Disclaimer :
Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Genre : Famiy, Romance, fluff
Rating : T
Original story by Miichan
Apabila terdapat kesamaan semua hanya kebetulan dan ketidaksengajaan semata.
Warning :
Shounen ai
Out of Character
Future / AU
Mpreg
.
.
.
.
.
Angka menunjukkan pukul 06.00. Jam digital diatas nakas berbunyi dengan keras, membuat seseorang yang masih bergelung di bawah selimut tempat tidur yang ada di samping benda itu bergerak dengan gelisah. Tangan putih terulur memencet tanda off pada benda yang telah membangunkannya. Setelah yakin nyawanya terkumpul pemuda berambut merah itu bangkit dari tidurnya. Terlihat rambutnya masih mencuat ke berbagai arah akibat bergesekan dengan bantal ketika dia tidur. Satu kuapan lolos dari bibirnya, Kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya.
Terdengar suara ketukan dari luar kamar. Kemudian suara lembut dan menentramkan jiwa menyapa indra pendengarannya.
"Sayang, Bangunlah. Sudah waktunya sarapan."
"Ha'i, aku akan segera keluar." Jawab si pemuda itu kepada orang yang memanggilnya.
Setelah merasa langkah kaki mulai menjauh. Diapun turun dari ranjang besarnya untuk mandi sebelum sarapan.
Tak butuh waktu lama bagi seorang laki-laki untuk mandi. Hanya butuh 20 menit termasuk berpakain. Rambut ajaibnya kini juga sudah tertata dengan rapi tidak seperti saat dia baru bangun tadi. Si pemuda tampan itu sudah keluar dari kamarnya untuk menuju ruang makan.
Kebetulan letak meja makan berada persis di sebelah dapur, dilihatnya orang yang sangat dia sayangi masih sibuk dengan masakan, apron masih setia membalut tubuh mungilnya .
Seseorang dengan berambut biru muda yang terlihat sangat indah dimatanya. Dengan langkah agak dipercepat dia menuju orang itu. Setelah sampai, dipeluknya tubuh mungil itu dari belakang. Dagunya di sandarkan pada pundak. Merasakan kehangatan tubuh yang selalu memberikan ketenangan dalam pelukannya. Menghirup aroma manis vanilla yang menguar menentramkan hatinya.
Dapat dirasakan belaian kasih di kepalanya. Dan kecupan sayang di pipinya. Lalu di sambut dengan ucapan selamat pagi. Senyum malaikat menyempurnakan paginya.
"Ohayou."
"Ohayou." Ucapnya. Kemudian kecupan di pipi sebagai balasan kecupan sebelumnya.
"Duduklah, ayahmu sebentar lagi akan menyusul." Nada lembut dan penuh kasih mengalun dengan merdu.
"Tapi aku masih ingin seperti ini, aku rindu dengan Okaa-san." Tukasnya dengan manja dan semakin mempererat pelukannya. Wajahnya semakin dibenamkan di perpotongan leher orang yang sudah sembilan belas tahun ini menjadi ibunya.
Mendengar rengekan manja dari sang putra membuatnya maklum, mereka memang jarang sekali bertemu. Pasti anaknya ini sangat kesepian. Apalagi dia anak tunggal.
Sang ibu tersenyum lembut. Diusapnya lagi kepala sang anak penuh sayang sebagai pelepas rindu mereka berdua.
"Okaa-san juga merindukanmu."
Tak lama setelahnya terdengar langkah kaki mendekat menuju mereka berdua. Pria dewasa dengan rambut merah yang serupa. Wajah mereka persis seperti pinang di belah rata. Namun yang ini tetkesan lebih tegas dan berwibawa. Dia adalah sang ayah yang mewariskan gen jenius di dalam tubuhnya. Akashi Seijuurou.
"Hentikan adegan menggelikan ini. Kau pikir berapa umurmu ? dan kau juga Tetsuya, jangan terlalu memanjakan bocah ini .." Ucap Seijuurou setelah mendudukkan dirinya dengan elegan di atas kursi ruang makan. Menyesap kopi yang telah disiapkan istrinya. Kemudian tangannya mengambil majalah bisnis yang ada di atas meja. Dengan wajahnya sebagai penghias sampul pertama majalah edisi Britania Raya.
Mendengar ucapan sang kepala keluarga ibu dan anak ini kompak memandang tidak suka.
