Boyband Wannabe

Summary: tenyata pengaruh televisi sudah membuat otak Vongola Primo kita semua rusak dan dia berencana untuk membuat…..boyband?

Rating: K+

Pairing: allxG

Disclaimer: KHR milik Amano Akira. Fic ngaco ini punya saya.

Warning: OOC tingkat dewa, abal, alay, gaje, garing tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, dapat menimbulkan kebosanan, mual, muntah dan stress ringan. Don't like don't read!

.

.

.

Halo semuanya! Saya Author baru disini dan mencoba mengadu nasib di fandom KHR. Ini Fanfic pertama saya, jadi maaf ya kalo jelek

.

.

.

.

Disuatu petang yang indah seorang anak SD bertampang uke yang lebih dikenal dengan sebutan Dame-Tsuna sedang asyik menonton Ultraman Gaia versus Wiro Sableng the movie (what the hell! Film macam apa ini?) dengan sangat serius, sampai matanya berbinar-binar. Acara ini sudah dia nanti-nantikan sejak tadi, dan film ini konon kabarnya sedang ngetrend dikalangan anak SD Namimori. Saat adegan Wiro Sableng melemparkan kapak andalannya kearah Ultraman Gaia, adegan itu terpotong. Tergantikan oleh iklan sebuah minuman bersoda. Tsuna menoleh, dan ingin siapa yang telah mengganggu acara sakralnya menonton film nista tadi.

Tak lain tak bukan adalah kakaknya, Sawada Ieyasu, atau lebih dikenal dengan sebutan Giotto. Cowok pirang itu menguasai remote TV dan mengganti channel-nya secara cepat, dan berhenti pada sebuah tayangan dimana ada seorang cewek cantik dengan gaun melambai-lambai. Backsound seramnya nggak nahan, wajah si presenter yang menyon-menyon lengkap dengan intonasi yang terlalu ditekankan.

"pemirsa!" si presenter membuka acaranya. "benarkah ini adalah akhir dari duet maut antara Anang dan Syahrini? Lantas benarkah ada sesuatu dibalik bubarnya hubungan mereka?"

Lalu tiba-tiba Giotto berteriak. "ka-san! Anang-Syahrini bubaaaar!"

Lalu dari dapur muncullah perempuan manis dengan rambut cokelat sebahu, duduk disebelah Giotto dengan badan condong—secondong atlet lari 30km, menyimak berita dengan sangat serius. Tsuna, yang merasa haknya direbut cuma bisa memble ala ikan lele dengan muka bete. Iyalah, siapa juga yang seneng lagi asik nonton kartun malah dipindah infotaiment?

Nyebelin.

"Gio-nii! Kok dipindah siiiih?" Dame Tsuna protes pada kakaknya.

"kebanyakan nonton TV itu nggak bagus buat otakmu. Belajar sana."

"tapi Gio-nii juga nonton TV!"

"Tsuna kan masih kecil, belum tahu yang mana yang baik untuk ditonton atau tidak. Lebih baik kamu belajar sana yang rajin. " Ucap Giotto dengan bijak.

Tsuna kecil berpikir sejenak "nanti kalau aku sudah sebesar Gio-nii, aku boleh nonton TV sepuasnya?"

Giotto tertawa. "iya, iya. Sana, belajar yang rajin."

Lalu Tsuna pergi kekamarnya, membuka buku matematika dan mulai belajar. Sementara Giotto duduk selonjoran disofa sambil cetak-cetek channel TV mana yang enak ditonton.

.

.

.

Ayo ayo semua, makan so n*ce

Ayo makan so n*ce

Oh…ya, S***H suka makan so n*ce…

Oke, itu mungkin cuma iklan makanan cepat saji biasa. Namun bukan itu yang menarik perhatian Giotto. Tetapi bintang iklannya.

Cowok-cowok kece yang nyanyi sambil nari-nari, atau bahasa gaulnya—boyband.

