Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Romance/Angst
Warning: Canon, OOC tingkat tinggi, cerita lebay, penulisan pendek, angsty, dll dll
Rating: T
Pairing: SasuSaku
Kimi No Memori
Story by: Akina Takahashi
Apakah kau tahu?
Waktu dapat menyembuhkan seorang wanita yang patah hati tetapi waktu juga dapat menghancurkan hati wanita yang masih setia menunggu.
.
.
.
.
.
.
.
"Sakura-chan! Hentikan! Kau tidak boleh begini terus!" Naruto menarik lengan Sakura yang terduduk lemah di taman.
"ZRASSH" suara hujan bergemuruh membasahi Naruto dan Sakura.
"Sakura-chan kumohon… pulanglah bersamaku…" Naruto berlutut di hadapan Sakura yang nampak seperti mayat hidup. Air mata mengalir deras membasahi wajahnya bercampur dengan air hujan yang terus-menerus turun dari langit.
"A…aku harus menunggu Sasuke-kun di…sini…" suara Sakura bergetar hebat.
"Sakura-chan… Sakura-chan ayo kita pulang…" Naruto memeluk erat tubuh lemah gadis itu.
"Naruto… arigatou." Senyum tipis tersungging di bibir pucatnya. Matanya terpejam.
"Sa…Sakura-chan?" Naruto menggoyang-goyangkan tubuh lemah Sakura yang tak sadarkan diri
"SAKURA-CHAN!" Naruto menggendong tubuh lemah Sakura menuju ke Rumah Sakit.
.
.
.
.
.
Naruto menggenggam erat tangan Sakura yang terbaring lemah dengan berbagai alat yang terpasang di tubuhnya.
Sakura-chan…" panggilnya lemah.
Mata birunya menatap wajah Sakura dengan tatapan sedih.
"KRIET" terdengar suara pintu dibuka.
Naruto memalingkan kepalanya menghadap pintu.
"Tsunade-baachan" ujarnya ketika melihat sesosok wanita berambut pirang berdiri di depan pintu.
"Naruto, ada yang ingin aku sampaikan. Ikuti aku!" Tsunade berjalan menjauhi pintu.
"Chotto matte ttebayo!" Naruto melepaskan genggamannya kemudian berjalan menyusul Tsunade.
" Tsunade-baachan, ada apa sebenarnya ini?" Naruto menaikkan alisnya.
"Naruto…" suara Tsunade terdengar sangat lemah.
Naruto menatap serius ke arah Tsunade.
"Hhh" Tsunade menghela nafas. Nampak sekali kalau ia berusaha terlihat tegar di hadapan Naruto.
"Ini soal Sakura…" Tsunade nyaris berbisik.
"Sakura-chan kenapa?" suara Naruto sedikit bergetar karena takut. Ia takut ada hal buruk yang menimpa Sakura-chan yang sangat ia sayangi.
"Ia terkena depresi tingkat tinggi. Daya tahan tubuhnya sangat lemah. Ada kemungkinan ia tak akan membuka matanya lagi." Tsunade berusaha terlihat tegar namun usahanya sia-sia, air mata mengalir membasahi kedua pipinya.
"Kenapa? Kenapa Tsunade-baachan?"
"Ada beberapa saraf yang rusak di otaknya. Salah satunya adalah saraf yang mengatur pertumuhan leukosit. Hal ini sangat buruk karena dapat menyebabkan leukemia. Keadaannya saat ini sudah sangat parah. Kalaupun ia selamat, ia hrus menghabiskan sisa hidupnya di dengan perawatan khusus di Rumah Sakit." Tsunade mendudukkan dirinya di kursi kerjanya lalu menyandarkan kepalanya.
"Maaf Tsunade-baachan, aku permisi dulu."
"Sakura-chan" Naruto tak dapat menahan emosinya lagi. Ia berlari keluar ruangan kerja Tsunade.
Ia berlari…
Berlari…
Terus berlari hingga langkahnya terhenti oleh batu kecil. Darah segar mengalir di kedua lututnya.
"Hhh Hhh" napasnya tersengal-sengal.
"SYUU" angin malam menggoyangkan dedaunan dengan lembut.
