Walking Deads Shock
A Shingeki no Kyojin Fanfiction
Disclaimer : Shingeki no Kyojin punya Hajime Isayama
Rate : T
Genre : Parody/Fantasy
Chara : Levi, Petra, Hanji
A/N: semi canon,ooc, AR, badai topan kecil
Summary
Squad Levi yang seharusnya sudah gugur tiba - tiba kembali ke markas Scouting Legion dalam keadaan utuh. Tapi … faktanya kedatangan mereka membuat kekacauan di markas (Remake fic tahun 2014 berjudul sama)
Chapter 1 : Those Walking Deads Arrive
.
.
.
"TENG!TENG!TENG!"
Sore cerah itu lonceng yang ada di gerbang Karanese kembali mengulang dentangnya setelah lewat waktu 12 jam. Warga sipil yang berada di sana sudah hafal pertanda itu, bahwa pasukan pengintai, pahlawan harapan mereka akan pulang membawa kemenangan yang menjadi hasrat umat manusia. Maka untuk menyaksikan hasil apa yang akan dilaporkan, hampir semua orang bergumul datang merapat ke arah gerbang.
Gerbang itu terangkat pelan sampai sempurna terbuka. Dan sosok yang pertama tampil adalah seorang pria berperawakan besar tinggi di atas kudanya, komandan Erwin Smith. Kemudian di sisi sampingnya ada seorang laki - laki dengan tampilan yang cukup kontras jika dikomparasikan dengan Erwin Smith dalam hal fisiknya, dialah yang dipanggil Levi dengan tubuh pendek kurusnya juga sama menunggangi seekor kuda.
"Komandan Smith!" pekik salah seorang masyarakat
"Corporal Levi!" yang lain tak kalah antusias.
Tetapi rasanya sorak riang mereka menjadi sesuatu yang tidak pada tempatnya waktu itu. Jika menyesuaikan dengan mimik yang terpahat di wajah Erwin, Levi, maupun anggota pasukan lainnya, tentang segala peristiwa yang terjadi seharian tadi. Sepertinya tidak perlu diusut, Dari bayangan mata mereka yang redup mengartikan kekalahan mereka peroleh. Kalau tak bisa melihatnya dari pasang - pasang mata itu, maka silakan lihat berapa banyak jiwa dan tubuh yang mereka bawa pulang saat itu.
"Komandan Smith, apa maksud semua ini? Apa artinya pulang dengan kegagalan?"
"Berarti misi kali ini sia - sia kan?"
"Komandan Smith jawab kami!"
masyarakat mulai berkoar menyatakan kekecewaan mereka. Erwin yang sudah stress dan lelah, memilih untuk diam dan lempeng di atas kuda putihnya.
Menilik keadaan sang kopral di sisinya, Levi rupanya sedang dibajak (?) oleh seorang pria paruh baya yang datang dari arah yang tidak diketahui. Beliau adalah ayah Petra, ayah dari salah satu anggota squadnya yang gugur di medan tempur.
"Anda pasti kopral Levi yang memimpin putri saya dalam squad anda... Apakah anda melihat putri saya di mana? "
melihat Ayah Petra, Pak Ral rasanya Levi agak miris sehingga terus - terusan mengunci mulutnya, memilih untuk menjawab setiap pertanyaan Pak Ral hanya dalam hati.
"...Beruntung sekali putri saya bisa berada di sisi anda, dalam tim anda. Dia senang sekali sampai - sampai tak satu minggupun ia tidak menulis surat kepada saya. Semuanya pasti tentang pekerjaannya dan juga anda..."
"Begitu ya?" batin Levi sedih, mengenang Petra, membayangkan surat – suratnya isinya apa saja. Kepada papa mertuanya ini, Apa yang dikatakannya?
"Petra banyak bercerita tentang anda, katanya kopral Levi adalah laki - laki paling tampan dalam timnya..."