Dari dulu ia ingin sekali terkenal, masuk TV dan jadi superstar. Dulu ia punya band bernama Vongola. Giotto jadi vokalis, lalu G dan Lampo jadi gitarisnya. Knuckle yang cukup bersemangat ditempatkan di posisi drummer, dan Asari—yah, dia jadi peniup flute (authornya nggak tahu pemain flute itu disebutnya apa #plakk#). Sebenarnya Giotto ingin Alaude memainkan bass dalam band itu, tapi dia menolak. Dan daemon spade? Tinggalkan. Lebih baik orang jenis begituan nggak usah diajak atau bakal mendatangkan aib tujuh turunan. Nggak, makasih.

Namun sampai sekarang mereka tak kunjung terkenal. Mengapa? Apakah yang kurang? Vokalis kece dengan suara yang aduhai merdunya? Ada! Gitaris jago dengan skill dewa? Ada juga! Drummer yang (kelewat) semangat? Uhm…ada. Bahkan ada pemain flute-nya. Apa yang kurang?

Bukan, bukan kurang. Lebih malah.

Konon kabarnya setiap mereka manggung, si semang-

"nufufufu….katakanlah kalau kau berani" #ditodong scythe# Oke, ganti.

Si daemon ini selalu datang tak diundang keatas panggung dan mengaku-aku sebagai vokalis cadangan, dan mulai menyanyi secara liar.

Suara? Kabarnya selevel dengan bom bali dua.

Dan aksi-lempar-poni-semangka-nya-yang-sangat-berbahaya-lah yang paling menakutkan. Terakhir kali mereka manggung—dan benar-benar yang terakhir disalah satu mall elite ditengah-tengah daratan Zimbabwe, daemon datang merebut mic dari hadapan Giotto yang lagi asoy-asoynya nyanyi, dan mulai menunjukkan kebolehannya (atau aibnya).

"I need somebody to looooovvveee, uoooo hooo." Begitulah bunyinya menurut penuturan saksi mata. daemon menyanyi, pake lempar poni, lagu Justin Bieber pula.

Seluruh benda terlempar seakan-akan ada Badai Tornado yang menerjang. Langit mendadak kelam dan gemuruh halilintar menggelegar. Hujan es turun ditengah padang pasir yang panas dan semua orang berlindung dibalik punggung Knuckle.

"Ini akhir dunia! TIDAK! TUHAN, SELAMATKAN KAMI DARI AMUKAN LUCIFER BERKEPALA SEMANGKA ITU!"

.

.

.

.

.

Esok harinya, Giotto mem-BBM semua teman-temannya—berusaha mencari umat….eh, SALAH! Mencari partner untuk ber-boyband-ria bersamanya. Pengennya sih orangnya banyak sekalian, biar kayak Suju. Tapi lihat nanti saja. Giotto cukup terkejut ketika melihat Tsuna masuk kekamarnya tanpa mengetuk dulu.

"ng? Ada sesuatu yang gawat, Tsuna?" tanyanya bingung.

"teman-teman Gio-nii semuanya ada didepan rumaaah. Mereka, banyaaaak sekali!" ucap Tsuna dengan gaya khas anak SD-nya.

"tidak apa, Tsuna. Aku yang menyuruh mereka semua kesini." Giotto tertawa, membukakan pintu depan untuk teman-temannya. Lalu mengabsen mereka semua satu-satu.

G, Asari, Lampo, Knuckle, Alaude, Dino, Byakuran, Lussuria, Xanxus bahkan Cozart mau datang jauh-jauh kesini. Hebat.

"nufufufufu…." Ada suara-suara ghaib dari balik semak-semak. Giotto merinding, namun ia berusaha tidak peduli.

"ada apa kau mengumpulkan kami semua disini, Giotto?" tanya G.

"yare-yare, aku sedang sibuk." Lampo memanyunkan bibirnya.

"tidak bisa lama-lama, Herbivore." Alaude menyela.

"hey, sampah! Cepat katakan apa maumu." Xanxus ikutan nyela. Kayaknya dia lagi bete.

"oke, semuanya. Tujuanku mem-BBM kalian semua datang kesini adalah….ah! Lebih baik kita masuk dulu." Giotto membukakan pintu, menyuruh teman-temannya masuk dan menyuguhkan mereka minum. Setelah semuanya tenang, Giotto menarik nafas. Tangannya lumayan gemetaran. Ini keputusan besar, bahkan jauh lebih menegangkan ketimbang ijab kabul jika kau ingin menikahi daemon spade.