Naruto mengadahkan kepalanya menghadap langit. Air mata berjatuhan dari matanya membasahi bumi yang ia pijak.
"KUSO!" Naruto mengambil sebuah batu lalu melemparnya sekuat tenaga ke pepohonan yang ada di depannya.
"KUSO!, KUSO!, KUSO!" Naruto kembali melemparkan beberapa batu.
"Teme! Brengsek! Lihat apa yang telah kau lakukan pada Sakura-chan?!" Naruto jatuh terduduk.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu Sasuke! Kembalikan Sakura-chanku yang dulu!"
"Teme! Kau tahu kalau aku mencintainya kan? Tapi dia mencintaimu teme! Sampai kapanpun dan bagaimanapun aku berusaha. Aku tidak akan pernah mendapatkan tempat di hatinya." Jerit Naruto.
"TEMEEE!"
"BUG" Naruto meninju pohon yang ada di depannya dengan sekuat tenaga.
"BUAG"
"BUK"
"KRAKK" ia terus meninju pohon itu hingga meninggalkan bekas pada batangnya.
Sebuah lubang besar menganga berada di batang pohon yang ia tinju. Sama seperti hatinya, ada lubang menganga yang sangat besar terdapat disana.
"KUSSOOOO!" Naruto jatuh berlutut di depan pohon itu. Tangannya menyentuh tanah. Darah keluar dengan deras dari kedua kepalan tangannya.
Sakit.
"Kami-sama, kumohon jangan siksa aku seperti ini" Naruto berkata dengan suara lemah yang nyaris tak terdengar. Air mata mengalir memenuhi wajahnya.
Dari balik pepohonan nampak seorang gadis berambut panjang yang telah mengamati Naruto sejak tadi.
"TES TES" Air mata berjatuhan dari mata sesosok gadis yang bersembunyi di balik pepohonan itu. Angin meniup rambutnya yang panjang dengan lembut. Matanya yang berwarna lavender tak mampu membendung air matanya lagi.
"Na…naru…to…kun" gadis itu bergetar melihat keadaan Naruto yang mengkhawatirkan.
Air mata terus berjatuhan dari mata biru dan mata lavender itu hingga pagi menjelang.
.
.
Kenapa kau tak pernah mau membuka hatimu padaku Sakura-chan?
.
.
Naruto berjalan memasuki ruangan Sakura. Matanya nampak sembab karena terlalu banyak menangis. Ia berjalan ke samping Sakura yang tergolek lemah tak berdaya lalu tersenyum lembut.
"Ohayou! Sakura-chan!" Naruto pura-pura bersemangat.
"Kau tahu? Ichiraku ramen memberi diskon 50 persen pada pasangan yang datang kesana lho!" Naruto tersnyum lebar.
"Nanti kita pergi bersama ya! Oh iya, mereka juga memberikan menu spesial juga! Keren! Pasti asyik ya?!"
"Nanti kita pergi bersama ya Sakura-chan!" Naruto tersenyum, senyuman palsu.
Naruto menatap tubuh lemah Sakura. Berbagai alat masih terpasang disekujur tubuhnya membantu kelangsungan hidupnya.
"Sakura-chan…" Naruto menggenggam erat tangan Sakura.
Raut wajah Naruto nampak sedih. Ia mendekatkan telapak tangan Sakura pada wajahnya lalu menciumnya dengan lembut.
.
.
Aku mencintaimu...
Sasuke-kun...
.
.
2 Bulan kemudian.
"Naruto! Ada kabar bagus!" Kiba berlari kearah Naruto.
Naruto bangkit dari duduknya kemudian berjalan kearah Kiba.
"Sst jangan berisik! Ini Rumah Sakit!" Naruto menaruh telunjuknya di depan bibirnya.
"Ah, maaf…" Kiba mengecilkan suaranya.
Kiba melihat kearah Sakura yang masih terbaring lemah keadaannya sama sekali tidak berubah sejak 2 bulan yang lalu. Kiba menatap Naruto dengan tatapan sedih.
"Kau… terus menemaninya?" tanya Kiba, matanya masih tertuju pada Sakura.