Entah mengapa Levi merasakan efek bling – bling melayang di sekitarnya, abaikan aura kematian yang merundung di sekitarnya. Levi adalah suatu kontradiksi
"suka mengenakan cravat di kerahnya seperti seorang bangsawan..."
Levi membusungkan cravat kebanggannya.
"dan wajahnya babyface... Maka dari itu saya bisa langsung mengenali anda!"
Huwaaatt?
Egila... babyface dari zimbabwe! Mantan pembunuh gini dibilang babyface? Demi kentut titan kolosal!
Segitu indahnya kah gambaran kopral tercinta di mata gadis itu, sampai guratan – guratan luka bekas pertempuran masa lampau ini kabur dari pandangannya? Muka evil gini dibilang babyface
"Dan katanya anda akan melamar Petra, saya senang sih mendengarnya tetapi saya rasa Petra itu masih terlalu muda dan kurang berpengalaman jika menjadi seorang isteri nanti."
Aih... restu dari papa mertua sudah terkantongi, namun apa guna jika sang pengantin telah tiada
Levi meringkuk sedih di dalam batin.
Sekarang lupakan tentang Erwin yang terus dikritik dan Levi yang diinterogasi mantan calon mertuanya. Di belakang mereka adalah sisa pasukan yang masih hidup dengan sorot mata yang jauh luar biasa suram dan menyeramkan. Layaknya parade mayat hidup berjalan. Hari itu mereka sangat lelah dan tertekan karena menghadapi hal seperti menyerempet ajal, menonton keganasan titan dan menyaksikan rekan yang gugur di depan mata. Semuanya terjadi dalam beberapa jam yang singkat. Betapa beratnya penderitaan mereka itu.
Dan di antara mereka yang sangat mencolok yaitu pemuda yang sedang di angkut gerobak menangis terisak dengan lengan tangan menutupi matanya.
"Itu bocah ngapain mewek gitu?" komentar seorang warga sipil.
"Melihat Eren menangis, rasanya aku juga ingin menangis..." kata Mikasa, saudari angkat Eren sok baper, dengan maksud ngebelain. Digenggamnya erat sebelah tangan Eren.
"Melihat Eren mengangis, kenapa tokoh utama SnK secemen ini?" ledek Jean
Dibalas tatapan yang berarti, "sampai markas nanti bakal gua bikin lu nangis darah dua hari dua malam, mampus lu!"
Oleh Mikasa
Jean kicep.
at Scouting Legion Basecamp
"Eren akan kita serahkan kepada polisi militer." Erwin angkat bicara dalam rapat kecil yang berisi beberapa petinggi pasukan Scouting.
"Yah... Mau bagaimana lagi? Menurut ketentuan yang kita buat saat pengadilan militer Eren, pasukan pengintai akan menerima Eren sebagai anggota untuk merebut dinding Maria dengan kekuatan titannya dan ke rumah Eren di Shiganshina untuk mencari rahasia tentang Titan. Tetapi kita bahkan sebelum melaksanakan misi itu, misi menangkap titan wanita gagal dengan nista. Sudah tentu Eren akan mereka ambil." komentar Nanaba.
"Sekarang kira - kira apa ya pandangan orang - orang itu terhadap kita?"
"Apa menurut kalian ini semua benar - benar gagal total?" Erwin tiba - tiba menyela, menampik semua komentar pasrah dari bawahannya
"Maksud Danchou?"
"Secara kasat mata mungkin memang kita gagal tetapi kita masih menyimpan kartu as yang tersembunyi."
"Kau punya rencana?" tanya Levi
"Baru dimulai..." Erwin menjawab takzim "Seorang dari anggota trainee 104 bernama Arlert, sepertinya ia mengetahui sedikit petunjuk tentang titan wanita itu."
"Arlert?"
Erwin mengangguk pelan
"Seharian besok akan kubentuk tim penyelidikan terdiri dari aku, Mayor Hanji, Arlert, dan seorang kadet lagi yaitu Ackerman."