"nufufufu….author bodoh tidak tahu diri."

"nih!" #Author berdiri# "mau tahu apa lagi? Jongkok, duduk, tengkurep, nungging, guling-guling?"

Oke, abaikan silang sengketa yang tadi. Kita kembali ke laptop, eh! Maaf salah naskah. Ehm….

Kembali ke rumah keluarga Sawada.

Semua diam. Menunggu cowok pirang bertampang uke ini mengeluarkan sepatah kata.

"teman-teman. Aku tertarik ingin buat boyband."

Krik.

Semua membeku.

Bukan, bukan karena di-zero point breakthrough. Melainkan karena ucapan Giotto sangat-sangat

Absurd.

"bo…boyband?" ucap mereka semua serempak seperti paduan suara.

"iya. boyband. B-O-Y-B-A-N-D." ulang Giotto. "jadi, ada yang mau ikut?"

"nggak." semua masih serempak menjawab. Giotto sweatdrop.

"a…ayolaaah! Kalian nggak mau famous, banyak uang, jadi superstar jalan di red carpet dan mejeng di Hollywood?"

G menggaruk pipinya yang tidak gatal. "m..mau sih. Tapi masalahnya, punya pilihan lain, nggak?"

"mau apa lagi, G? Ngeband? Apa kau tahu apa yang dilakukan daemon spade pada band kita?" sela Giotto berapi-api.

"ikuuuutttt~~~" Byakuran mengacungkan tangan tanpa dosa. Semua nganga bagaikan mujaer keluar dari aer.

"kayaknya asyik, nih. Aku ikut jugaaa!" Dinopun mengangkat tangannya juga.

"sebenernya sih nggak kepengen. Tapi aku nggak enak denganmu, Giotto. Aku ikut, deh." Cozart mengangkat tangannya dengan pasrah.

"Hollywood? Idemu menarik, sampah! Aku ikut." Semua jawdrop. Masuknya Xanxus diluar dugaan semua orang.

"ara mou~, aku nggak bisa nyanyi. Aku jadi koreografer aja deh." Lussuria mengangkat tangan juga.

"mohon bantuannya, Lussuria-san." Giotto dan tiga orang lainnya (except Xanxus) membungkuk didepan Lussuria.

Giotto melirik sisanya. G, Asari, Alaude, Knuckle dan Lampo. Mereka semua menyilangkan lengan didepan dada, membentuk huruf X

"tidak." jawab mereka serempak seperti prajurit tamtama (halah, mentang-mentang Alaude polisi)

"yare-yare, membosankan." Lampo mengemukakan alasannya.

"terlihat idiot, herbivore." Ketus Alaude.

"aku nggak bisa nari, nyanyi sambil niup flute bersamaan de gozaru. Maafkan aku, Giotto-dono." Asari menggaruk belakang kepalanya.

"me…..mestinya tidak selebay itu, Asari." Giotto sweatdrop.

"maafkan aku, Giotto. Aku tidak berbakat disini." G menggeleng.

"ini terlalu extreme." Knuckle mengiyakan ucapan G.

"nufufufufufu…" terdengar tawa mesum yang khas. Lalu semilir angin dingin berhembus. Dan samar-samar tercium bau semangka.

GONJREEEEENG!

Daemon Spade muncul dihadapan anda semua.

"kekurangan orang, Giotto? Nufu, aku bersedia." Daemon mengibaskan poni gaya semangkanya dengan tangan, penuh kenarsisan.

"dih, pengen banget diajak maen lu." Celetuk Cozart sebal ada kekasih tak dianggap eh, maaf! Salah lagi. orang tak diundang asal menawarkan diri aja.

"d…...daemon, kau tahu darimana tentang rencana ini?" Giotto sweatdrop untuk yang kedua kalinya.

"aku kan ngehack BBM kamu Giotto sayaaang~~~"

Giotto memberikan tatapan wtf. "pantesan foto BBM gue ganti jadi muka lo. Nyampah banget."