"Ya begitulah…" suara Naruto terdengar sedih.
"Naruto…" Kiba sangat sedih melihat keadaan Naruto.
"Ah, tapi lihat sisi positifnya, aku jadi bisa terus-terusan memandang wajahnya yang cantik, aku jadi bisa menggenggam tangannya setiap hari… haha! Aku sedikit beruntung kan Kiba?!" Naruto tersenyum lebar pada Kiba.
"Dasar! Bisa-bisa kau ditinjunya bila ia sadar nanti.!" Kiba setengah bercanda.
"…" Naruto terdiam, ia teringat kembali perkataan Tsunade.
"Ia terkena depresi tingkat tinggi. Daya tahan tubuhnya sangat lemah. Ada kemungkinan ia tak akan membuka matanya lagi."
"Ada beberapa saraf yang rusak di otaknya. Salah satunya adalah saraf yang mengatur pertumbuhan leukosit. Hal ini sangat buruk karena dapat menyebabkan leukemia. Keadaannya saat ini sudah sangat parah. Kalaupun ia selamat, ia hrus menghabiskan sisa hidupnya di dengan perawatan khusus di Rumah Sakit."
"Ah, apa aku salah bicara?" Kiba bingung melihat perubahan reaksi Naruto.
"Sudahlah, kau mau bicara apa Kiba?" Naruto mengubah topik pembicaraan.
"Eh iya! Hampir lupa! Ayo ikut aku ke kantor Hokage! Ada yang mau Tsunade-sama bicarakan denganmu." Kiba menarik lengan Naruto.
"Tsunade-sama aku sudah membawa Naruto!" Kiba berteriak dari depan pintu ruang hokage.
"Terimakasih, kau boleh pergi Kiba. Nah, Naruto masuklah!" Tsunade memandang Naruto dari balik meja kerjanya yang berantakan.
"Tsunade-baachan, ada apa?" Naruto melangkahkan kakinya memasuki ruangan hokage.
Mata Naruto membelalak lebar ketika pandangannya menemukan sesosok pria tampan berambut hitam sedang berdiri di hadapannya.
Pria itu mengenakan jubah hitam dengan corak awan merah disekelilingnya. Jubah akatsuki.
Rambutnya berkilau tertimpa cahaya yang masuk dari jendela yang ada di belakangnya. Wajah tampannya menyeringai ke arah Naruto.
"Lama tak bertemu… dobe" suara dinginnya menggema di telinga Naruto.
"Teme!" Naruto mengejapkan matanya seakan tak mempercayai apa yang ia lihat.
"Kau masih nampak bodoh seperti dulu, Naruto." Sasuke tersenyum sinis.
"KUSO!" Naruto berlari kearah Sasuke hingga menabraknya. Mereka berdua terjatuh ke lantai.
"ONORE!" Naruto mencengkram kerah jubah Sasuke.
"Kau… masih saja emosian seperti dulu." Ujarnya dingin.
"Brengsek!" Naruto meninju wajah Sasuke hingga hidungnya mengeluarkan darah.
Sasuke sama sekali tak bergeming. Ia membiarkan Naruto memukuli dirinya. Ia sama sekali tak membalas.
"BUG"
"BUAG"
"JDUG"
"DUAG"
Naruto terus-terusan memukuli Sasuke berulang-ulang hingga ia kelelahan.
"Sudah puas?"
"Kau..!" Naruto kembali mencengkram kerah jubah akatsuki yang dikenakan Sasuke.
"Sudah! Hentikan!" Tsunade yang dari tadi diam saja akhirnya turun tangan. Ia melepaskan cengkraman Naruto dari jubah Sasuke.
"Tsunade-baachan kenapa menghentikan aku? Kau tahu apa yang orang ini lakukan pada Sakura-chan kan?" Naruto tak dapat lagi menahan emosinya. Giginya bergemeletuk keras.
"Iya, aku tahu Naruto! Karena itu aku ingin dia bertanggung jawab atas perbuatannya."
"Tsunade-baachan, apa maksudmu?" Naruto tak mengerti.
"Sasuke, kau harus merawat Sakura seumur hidupmu." Tsunade menatap Sasuke.