"Jangan memandangku dengan tatapan yang serupa seperti itu." Ujar Seijuurou lama-lama jengah, Setelah mendapat dua serangan laser biru. Hasil aliansi istri dan anaknya untuk memojokkan dirinya. Tatapan dua pasang bola mata biru bulat yang menggoyahkan pertahanan jiwa.
Dengan tak rela pelukan dilepaskan. Sambil cemberut, Akashi yang paling muda memilih ikut bergabung dengan Ayahnya untuk menunggu sarapan dihidangkan. Sementara istrinya hanya mendengus lalu kembali berkutat dengan bahan masakan. Bagus, Seijuurou terlihat seperti musuh sekarang.
"Ohayou, Otou-san." Sapa si anak setelah duduk di kursi di dekat ayahnya.
"Ohayou, Seiichirou."
Akashi Seiichirou adalah putra tunggal dari Akashi Seijuurou dan Akashi Tetsuya. Sekaligus calon penerus kerajaan bisnis keluarga Akashi di masa depan.
Sudah tiga tahun dia tinggal di Inggris untuk melanjutkan jenjang pendidikan tingkat Sarjana. Saat ini kedua orang tuanya datang dari Jepang dan menginap di sini karena siang nanti mereka akan menghadiri acara wisuda untuk dirinya di Said Business School- University of Oxford.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya sarapan sudah siap. Semua Tetsuya yang memasak sendiri. Jauh hari sebelum dia dan suami datang ke Inggris, Seiichirou sudah menodongnya dengan permintaan untuk memasakkannya makanan Jepang jika mereka sudah sampai. Tetsuya mengabulkan dengan senang hati.
"Biar ku bantu, Kaa-san." Seiichirou bangun dari duduknya. Mencoba membantu ibunya yang terlihat membawa masakannya di dalam panci yang terlihat penuh.
Sang ibu hanya tersenyum. "Tidak usah, kau duduk saja di situ."
Seiichirou memilih menurut dengan kembali duduk di kursinya.
Seiichirou menatap hidangan di hadapannya. Jika tidak ingat dengan imagenya sebagai anak Akashi Seijuurou, sudah dari tadi air liurnya menetes karena tak sabar ingin menyantap makanan. Mirip seperti teman ibunya sewaktu sekolah yang bernama paman Kagami Taiga.
Padahal menu sarapannya bukan makanan yang mewah, hanya semangkuk nasi putih hangat dengan sup tofu dan sepotong daging ikan bakar. Juga ada telur gulung dan acar sebagai pendamping.
Bagi seorang anak, masakan rumahan buatan ibu tercinta adalah makanan paling lezat di dunia, tak ada yang dapat menandingi rasanya meskipun menu hidangan restoran bintang lima tersaji di depan mata. Apalagi Seiichirou selama ini tinggal terpisah dari orangtuanya.
"Ittadakimasu !" Setelah mengucapkan kalimat selamat makan, Seiichirou memakan makanannya dengan lahap.
"Pelan-pelan Seiichi-kun, nanti kau bisa tersedak." Nada lembut mengalun dari bibir Tetsuya yang mengingatkan anaknya. Melihat tingkahnya seperti orang yang belum makan berhari-hari.
"Kau seperti tidak pernah makan saja." Ujar Seijuurou ikut berkomentar.
"Habisnya masakan kaa-san enak sekali, aku sudah lama tidak makan masakan Kaa-san." Seiichirou mengatakan dengan antusias. Bahkan mulutnya masih menggembung penuh makanan.
Tetsuya hanya tersenyum maklum dan menggelengkan kepalanya.
"Nanti setelah sampai di Jepang Kaa-san akan memasakkan untukmu sampai bosan."
Senyum mengembang di wajah tampan perpaduan Seijuurou dan Tetsuya, walaupun dalam hal ini gen Seijuurou mengambil lebih banyak bagian.
"Aku tidak akan bosan dengan masakan kaa-san, "
Sang ibu tersenyum lembut "Baiklah, sekarang makananmu setelah itu kita berangkat ke kampusmu."
"Ha'i kaa-san."
Kemudian mereka melanjutkan sarapan hingga tandas. Suasana hangat tercipta diantara keluarga kecil mereka. Meskipun tak banyak obrolan yang tercipta mengingat Seijuurou mengajarkan mereka etika makan ala bangsawan.
.
.
.
Sarapan telah selesai, sekarang keluarga Akashi telah bersiap-siap menuju tempat acara wisuda Seiichirou.