"Cukup hanya sehari?" yang lain meragukan
"Tentu saja, lagi pula waktunya sudah mendesak. Dalam tiga hari lagi Eren akan pergi ke tembok Sina, bersama aku yang dipanggil oleh pimpinan tertinggi militer." jelas Erwin.
"Erwin-Danchou!" tiba - tiba pintu ruangan didobrak keras sehingga menjeblak terbuka. Sontak seluruh anggota rapat terkejut.
"Apa - apaan kau, sialan..." Levi menatap tajam orang itu.
"a-a-ano, maaf beribu maaf mengganggu Heichou, ada kabar penting baru saja datang." ucap sang prajurit terbata - bata
"kabar apa, bicara yang jelas!"
"Itu... Mereka... Para anggota squad anda, Eld Gin, Oluo Bossard, Gunther Schultz, dan Petra Ral... Baru saja tiba di markas, mereka kembali!"
Seketika itu semua orang membelalakkan matanya.
"APAAA?"
"Mereka kan sudah meninggal dalam ekspedisi kemarin?" kata Nanaba
"Ya, jangan bicara yang bodoh begitu! Lelucon itu buruk sekali." Levi maju dan hendak melayangkan fabulous kick-nya tetapi buru - buru orang penyampai berita itu mengelak.
"Kalau tidak percaya silakan melihat di aula kastil. Saya permisi!" kemudian ia pergi.
Selang beberapa waktu kemudian terdengar suara yang makin riuh dari lantai satu, dan sekelompok petinggi itu segera memutuskan untuk turun ke bawah.
"Kau tidak turun, Levi? Hanji?" tegur Mike kepada dua orang yang masih terpaku pada tempatnya.
"Oh, ya!" Levi segera maju meninggalkan Hanji yang belum juga bergerak.
"Hanji-san, anda kenapa? Sejak mendengar kabar tadi sepertinya anda terlihat shock berat?"
wajah Hanji terangkat kaku ke hadapan Mike.
"Eh, begitu? Maaf.." kemudian ia langkahkan kakinya dengan berat. Tetapi sebelum berlalu dari sana, Mike sekilas mengendus aroma tubuh Hanji.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku mencium bau yang mencurigakan. Bau ketakutan!"
"Ap-apa? Takut?"
"Sudah jelas kan?" Mike mempertegas, "Kau seperti sedang menyembunyikan sesuatu?"
"Tidak, Mike-san sok tahu!" elak Hanji
"Jangan bohong, kebohongan itu seperti seorang murid ceroboh hendak datang ke sekolah, tetapi lupa bahwa kaus kakinya masih basah. Sudah disetrika sampai setrikaannya somplak tak kering juga, dikipasin pakai kipas angin sampai udara satu rumah terkontaminasi, menyebabkan satu keluarga mabok tak kering juga. Akhirnya dia memaksa untuk memakai kaus kaki yang masih basah itu, meskipun geli – geli basah gimanaaa gitu. Dia pikir dia tidak akan ketahuan memakai kaus kaki apek itu, tetapi setelah beberapa jam dia duduk di kelas itu, akhirnya seantero kelas bisa cium itu bau bacin... dan disetraplah itu murid sengklek dengan dakwaan mengganggu kondusivitas kelas dengan bom bau level sempak eh... c4..."
Hanji sampai ngantuk setengah mati menunggu Mike menyelesaikan perumpamaan sablengnya.
"Hentikan itu, aku paham... aku paham...! aku turut prihatin dengan kenangan masa sekolahmu yang buruk."
"Kok tahu?"
Jelas sekali tergambar di wajah Mike, bisa dibilang sejelas baliho cabup di depan bale desa.
"Baiklah, kuganti perumpamaannya..."