Tiba-tiba ada yang mencolek punggungnya. Byakuran merangkulnya dan membisikkan sesuatu.

"sudahlah, Giotto-kun! Terima ajaaaa." Byakuran berkata seperti salesman hairtonik penumbuh bulu dada.

"ta…tapi, kau tak tahu seberapa mesum dan mengerikannya sikepala semangka ituuu." Balas Giotto. Kali ini ala ibu-ibu tukang gossip ditukang sayur keliling.

"anggap saja sebagai pelengkap. Kalau dia macam-macam kan ada Xanxuus."

Giotto mengacungkan jempol dengan senyum cemerlang ala Guru Guy dari fandom sebelah. "kau jenius, Byakuran. Nanti akan kutraktir marsmallow."

"yippiiii! Ti amo, Giotto-kun!" Byakuran nari-nari ballerina lalu mencium pipi Giotto.

Oke. disini sudah ada (calon) boyband yang belum punya nama. Ada Giotto, Byakuran, Dino, Xansus Cozart dan Daemon ditambah Lussuria sebagai instruktur koreografi. Ini bakal menjadi perkumpulan para boss seandainya saja si semang-

"nufufufufufufu…" ngejar-ngejar author sambil bawa-bawa scythe.

"gyaaaaaa!" author ngibrit ketakutan. Ini masalah nyawa, men. Jadi ganti.

Seandainya saja si daemon tidak ikut-ikutan.

"ara mou~~kalian mau ngedance apa? Saman, tor-tor, jaipongan, tari kecak, waltz, tango, samba, limbo, kabuki, hula-hula, pole dance, striptease?" tanya Lussuria ketika murid-muridnya sudah ganti baju.

"tarian pemanggil hujaaaan!" ucap Cozart bahagia. Semua orang menyumbangkan the best deathglare untuk Cozart.

"be..becanda.." Cozart langsung mundung dipojok ruangan.

"aku pribadi pengennya sih pengennya kalian striptease." Lussuria sudah mengeluarkan handycam entah dari mana.

"nufu, aku setuju denganmu Lussuria." Daemon ber-nufufu ria disudut ruangan., sebelahan sama Cozart yang masih mundung.

Giotto sweatdrop. "ja…jangan deh mendingan. Nanti nggak lulus sensor."

"ajarin kita nari hiphop aja, Lussu-san!" Byakuran memberikan usul.

"bener juga." Dino mengangguk setuju. "tapi bukannya boyband itu biasanya genre-nya pop, ya?"

"haaallllaaaah, mau pop, hiphop, dangdut, rock, celana (?) gua kagak peduli! Intinya ini kita latihannya kapaaaaan?" Xanxus menggeram frustasi. karena pada saat ini dialah yang paling mengerikan, semua menurut saja.

.

.

.

.

.

Setelah semedi dan mandi kembang tujuh rupa Giotto akhirnya memutuskan untuk sementara mereka latihan dengan lagu I Heart You, lagu dari boyband asal Indonesia yang namanya lebih baik tidak perlu disebutkan daripada mereka menanggung malu lagu mereka dilecehkan sedemikian rupa oleh para (calon) boyband ini.

Lalu formasi mereka ditentukan berdasarkan keindahan suara mereka.

Giotto sendirian, paling depan. Byakuran dan Cozart dibelakangnya. Semua juga tidak menyangka ternyata Byakuran yang suka marsmallow punya suara seindah itu. Dan dibelakangnya tentu saja ada Dino dan Xanxus yang terpaksa ditaruh dibelakang karena suara Dino yang kurang begitu bagus dan postur badan Xanxus yang seperti Godzilla itu. Dan tambahan si Daemon, taruh dia dimana saja.

"kurang ajar kau, sampah!" #ditembak sama Xanxus#

Oke, oke! mulai deh latihannya.

JENG….JENG JREEEENG. JENG JENG

"mengapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu…." Giotto berusaha memfokuskan suara emasnya sambil mengikuti gerakan dance Lussuria.

"oooh, you know me so weeelll…."