Tetsuya adalah orang yang pertama kali selesai, sambil menunggu anak dan suaminya yang entah kenapa sangat lama sekali untuk berdandan padahal mereka laki-laki. Ini karena Seijuurou adalah orang perfeksionis, dia ingin selalu terlihat sempurna termasuk dalam soal penampilan. Dan sifat itu menurun ke anaknya.
Kedua bola mata biru melihat pemandangan kota oxford yang dipenuhi bangunan tua bersejarah dari jendela lantai dua. Hampir seluruh bangunan di kota tersebut didominasi oleh bangunan abad ke 18 dengan gaya arsitek nya yang khas didominasi gaya Victoria. Suasana kota membuat Tetsuya betah untuk memandang. Jalanan yang bersih, lalu lintas yang tertib dan bangunan klasik yang tampak indah.
Seiichirou biasanya tinggal di asrama, tapi karena dia sudah lulus ujian tertulis dan hanya tinggal pengesahan gelar saja, saat ini dia ikut menginap sebuah townhouse dua lantai yang di beli ayahnya jika harus menginap di kota itu. Termasuk salah satu unit hunian mewah yang terletak di kota yang di sebut kota bagi pelajar di inggris, letaknya strategis tak jauh dari area kampus. Semua atas permintaan Tetsuya.
Rumah itu bergaya klasik modern dengan cat yang di dominasi warna putih dan krem seperti kebanyakan hunian di Inggris pada umumnya.
Meski dari luar terlihat ramping, namun bagian dalamnya cukup luas.
Di lantai satu terdapat ruang tamu. Gradasi warna coklat muda pada dinding ruang tamu memberi nuansa tenang. Dengan televisi layar datar yang menempel. Sofa kulit berwarba coklat tua berpadu bantal-bantal warna coklat muda. Lengkap dengan coffe table dengan warna coklat muda juga. Warna coklat tua juga di terapkan pada hiasan dinding dan aksesoris ruangan lainnya. Lantai dengan hamparan karpet yang berwarna coklat juga.
Furnitur yang tidak terlalu rumit membuat ruang tamu tampil dengan kesan maskulin tegas dan nyaman.
Disebelah ruangan yang hanya terpisah dinding adalah dapur yang menyatu dengan ruang makan. Dan satu kamar mandi untuk tamu.
Kabinet putih dipadu dengan keramik putih yang di susun seperti bata membuat tampilan yang mewakili kesan minimalis. Dengan sebuah meja dan tiga buah kursi.
Lalu di lantai atas terdapat dua kamar tidur dengan ranjang besar berkualitas terbaik. Cat warna putih dan coklat memberikan kesan elegan namun menenangkan.
Disebelah rumah itu Seijuurou juga menyewa sebuah rumah untuk dua orang pelayan dan merangkap sebagai pengawal untuk mengawasi Seiichirou, bukan karena dia tidak percaya kepada anaknya, ini semata karena dia mencegah kejadian buruk tidak menimpa Seiichirou. Apalagi dia adalah satu-satunya anak yang dia miliki dan penerus Perusahaannya di masa depan.
"Tetsuya." Suara Seijuurou mengalun memanggil istrinya. Membuat Tetsuya menoleh.
Satu garis senyum tersungging di wajah menawan "Kalian sudah selesai ?"
"Iya, ayo berangkat."
"Hm. Baiklah."
.
.
.
Kurang dari sepuluh menit menggunakan mobil. Kini keluarga Akashi telah sampai di tempat di selenggarakan acara kelulusan. Udara musim semi terasa sejuk menyapa mereka.
"Kau tampan sekali..." Ucap Tetsuya dengan antusias dengan mata berbinar. Kedua tangannya menangkup wajah tampan anaknya. Seperti fans yang bertemu idolanya. Melihat penampilan Seiichirou yang mengenakan atribut lengkap wisudawan ala Universitas Oxford dengan Subfuch tradisional dan cape hitam berbulu berwarna putih yang terlihat elegan. Tak ketinggalan toga yang di kenakan semakin membuat penampilannya sempurna. Rasa bangga, bahagia dan terpesona karena memiliki anak yang tampan sekaligus pintar apalagi lulusan universitas bergengsi di dunia memenuhi perasaan Tetsuya.
"kaa-san bicara apa ?" Jawab Seiichirou dengan wajah merah, menggaruk tengkuknya karena salah tingkah, karena di puji tampan oleh ibunya. Sedangkan si ibu kini malah terlihat sibuk mengambil gambar dirinya.