"Staph et, Mikey! Aku nggak mau baper karena perumpamaan anehmu yang lain, yang kau dasarkan pada masa lalumu! Aku akan cerita yang sebenarnya"
"Petra? Eld? Gunther? Oluo? Kalian masih hidup?" batin Levi ketika ia lihat anggota squad-nya masih utuh secara ajaib, sedang dikerumuni beberapa pasukan Scouting yang antusias.
Ia ingin mendekat, dengan berlari mungkin... tetapi langkahnya sangat berat, dengan segala pikiran yang berputar yang memberikan beban kepada seluruh tubuhnya. Maka ia hanya berjalan pelan. Sambil menata kembali perasaannya.
"Tapi bagaimana?"
"Wah, Eld-senpai! Yokatta ne, anda sekalian bisa selamat." kata seorang tentara di kerumunan itu.
"Sungguh luar biasa! Bagaimana bisa senpai?" yang lain bertanya
"Mmm... Yang kami tahu, waktu itu kami pingsan di sebuah padang tandus yang luas dan ternyata hari sudah malam…. dan kami ditinggalkan sendirian tanpa kuda, harus berjalan agar sampai kemari." keluh Petra
"Ya, syukurlah kami dalam perjalanan selamat dan hanya bertemu dengan beberapa titan yang anehnya tidak menggubris keberadaan kami. Ajaib ya?" timpal Oluo
seluruh tentara tercengang ria mendengar uraian Oluo
"Petra... Bukankah waktu itu tubuhmu ditendang titan wanita sampai patah tulang belakangmu jadi dua? Gunther... Bukankah kau waktu itu mati tergantung dengan luka tebasan cutter blade? Oluo? Eld? Aku melihat kalian saat tubuh - tubuh kalian yang di atas pedati kemudian dilemparkan agar menjadi umpan untuk titan sehingga kami bisa menghindar dari kejaran mereka. Aku melihatnya... Jadi bagaimana bisa? Apakah aku sedang bermimpi? Ini mimpi yang menyakitkan!" Levi menatap bingung empat orang prajurit Scouting yang merupakan bawahannya itu.
"HEICHOU!" teriak empat serangkai itu ketika melihat bahwa kopral mereka ada di sana, melihat dari jarak agak jauh dan berlari memeluknya... Atau mungkin menubruknya sampai jatuh.
"Beneran nih? Ini mimpi?" gumam Levi.
"Tentu tidak, Heichou!" jawab Petra over-excited. Levi mengusap dahinya gelisah.
…
"Heichou, apa sentuhan tangan ini tidak terasa nyata?" Petra mengambil telapak tangan Levi untuk digenggam, disahuti batuk cantik oleh trio cowok yang lain.
"Dingin?" ucap Levi bingung.
"Eh, ini... Aku tidak tahu kenapa. Mungkin karena udara dingin di luar tadi jadi begini."
Levi memandangi bola mata Petra sangat dalam, menyebabkan gadis berhelai rambut karamel itu salah tingkah.
Mencoba mencari celah mimpi.
Tetapi sepertinya tidak salah kalau ini memang kenyataan.
Levi membalas genggaman tangan Petra dengan menangkupkan jari - jarinya
Lalu...
"Mandi sana, kalian semua!" perintah Levi dengan wajah yang mendadak mengerut.
"Heee?"
"Kalian sudah dari kemarin belum mandi kan? Hidungnya Mike bisa nyungsep ke dalam nyium bau kalian nanti." Kemudian bangkit berdiri dan berlalu dengan bengisnya.
"Heichou jahaaa~at!" teriak secara kompak
"Jadi itu pikiranmu?" Mike berbicara sambil mengiringi langkah Hanji.
"Ehm.. Begitulah. Bukankah terlalu ajaib orang yang punya luka separah itu bisa tetap hidup? Jadi tentang bagaimana mereka bisa selamat mungkin..."
"Dengar Hanji, aku bukan orang yang percaya dengan tahayul semacam itu, yang biasa ada dalam karangan fiksi. Menurutku itu konyol!"
"...JADI ZOMBIE?"
To Be Continued