"Apa yang akan kau lakukan bila aku tidak melakukannya?" Sasuke bertanya dengan nada yang agak 'menantang'.
"Kau akan dihukum mati, karena telah menghianati Konoha dan bergabung dengan Akatsuki." Jawab Tsunade
"Jadi, bagaimana?" tanyanya lagi.
"Baiklah, aku terima tawaranmu."
"Memangnya apa yang telah terjadi pada Sakura hingga aku harus merawatnya?" tanya Sasuke.
"Dia terkena depresi berat hingga saraf di otaknya terganggu. Daya tahan tubuhnya sangat lemah." Jelas Tsunade.
"Dan itu semua salahmu… Teme!" Naruto menatap kearah Sasuke dengan tatapan marah.
"Apa maksudmu, dobe?"
"Dia menderita karena kau meninggalakannya! Apa kau tahu?! Dia sangat mencintaimu!" Naruto berteriak hingga napasnya tersengal-sengal.
"Sudah, hentikan Naruto!" Tsunade memisahkan Naruto dan Sasuke.
"Kalian berdua, ikut aku ke RS sekarang juga!" perintah Tsunade.
Sasuke, Naruto dan Tsunade berjalan menuju ruangan Sakura. Mereka berjalan dalam keheningan. Sesekali Naruto menatap Sasuke dengan tatapan kesal namun Sasuke sama sekali tidak memedulikannya.
"KRIET" pintu ruangan terbuka.
"Nah, kau mulai bertugas sekarang Sasuke! Aku serahkan Sakura padamu." Tsunade menepuk punggung Sasuke kemudian berjalan menjauhinya.
"Baik" Sasuke masuk ke kamar Sakura meninggalkan Naruto sendirian di depan pintu.
Sasuke berjalan mendekat kearah Sakura yang terbaring lemah lalu menyelimutinya dengan selimut yang baru saja ia ambil dari ujung tempat tidur Sakura. Naruto melihat pemandangan itu dari balik pintu. Ia tersenyum pilu lalu berkata "Semoga kau bahagia Sakura-chan."
Ia berlari menjauhi ruangan Sakura berharap tak ada seorangpun yang melihatnya menangis.
.
.
.
.
.
.
"Tambah ramennya satu lagi!" Naruto berseru pada Ayame.
"Naruto, apa ada sesuatu yang buruk telah terjadi?" tanya Ayame seraya memberikan satu mangkuk ramen pada Naruto.
"Ah? Apa? Tidak ada apa-apa kok!" Naruto tersenyum lebar lalu mulai berkonsentrasi pada mangkuk ramen yang ada di hadapannya.
"ITADAKIMASU!" Naruto melahap ramen dengan sumpit yang ada di tangannya.
"Tapi dari tadi air mata terus-terusan keluar dari matamu. Bagaimana aku tidak khawatir?" tanya Ayame. Dari wajahnya, terlihat ia sangat mencemaskan Naruto.
"Ah, ini kan karena aku kepedasan." Naruto menghapus air matanya dengan kedua tangannya.
"Kalau kau tidak mau cerita ya sudah." Ujar Ayame.
Ayame tahu benar kalau Naruto berbohong, sebab ramen yang diamakan Naruto sama sekali tidak berasa pedas. Apalagi dari tadi ia tidak melihat Naruto menambahkan wasabi, sambal ataupun saus kedalam ramennya.
"Naruto…" Ayame khawatir.
TIba-tiba terdengar suara derap langkah kaki yang mendekat.
"Na… Naruto-kun" terdengar suara seorang gadis yang malu-malu.
"Ah, Hinata-chan! Ayo sini!" seru Naruto ceria berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Ta… Tapi…"
"Sudah, ayo sini!" Naruto menarik lengan Hinata dan mendudukkannya di kursi yang ada disebelah dirinya.
"Ayame-neesan aku pesan satu lagi ya! Jangan lupa diskonnya 50 persen!" seru Naruto.
"Naruto-kun" wajah Hinata bersemu merah.
