terjadi dalam sepuluh tahun sekali. Sebagai seorang Chaser kebanggaan Hufflepuff dan orang yang supel, Jongin lumayan dikenal hampir di seluruh asrama, apalagi di angkatannya.
Para secret admirer-nya–yang jelas-jelas tidak secret, karena mereka akan datang bergerombol untuk menyapa Jongin ketika ia akan masuk kelas–mengatakan bahwa Jongin secerah matahari, apalagi senyumnya.
Sementara Sehun yang baru setengah tahun ini naik menjadi prefek Ravenclaw, terkenal dengan sifat tegas dan kepribadiannya yang misterius, menarik perhatian beberapa murid wanita untuk mengenalnya lebih jauh. Walau, Sehun tampaknya menolak mereka dengan sopan dan menganggap mereka sebagai teman sekolah saja.
"Ha-halo," sapa Jongin sambil mengangguk. Sehun memandang heran ke arah Jongin dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. "Kau sedang sibuk?"
"Menurutmu?" tanya Sehun balik sambil melirik buku-buku dan tugasnya.
Jongin rasanya ingin menjedotkan kepalanya ke meja. Kenapa ia bertanya hal yang sudah jelas sekali?
"Maksudku tidak sekarang, nanti...ya nanti!" Sudut mata Jongin menangkap kedatangan Baekhyun dari arah pintu masuk Great Hall, pemuda itu tampaknya sedang melihat-lihat ke penjuru ruangan. "Setelah tugasmu selesai!"
"Setelah ini kan makan siang," jawab Sehun datar.
"I-iya, maksudnya itu,"
"Maksudnya setelah makan siang?"
"Bukaaan, saat makan siang..."
"Memangnya kau tidak makan siang?"
Jongin merutuk dalam hatinya. Catatan, Oh Sehun tidak misterius melainkan menyebalkan!
"Maksudnya..." Jongin mengambil nafas dalam-dalam lalu menggebrak meja. "AYO MAKAN SIANG DENGANKU!"
Suara Jongin yang cukup kencang mengundang perhatian penghuni Great Hall dan seketika itu ruangan menjadi hening.
Tak lama kemudian terdengar kasak-kusuk dari bermacam ekspresi, ada yang tertawa cekikikan, ada yang senyum-senyum dan ada pula yang heran. Tampaknya Jongin juga mendengar suara lesu dari not-so-secret-admirer-nya. Sepintas Jongin dapat melihat seringaian tipis di wajah Sehun, sebelum ekspresinya kembali datar.
"Makan siang? Hari ini?" tanya Sehun seraya mengggulung perkamen tugasnya. Jongin hanya mengangguk pelan, matanya masih memandang pergerakan Sehun yang membereskan buku-bukunya. "Maaf sekali, aku tidak bisa," ucap Sehun sambil menepuk kepala Jongin pelan. Dalam sepersekian detik, Jongin yakin ia dapat melihat senyuman tipis di wajah Oh Sehun.
Prefek Ravenclaw itu melengang keluar Great Hall sambil membawa buku-bukunya, meninggalkan Jongin dan orang-orang sekitar dengan tampang heran.
Jadi...ia baru saja ditolak makan siang?
"Sabar, namanya juga cobaan," bisik Baekhyun yang ntah sejak kapan sudah berada di sebelah Jongin. Sontak Jongin memalingkan wajahnya jauh dari Baekhyun, siapa yang tidak kaget?
"Kau yang memberiku cobaan itu!" protes Jongin berjalan keluar Great Hall. "Aku sudah mengajaknya makan siang, berarti darenya sudah berakhir kan?"
"Heee? Siapa bilang?" tanya Baekhyun dengan senyum jahil. "Kau harus berhasil mengajaknya makan siang. Tadi itu sudah langkah bagus lho, Jong. Bahkan seisi Great Hall sampai tahu."
Jongin memutar bola matanya malas, sementara Baekhyun berjalan mengikuti di sebelahnya. "Kalau begitu akan kuajak dia makan dalam mimpi!"
"Yak, mana bisa aku melihatnya dalam mimpi!" gerutu Baekhyun sengit.
"Yang penting diajak kan?" balas Jongin tak kalah sengit.
Baekhyun pun merangkul Jongin seperti om-om merangkul anak muda, padahal jelas tinggi Baekhyun tidak sama dengan Jongin. Pemuda tan itu terpaksa menunduk untuk menyamakan tinggi mereka.
"Yang penting aku, Chanyeol, Taemin dan Taeyong perlu melihatnya, karena mereka yang berada di sana saat dare disebutkan," jelas Baekhyun lalu menepuk punggung Jongin. "Ini sudah hari ketiga, kau masih punya sisa waktu 4 hari lagi!"
.
.
.
Sore itu terlihat indah dengan langit berwarna oranye, cahaya matahari sore memancar masuk melalui jendela-jendela besar perpustakaan. Ruangan itu terlihat sepi, karena para murid biasanya akan menghabiskan waktu mereka di kamar sebelum menuju Great Hall untuk makan malam.