"STOOOP!" Lussuria mematikan lagunya. "ayo dong ngedance-nya yang semangat! Dino, suaramu masih kurang tinggi. Byakkun, suaramu ketinggian! Angkat senyumnya, anak-anak. Oke, kita mulai lagi."

JENG….JENG JREEEENG. JENG JENG

Oke, saat latihan dimulai lagi mereka berusaha merekahkan angelic smile terbaiknya, kecuali Byakuran yang masih tetap dengan senyum pepsodent-nya yang membutakan mata. Namun ketika pergantian formasi semua orang membeku. Bukan, Giotto tidak men-zero point breakthrough mereka.

"tak ada yang bisa memisahkan cintaaa" Xanxus mulai ngedance sambil nyanyi. Dan sodara-sodara, apa itu dimukanya? Itu bukan angelic smile yang diharapkan. Itu evil grin tingkat iblis yang setara dengan milik Hiruma Youici dari fandom tetangga.

"ehm….Xansus, sebaiknya kau tidak usah senyum." Giotto sweatdrop melihatnya.

.

.

.

.

.

Latihan mereka berlangsung alot. Kecapean, mereka semua tepar berbaring diatas lantai. Lussuria masih mendesain tarian yang akan oke kalau mereka bawakan keatas panggung. Sampai pada akhirnya…

"Gio-nii, ini minumnyaaaa!" Tsuna datang sambil membawa tujuh gelas kaca dan satu gentong air minum.

"wah, terima kasih Tsuna." Jawab Giotto sambil mengedarkan minum pada teman-temannya.

"Gio-nii dan yang lainnya sedang apa?" tanya Tsuna penasaran.

"begini, Tsuna-chan. Kami ini sedang buat boyband." Sela Byakuran.

"boyband itu apaaaa?"

Kali ini Dino yang angkat bicara. "boyband itu adalah artis yang terdiri dari beberapa orang cowok yang tampil bernyanyi sambil menari, Tsuna."

"sepertinya asyiik. Aku ikutan boleh, nggaaaak?"

Dino, Byakuran dan Giotto saling bertatapan.

"o, oi. Nggak apa-apa, nih?" tanya Giotto khawatir.

"nggak, jangan dikasih." Dino menyilangkan lengannya didepan dada membentuk huruf X.

"aku sih oke-oke aja. Dia kelihatan moe, dan bisa jadi icon kita." Byakuran menebarkan senyum pepsodent.

"si pala semangka itu gimana?" Giotto menggedikkan kepalanya kearah Daemon. "aku tak mau adikku yang innocent itu dinodai olenya."

"gampaaang!" Dino menguarkan cambuknya.

Giotto bangkit dari duduknya, dan menyuruh teman-temannya berkumpul.

"semuanya. Ini Tsuna, adikku dan anggota kita yang ketujuh."

"kau ikut boyband kita, Tsu-chan?" tanya Cozart meyakinkan pendengarannya.

"iya, Kozato-nii! Kata Byakuran-nii aku boleh ikutan."

"hey, kau! Apa-apaan ini? Masa sampah kecil ini ikutan?" bentak Xanxus. Tsuna mendadak mewek dan bersembunyi dibalik punggung Giotto.

"Gi…Gio-nii! Paman itu seraaaam….." Tsuna masih mewek dibalik punggung Giotto.

"tenang saja, Tsu-chan! Om-om codetan itu emang serem dari sononya. Tapi dia nggak gigit kok. Sementara ini~~iya kan, Xanxus?" tanya Byakuran sambil senyum pepsodent. Dijawab dengan tembakan dari X gun Xanxus. Byakuran menghindar dengan anggun bak penari ballerina (?)

.

.

.

.

.

.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

1. Apakah Tsuna akan bergabung dengan boybandnya Giotto?

2. apakah mereka akan menjadi terkenal?

3. apakah poni daemon spade benar-benar bergaya semangka?

Caranya:

KETIK: REG(spasi) Nomor pilihan

Kirim ke 3977 (?)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bagaimana? Jelek? Hancur? Abal? Garing? Gaje?

Udahlah, bakar aja author amatiran yang jayus ini #pundung disudut kamar.

Mind to review?