"Wah! Beruntung sekali kau datang! Kita jadi dapat diskon hehehe!" Naruto tersenyum lebar berusaha menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
Namun, percuma saja. Hinata sudah tahu kalau Naruto hanya bersandiwara. Ia bersandiwara seakan tak terjadi apa-apa. Hinata tahu benar kalau Naruto sedang patah hati karena rival sejatinya 'Uchiha Sasuke' telah kembali untuk merebut pujaan hati yang sangat ia cintai, Sakura-channya tercinta.
"TES TES" tanpa sadar air mata Hinata mengalir dan menetes masuk kedalam mangkuk ramen yang baru saja hendak ia santap.
"Hi… Hinata-chan." Naruto sedikit kaget melihat Hinata yang menangis tiba-tiba.
"Go… gomen Naruto-kun. Aku… a…ku sudah tahu semuanya…" Hinata menangis tersedu-sedu.
"Jangan menangis…" Naruto menghapus air mata Hinata dengan ibu jarinya.
"Maaf Naruto-kun, air mataku tidak bisa berhenti keluar."
"Terima kasih telah menggantikanku menangis Hinata." Naruto tersenyum lembut.
"EHEM" Ayame berdeham.
"Ayame-neesan!" wajah Naruto memerah.
"Hei, Naruto. Kau harus menjaganya dengan baik. Kalau tidak, Hiashi-sama akan membunuhmu" Ayame tersenyum jahil.
"Apa sih?!" Naruto tidak mengerti maksud perkataan Ayame.
.
.
.
.
Sasuke memandangi wajah pucat Sakura yang ada dihadapannya. Tangannya membelai wajah pucat itu. Ia memandangi Sakura dengan tatapan khawatir.
"Sebegitu besarnya kah cintamu padaku hingga kau jadi seperti ini Sakura?" ujarnya lirih.
"Kau tahu? Selama ini aku selalu berusaha agar kau membenciku, agar kau berhenti mencintaiku karena aku tahu, si dobe itu jauh lebih berhak memilikimu daripada aku. Cintanya padamu sangatlah besar jauh melebihi cintaku padamu."
"Sejujurnya, aku tidak pernah bisa melebihi dirinya, aku sudah kalah sejak awal."
"Sakura, apa yang harus kulakukan agar kau berhenti mencintaiku? Aku bukan orang yang pantas bagimu. Aku hanyalah orang yang hidup demi dendam yang sia-sia. Aku hanyalah orang yang selalu berada dalam kegelapan. Aku bukanlah orang yang pantas untuk memilikimu." Sasuke menggenggam erat tangan Sakura.
"Ngh…" Sakura membuka matanya dengan perlahan.
"Sakura!" Sasuke tersentak kaget.
"Ini dimana?" tanya Sakura. Ia bangkit dari tidurnya kemudian mendudukkan dirinya diatas tempat tidurnya.
"Rumah Sakit" jawab Sasuke singkat. Namun terlihat dengan jelas di wajahnya kalau ia sangat senang Sakura telah sadar.
"Ng… maaf kau siapa?" tanya Sakura.
Seketika hati Sasuke bagaikan terkena sambaran petir. Pikirannya berkecamuk, hatinya bergejolak namun ia berusaha untuk tidak memperlihatkan kebimbangannya itu pada Sakura. Ia menatap Sakura lalu tersenyum tipis.
"Perawat barumu." Jawabnya singkat.
Namun belum sempat Sakura berbicara. Naruto membuka pintu ruangannya lalu berlari masuk kedalam sambil membawa sekeranjang buah-buahan.
"Hei, teme! Ini ada oleh-oleh dari…" Naruto belum melanjutkan pembicaraannya.
Mata Naruto membelalak lebar, senyum lebar mengembang dari bibirnya. Ia berlari kearah Sakura lalu memeluk erat tubuh lemah gadis itu.
"Sakura-chan! Yokatta!" seru Naruto.
"Naruto, apa yang terjadi padaku?" tanya Sakura.
"DEG" jantung Sasuke berdebar tak beraturan.
"Kenapa ia hanya lupa padaku?" pikirnya heran.
Sasuke berusaha tidak memperlihatkan kegalauannya. Ia memasukkan kedua lengannya pada kantung celananya lalu memalingkah wajahnya kearah jendela.
