30 Days

by Takatsuki Zhen

Kuroko no Basuke Tadatoshi Fujimaki

AkaKuroMayu

Drama, Romance, Angst, Komedi

Warning!

Yaoi/Homo, AU, OOC, Typo, Non baku jika diperlukan, Angst gagal.

.

.

Prologue

.

.

"Kau senang dengan hadiahku ini, Kouki?"

"A-haha... Aku senang sekali. Terimakasih untuk hadiahnya, Akashi-kun. Aku mencintaimu. Chuuu~"

Deg!

"Akashi?" Gumamku. Aku segera menoleh ke sumber suara yang terasa sangat familiar untukku.

Deg!

Aku membelalakan mataku tak percaya. Lelaki scarlet itu, Akashi Seijuuro, dia adalah kekasihku. Tetapi mengapa dia berada di sini dan bercumbu dengan orang yang juga kukenal, Furihata Kouki.

Penghianatan!

Jantungku seakan diremas hingga hancur ketika melihat pemandangan yang memilukan itu. Seperti dihujam ribuan jarum yang kemudian melubangi hatiku, rasanya menyesakkan, tubuhku lemas bagai guguran daun tak berguna yang terhembus.

Tak terasa tetesan air keluar dari sudut mataku, mengalir di pipiku meninggalkan jejak kepedihan.

Di sini, di taman hiburan yang penuh hiruk-pikuk dan lalulalang orang-orang, tidak perduli wajah-wajah itu menatapku heran, walaupun seharusnya yang lebih pantas dilempar tatapan itu adalah kedua laki-laki yang tidak punya malu sedang bercumbu di tengah keramaian.

"Tetsu-kun, ada apa?" Tanya seorang gadis bohay bersurai peach yang berdiri beberapa langkah di belakangku. Momoi Satsuki, ia adalah sahabatku. Ia menoleh kepadaku dan segera tahu apa yang mencuri perhatianku.

"Tetsu-kun," ucapnya khawatir.

"Pantas saja kuajak pergi bersamaku dia tidak mau, ternyata dia pergi bersama orang lain." Aku menghapus air mataku lalu menghampiri kedua laki-laki yang masih asyik bercengkrama. Tak bisa ditahan, amarahku siap meledak.

"Tetsu-kun!" Momoi-san menggengam pergelangan tanganku cukup erat berusaha untuk menahanku, aku menyentaknya tak perduli.

"Hehh ... Kau begitu manis dengan wajah seperti itu." Goda beberapa pria yang berpapasan denganku.

Aku melemparkan handphone-ku ke arah mereka, serentak mereka terkejut melihatku. "Sei-kun! Kau brengsek!" Tatapan orang-orang di sekitar mulai berdatangan ke arah kami, aku tidak perduli langsung saja aku meledakkan amarahku.

"Jadi kau menolak pergi bersamaku karena ingin pergi bersamanya? Sejak kapan kau menduakanku, Sei-kun?" Aku memukul lengannya sebisaku, menyalurkan kesakitan ini pada pukulanku. Tetesan air mata kembali menderas. Furihata-kun hanya menundukan wajahnya, sedangkan Sei-kun berusaha menenangkanku.

"Tetsuya, aku—"

"Kenapa kau begitu jahat, Sei-kun? Ah, Akashi-kun!"

"Jangan memanggilku begitu, Tetsuya. Maaf, akan aku jelaskan." Akashi-kun berusaha mencengkram pergelangan tanganku, memaksaku untuk mendengarkannya. Aku sangat ingin memberontak, tidak ingin mendengarkan kata-katanya yang membuatku bertambah sakit.

'Apa dia bosan bersamaku? Apa aku tidak lagi menarik?'

"Jelaskan itu jika aku mati, Akashi-kun!" Aku menghentakkan tangannya sekeras mungkin dengan sisa tenanga yang kumiliki. Lekas beranjak menjauh darinya, berlari tanpa arah seraya tanganku terus menutupi bibir, mencegahnya terisak. Air mata terus saja menetes tanpa henti dan hatiku tidak lagi dapat merasakan kenyamanan ataupun ketenangan.

"Hey, Tetsu-kun." Teriak Momoi-san mengejarku.

"Kasihan sekali, laki-laki semanis dia harus menangis. Jika aku menjadi pacarnya, aku akan membuang pacarku saat ini," ucap seseorang yang baru saja kulewati, setelahnya ia mendapatkan gamparan dari orang di sebelahnya.

*30-Days*

"Apa yang salah dariku? Kenapa dia menduakanku dengan Furihata-kun? Apakah Furihata-kun lebih baik dariku?" Tukasku kesal. Tak terasa aku telah sampai di parkiran mobil, langsung saja aku menaiki mobilku dan tancap gas dengan kecepatan yang terus meningkat, mengemudikannya tanpa arah. Aku tidak perduli lagi ditilang atau bahkan dijebloskan ke penjara karena melanggar rambu-rambu lalulintas, hatiku telah terlanjur hancur.

"Kau mengecewakanku! Hiks~ Padahal, aku mencintaimu, Akashi-kun," ucapku dalam tangis.

"Tidakkah kau mencintaiku dengan tulus? Kalau bukan kau, lalu siapa? Siapa yang mencintaiku dengan tulus?" Emosiku telah memuncak. Tak sadar aku menginjak pedal gas semakin dalam.

"Kami-sama, bisakah Kau kirimkan aku malaikat-Mu? Dan tunjukan jalan yang memang Kau pilihkan untukku."

Tak sadar, laju mobilku menggila. Membelah jalan dengan kecepatan tinggi. Teriakan, makian dan cacian terpantul pada kaca sepion dari wajah-wajah penuh amarah, dan beberapa polisi pun mulai mengejarku di belakang diikuti dengan sirine yang menyalak. Tepat di hadapanku, terlihat perempatan jalan raya, lampu rambu menunjukan warna merah, banyak sekali mobil-mobil yang berlalu-lalang dari arah yang berbeda. Refleks aku menginjak pedal rem, tetapi rem mobilku tidak berfungsi.

"Heh? Bagaimana ini? Remnya blong!" Sungguh, aku panik. Berkali-kali aku menginjak pedal rem, mobilku tak kunjung melambat.

"Aku memang tidak perduli pada polisi, tapi kalau soal nyawa banyak orang urusannya beda lagi."

"YAHOOOO~"

Entah, apa karena keadaanku yang sedang panik atau aku memang mendengar seseorang berteriak girang di sebelahku.

"Nikmati saja-ssu." Seketika aku menoleh ke sumber suara, dan terbelalak ketika aku melihat pemuda bersurai kuning tengah tersenyum cerah ke arahku.

Tiba-tiba saja sebuah mobil truk datang dari arah kanan dengan kecepatan penuh dan menghantam mobilku, kecelakaan pun tak dapat dihindari.

"HWAAAAAAAAA..."

CIIITT ... BRAKK!!!

Mobilku terseret beberapa meter sebelum akhirnya terguling.

Pandanganku memudar, tubuhku tak dapat lagi digerakkan. Sebelum benar-benar kesadaranku menghilang, aku melihat seorang pria bersayap kuning senada dengan surainya berada di sampingku, menatapku dengan senyum lebar menawan yang tak dapat diartikan.

"Permohonanmu terkabul-ssu," Ucapnya riang. Pria itu mulai mengabur, digantikan dengan pancaran cahaya kuning yang menyilaukan dan kesadaranku pun kian menghilang.

To Be Continued

Semoga suka dengan fik ini, ya.

Mohon follow, favorite jika suka. Dan beri kritik dan saran jika ada yang kurang berkenanTerimakasih banyak.