Seijuurou mendengus. Tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya menoleh kesamping. Dalam hati merasa iri kepada anaknya yang mendapat perhatian Tetsuya, apalagi tadi Tetsuya memuji ketampanannya. Padahal saat dia wisuda Tetsuya tidak pernah memujinya.
Ok, dia akui anak itu memang mewarisi pesonanya. Tapi dari mana semua itu berasal ? Tentu saja dari Akashi Seijuurou yang absolut ini, seharusnya Tetsuya mengerti akan hal itu.
Selain itu dia juga harus menahan cemburu karena Tetsuya lebih memperhatikan Seiichirou, bahkan tadi pagi tidak mendapat morning kiss karena Tetsuya terlalu bersemangat bangun lebih awal untuk memasak dan membangunkan Seiichirou. Meskipun dengan darah dagingnya sendiri, tapi tetap saja dia ingin menjadi prioritas utama dari Tetsuya.
Sementara di sisi Seiichirou, anak itu memandang kedua orang tuanya. Entah di sengaja atau tidak, pakaian keluarga ini terlihat kompak.
Sang ayah Akashi Seijuurou mengenakan pakaian resmi berupa setelan jas berwarna hitam, Surai merah yang hanya diberi gel sedikit dan disisir ke belakang, ditambah sepatu pantofel hitam mengkilat. Semakin menunjukkan statusnya sebagai seorang Presiden direktur Akashi Corporation. Wajahnya masih terlihat tampan meski usianya sudah bukan remaja. Kadang Seiichirou merasa minder dengan ayahnya.
Sedangkan ibunya, Tetsuya memilih mengenakan pakaian formal berupa Slim fit blazer berwarna putih kombinasi hitam di bagian pinggir kerahnya. Dipadu dengan Blouse berwarna putih dengan kerah berpita berwarna hitam bawahan berupa celana panjang berwarna hitam dan sepatu flat berwarna hitam. Tas hitam keluaran brand fashion Dior menyempurnakan penampilannya. Terlihat begitu anggun dan elegan. Dan sekali lagi, Seiichirou terpana dengan pesona kaa-sannya. Sungguh, Tou-san adalah orang yang paling beruntung di dunia. Begitu pikir Seiichirou.
"Seichirou-kun, ayo berdiri di situ. " Tetsuya mengarahkan anaknya untuk berdiri tepat didepan gedung bertuliskan Sheldonian Theatre. Dan Seiichiroupun menuruti keinginannya. Tetsuya mengambil beberapa foto Seiichirou dengan pose yang berbeda.
"Sei-kun, tolong ambil gambar kami berdua." Tetsuya menyerahkan kamera yang di bawanya. Meminta sang suami untuk mengambil gambar dirinya dan Seiichirou.
Tidak ada yang boleh memerintah Akashi Seijuurou jika masih ingin menikmati indahnya dunia. Tapi pengecualian untuk Akashi Tetsuya.
Seijuurou mengambil kamera dari tangan Tetsuya, melupakan statusnya sebagai pemimpin tertinggi perusahaan menjadi tukang foto dadakan. Tetsuya dan Seiichirou beberapa kali berganti pose dan berpindah spot foto. Mereka benar-benar tidak ingin menyianyiakan kesempatan.
"Tou-san, Kaa-san, Sekarang biar aku mengambil gambar kalian."
Ucap Seiichirou, mengambil kamera digital berkualitas tinggi dari tangan sang ayah kemudian mengarahkan sang ayah untuk berdiri di samping ibunya.
Seijuurou menuruti permintaan anaknya kemudian mengambil tempat di sebelah istrinya. Posisi mereka tepat di depan gedung Sheldonian. Seijuurou berpose dengan merangkul pinggang Tetsuya, sedangkan Tetsuya tersenyum manis.
Terakhir, Seiichirou meminta bantuan pengawal mereka untuk mengambil foto mereka bertiga. Masih berlatar gedung teater sheldonian yang legendaris Seiichirou berdiri ditengah dengan Tetsuya dan Seijuurou yang mengapit anak mereka. Seiichirou tersenyum lebar, Tetsuya tersenyum kalem, dan Seijurou berekspresi elegan.
Sebuah foto yang mengabadikan gambaran keluarga kecil bahagia yang sedang merayakan kelulusan sang anak dari sebuah perguruan tinggi.