"Ng, Naruto… orang itu siapa?" Sakura menunjuk kearah Sasuke yang sedang memandang keluar jendela.
Mata Naruto membelalak lebar, pikirannya menjadi kacau. Ia memandangi Sakura dengan tatapan heran lalu tersenyum.
"Jangan bercanda dong Sakura-chan! Tidak lucu tahu!"
"Naruto, aku tidak bercanda" Sakura menatap Naruto dengan tatapan serius.
"Apa maksudmu Sakura-chan? Jangan bilang kalau kau melupakan Sasuke." Nada bicara Naruto terdengar khawatir.
"Sasuke?" mata Sakura membelalak lebar..
"Aku akan menunggu Sasuke-kun"
"Aku menyukai Sasuke-kun lebih dari apapun."
"Sasuke-kun, izinkan aku ikut denganmu. Bawa aku bersamamu. Kumohon"
Kenangan masa lalu Sakura kembali bermunculan.
Tiba-tiba air mata keluar dengan deras dari pelupuk mata Sakura. Jantungnya berdetak tak beraturan. Kepalanya sakit bagaikan ditusuk seribu jarum. Tubuhnya gemetar menyebabkan cairan infuse dan alat-alat yang terpasang di tubuhnya terjatuh.
"UHUK UHUK" Sakura terbatuk-batuk, darah keluar dari mulutnya membasahi kedua telapak tangannya.
"SAKURA-CHAN!" Naruto berteriak ketika melihat keadaan Sakura yang mengerikan.
"Sakura!" Sasuke membalikkan tubuhnya kearah Sakura.
"KRIET" pintu ruangan perlahan terbuka.
"Ada apa ini?" Tsunade memasuki ruangan dengan tatapan cemas.
"Tsunade-baachan! Keadaan Sakura semakin gawat!"
"Apa?! Naruto cepat minggir!" Tsunade berlari kearah Sakura yang masih terbatuk-batuk. Darah terus-terusan keluar dari mulutnya. Membasahi selimut dan seprai RS. Warna merah membasahi lantai.
Tsunade, mengeluarkan jarum suntik dari kantungnya lalu menyuntikkan cairan obat pada tangan lemah Sakura.
Tubuh Sakura perlahan membaik. Ia menjadi lebih tenang. Darah telah berhenti keluar dari mulutnya. Namun tubuhnya terlalu lelah karena telah mengeluarkan banyak darah. Ia akhirnya pingsan dan tak sadarkan diri.
"Tsunade-baachan! Bagaimana keadaan Sakura-chan?" tanya Naruto khawatir mata birunya menatap lurus kearah Tsunade.
"Iya, dia akan sadar beberapa jam lagi." Jawab Tsunade.
"Apa ada yang mau kalian bicarakan denganku?" nada suara Tsunade seakan mengatakan 'apa-yang-kalian-perbuat-pada-Sakura?'
"Tsunade-sama, sebaiknya kita bicarakan hal ini diluar." Ajak Sasuke yang telah lebih dulu berjalan kearah pintu dan membukanya.
Tanpa pikir panjang, Naruto dan Tsunade mengikuti Sasuke keluar ruangan.
"Nah sekarang katakan padaku, apa yang sebenarnya telah terjadi?" Tsunade menatap lurus kearah Naruto dan Sasuke.
"Dia jadi begitu karena mendengar nama Sasuke. Tsunade-baachan apa yang menyebabkan Sakura-chan jadi begitu?" Naruto melebarkan kedua mata birunya. Sementara Sasuke hanya diam seribu bahasa.
"Sudah kuduga." Tsunade menganggukkan kepalanya.
"Apa maksudmu obaachan?" tanya Naruto.
"Otaknya menolak mengingat dirimu Sasuke." Tsunade menatap kearah Sasuke dengan tatapan sedih.
"Apa maksudmu Tsunade-sama?" Sasuke menaikkan alisnya.
"Iya benar! Apa maksudmu Tsunade-baachan!" Naruto kembali mengulang pertanyaan Sasuke.
-TSUZUKU-
Hyaa tragedy lagi...
Read n Review ya!
Arigatou gozaimashita!
With Love,
Akina Takahashi
