Sebuah fic didedikasikan untuk Hari Ibu. Untuk semua Ibu yang luar biasa yang ada di dunia ini.

FMA hanya punya sang sapi jenius, Hiromu Arakawa-sensei! Kalo FMA punya saya…itu berarti dunia udah mau kiamat.

Warning: Drabble (?), gaje, don't like don't read. Yeah.

TRISHA'S POV.


From Mother

.

.

.

Thank you for everything. Everything.


Kalian tahu? Ibu selalu melihat kalian.

Ibu melihat kalian tertawa.

Ibu melihat kalian menangis.

Ibu melihat kalian terluka.

Ibu melihat kalian putus asa.

Tapi Ibu tidak bisa berbuat apapun. Ibu macam apa aku ini? Kalian berusaha mengambil kembali tubuh kalian yang sebenarnya bermula dari kesalahan Ibu.

Kesalahan Ibu meninggalkan kalian sendirian.

Kesalahan Ibu membuat kalian mencicipi rasanya kesepian.

"Kalian boleh menyalahkan Ibu. Kalian boleh membenci Ibu,"—atau begitu yang Ibu pikirkan. Tapi, jika Ibu mengatakan seperti itu, pasti kalian akan marah, bukan? Terutama Ed.

Hari ini…ah, Hari Ibu ya? Ibu ingat saat kalian memberikan Ibu sebuah bunga yang kalian buat dari sedotan berwarna merah. Seperti mawar. Mawar yang melambangkan cinta.

Meski itu hanya sebuah sedotan, itulah bunga yang tak pernah layu. Seperti cinta Ibu kepada kalian. Tidak akan pernah hilang meski waktu berjalan. Meski jasad Ibu sudah terkubur jauh di bawah tanah.

Ibu akan selamanya menyayangi kalian.

Ibu akan seterusnya menyayangi kalian.

Ibu akan senantiasa menjaga kalian.

Itu memang terdengar seperti sebuah janji kosong dan bodoh yang diucapkan oleh seseorang yang sudah tiada. Tapi, inilah perasaan Ibu setulusnya.

Ibu menyayangi kalian.

Jangan tumpahkan air mata untuk Ibu.

Jangan menyesali kepergian Ibu.

Hiduplah, lupakan masa lalu, buatlah orang lain bahagia. Teruslah melangkah.

Ah, Alphonse, jangan menangis di depan nisan Ibu! Loh, kenapa Winry juga menangis? Edward, kau kan suaminya, hibur dia!

Aduh, kenapa kalian menangis? Lihat, bunga yang kalian akan bawa jadi layu—ah. Itu, bunga dari sedotan merah?

Bunga yang takkan layu. Itukah maksud kalian? Kalian benar-benar anak Hohenheim, ya.

Ibu sangat ingin menghapus air mata kalian.

Ibu sangat ingin memeluk kalian.

Tapi, tangan ini sudah tidak bisa menyentuh apa-apa lagi. Maafkan Ibu. Biarkan Ibu memberikan do'a untuk kalian dari atas sana. Hanya itu yang bisa Ibu lakukan.

Terima kasih atas segalanya. Maafkan Ibu. Selamat tinggal.

Selamanya, sampai dunia hancur, Ibu akan selalu menyayangi dan melihat kalian.

"Ibu. Selamat Hari Ibu,"—aku mendengar Edward dan Alphonse berbisik seperti itu.

Ya, Selamat Hari Ibu untuk kalian juga.

The End.


Yep. Itu dia. Fic dengan tingkat gaje super tinggi. Mau buat drabble malah jadinya kayak gini. Sebenernya sih kalo bicara soal Hari Ibu, harusnya fic dengan POV dari Ed ato Al yak? Tapi rasanya itu udah...gimana gitu, jadi aku mau buat yang "beda" tapi malah jadinya ancur dan engga karuan. Ha-ha-ha!

Selamat Hari Ibu untuk semua Ibu yang luar biasa. Terutama untuk Mamaku yang tidak kalah luar biasanya. You're the best, mom.

Maaf kalo ada typo, ceritanya gaje (emang), dan aneh. Klik aja tombol review di bawah ini dan keluarkan uneg-uneg kalian! Oke? Yoo!

Thank You~