Mungkin hanya para kutu buku yang masih setia menghabiskan waktunya atau orang yang tertidur karena buaian semilir angin sore di salah satu sudut perpustakaan.
"Ck, dia tertidur."
Pemuda tan itu mengambil kacamata yang dipegang sang pemuda yang tertidur lalu meletakannya dengan rapi di meja sebelahnya.
"Tapi kalau tertidur begini kau terlihat lebih damai dan bersahabat," gumamnya seraya menunduk dan mengelus rambut coklat itu.
"Kau ingin menyerangku saat tertidur?" Sontak pemuda tan itu kaget dan segera menjauhkan tangannya, namun segera ditangkap oleh sosok di depannya. "Mau kabur ke mana, Jongin?" tanya Sehun dengan seringaian tipis.
Jongin berusaha melepaskan tangannya tapi genggaman Sehun lebih kuat. Ia menatap sebal ke arah sosok albino di hadapannya.
"Kau menyebalkan," gumamnya.
"Hm? Aku tidak bisa mendengarnya."
"Pokoknya KAU–"
Belum selesai Jongin mengutarakan kalimatnya, Sehun dengan cepat mengklaim bibir pemuda tan itu. Menciumnya dengan lembut untuk beberapa saat.
"Tidak boleh berisik di dalam perpustakaan, Jongin," gumam Sehun tersenyum, sebelum mengecup bibir Jongin sekali lagi. Sehun tersenyum puas tatkala raut muka Jongin bertambah merah.
"Menyebalkan," gerutu Jongin dengan muka memerah.
Tidak ada yang tahu kalau Sehun dan Jongin sudah lama menjalani hubungan, bahkan sebelum Sehun diangkat menjadi prefek.
Setiap sore mereka akan bertemu di tempat yang sama.
Perpustakaan.
Hanya untuk menyalurkan rasa rindu mereka. Di tempat ini juga, pertama kalinya Sehun dan Jongin bertemu saat mereka menjadi murid tahun ketiga di Hogwarts. Memang tidak ada kesepakatan tertentu, tapi Jongin dan Sehun memilih untuk merahasiakan hubungan mereka, bahkan dari teman terdekat mereka.
"Oh, jadi itu dare dari Baekhyun?" tanya Sehun sambil memainkan jemari Jongin, sementara sebelah tangannya masih memangku dagunya, menyimak cerita sang kekasih dengan tatapan lembut.
"Batas waktunya seminggu," balas Jongin sambil mengerucutkan bibirnya. "Kenapa juga tadi kau menolak, huh!" Jongin menghempaskan tangan Sehun pelan.
"Kukira tadi kau salah minum ramuan," ucap Sehun sambil tertawa pelan.
"Mana mungkin...pokoknya kau harus membantu!"
"Kalau tidak mau?"
"...kita putus."
"Ancamanmu gawat juga."
Jongin menyeringai berharap kekasihnya setuju untuk membantunya.
"Tapi..." Sehun menepuk kepala Jongin pelan, menatap kekasihnya itu lekat-lekat. "Aku tidak mau membantu."
"Apa?!" Jongin membelalakan matanya kaget.
"Dare dari Baekhyun sepertinya menarik, aku tidak sabar menanti ajakan makan siangnya."
"Kau pasti akan menolak dengan berbagai cara!"
"Kalau begitu..." Sehun menangkupkan kedua tangannya di sisi wajah Jongin, "win my heart again, will you? Kau sudah berhasil melakukannya sekali, bukan?"
Mereka berpandangan untuk beberapa saat. Jongin dengan tampang sebalnya dan Sehun dengan senyuman hangatnya.
"Apa ini dare juga?" tanya Jongin sambil memanyunkan bibirnya. Sehun tertawa pelan melihat ekspresi Jongin. Catatan, senyum Jongin memang secerah matahari, tapi kau tidak akan sering melihatnya begitu menggemaskan seperti saat ini.
"Ya, bedanya aku akan mengabulkan apapun yang kau minta," angguk Sehun.
"Beli peliharan baru di Menangerie! Ya, ya, ya?" tanya Jongin antusias seketika.
Masih dengan tawa pelan Sehun memeluknya kekasihnya itu dengan erat, waktu bersamanya adalah yang paling berharga. Sore itu makin telihat indah bagi Sehun dan Jongin.
.
.
.
to be continued
A/N: Saya kembali~~ (?) kangen nulis mereka lagi sekalian menghilangkan writeblock ;-;
Cerita ini diusahakan tidak akan late update, tapi jangan lupa meninggalkan jejak :') review kalian itu kayak penyemangat buat saya nulis
Anyway, thank you for reading!
Anyway (lagi) kalau ada yg punya wattpad dan suka cerita2 slain fanfic bisa cek juga di sana (atskyfalls) heheheheh /)_(\