Tetsuya melihat sekeliling gedung tempat di mana anaknya akan melakukan wisuda. Sudah menjadi tradisi turun temurun jika upacara kelulusan di Universitas Oxford di adakan di sebuah gedung yang bernama Sheldonian Teathre.
Teater Sheldonian adalah aula upacara resmi dari Universitas Oxford. Gedung multi fungsi di mana para siswa diterima di Universitas, Menerima gelar mereka ketika lulus, dan digunakan untuk pertemuan anggota parlemen Universitas.
Dibangun antara 1664 dan 1669. Nama diambil dari Gilbert Sheldon, orang yang meyumbang banyak dana untuk pembangunan teater. Dan di desain oleh Sir Christopher Wren.
Dikenal sebagai salah satu maha karya dalam bidang desain arsitektur, Bangunan ini terdiri dari serangkaian gulungan kayu dan balok silang rumit yang didukung oleh kawat gigi dan sekrup tanpa kolom.
Memiliki kapasitas antara 800 hingga 1000 orang, merupakan bagian dari Perpustakaan Bodleian yang berdekatan dengan Broad Street. Di sebelah kiri di depan adalah Clarendon Building dan di sebelah kanan adalah Gedung Old Ashmolean. Di belakang Sheldonian adalah Divinity Collage.
Setiap kali Seijuurou sedang melakukan kunjungan kerja di Inggris, Tetsuya menyempatkan diri pergi ke Oxford untuk mengunjungi putra semata wayang, kadang sampai menginap.
Seiichirou pernah mengajaknya berkeliling kampus yang sudah menjadi impiannya sejak masih di midle school.
Mereka mengunjungi beberapa tempat seperti Oxford Union Library perpustakaan dengan lukisan mural karya William Morris dan Dante Gabriel Rosetti di dindingnya . Selain Bodlean libraries Bodleian libraries yang merupakan salah satu perpustakaan tertua di dunia. Tentu menjadi surga bagi keluarga ini karena mereka memiliki hobi membaca buku, namun Tetsuya tidak bisa membaca semua buku yang ada di sana. Banyak buku berat dan berbahasa asing selain inggris yang tidak Tetsuya mengerti. Padahal bahasa inggris saja kadang dia tidak mau membaca apalagi bahasa latin. Kemudian Magdalen Bridge jembatan di mana kita bisa menyendiri atau sekadar melihat dedaunan jatuh saat musim gugur. Di bawahnya terdapat sungai dan tersedia perahu bagi yang ingin menikmati pemandangan sekitar kampus.
Port meadow yang merupakan lahan terbuka di samping sungai Thames. Cocok bagi yang suka bersepeda atau lari pagi.
Pemandangan yang tak kalah indah dari hamparan bunga Daffodil di Christ Chruch Meadow membuat siapapun merasa nyaman dan betah. Kemudian spot yang sangat nyaman untuk membaca buku di bawah pohon dedalu perkasa yang ada di film Harry Potter. lalu yang di seberang pohon adalah tempat yang di duga sebagai lokasi shooting untuk hutan terlarang.
Tetsuya terkesan dengan bentuk bangunannya yang indah. Lingkungan di sekitar juga tampak asri dengan banyaknya pohon dan rerumputan hijau. Keseluruhan bangunan menunjukkan bahwa Oxford telah berdiri kokoh sejak abad ke-11. Keindahannya bisa membuat merasa layaknya di dunia dongeng.
"Kenapa Tetsuya ?" Tanya Seijuurou yang penasaran karena Tetsuya hanya diam.
"Aku hanya berfikir tempat ini sangat indah. Andai dulu aku juga kuliah di sini."
"Tidak bermaksud mengejekmu Tetsuya, tapi aku tidak yakin kau bisa diterima, mengingat kau dulu sangat malas memperhatikan pelajaran matematika dan bahasa Inggris."
Bibir Tetsuya mengerucut imut. Sesaat lupa dengan usia. Perkataan Seijuurou memang ada benarnya. Dia ingat dulu sangat bermusuhan dengan kedua mata pelajaran itu.
"Tapi Sei-kun juga tidak mengizinkan aku tinggal di sini."
"Tentu saja !" Jawabnya tegas, kemudian ekspresinya kembali melembut. "Kau istriku sudah seharusnya menenaniku."
"Tapi dia kan anakku Sei-kun." Tetsuya tak mau kalah.
"Dia anakku juga Tetsuya, tapi dia juga harus belajar mandiri."
Mereka berdua terus melakukan perdebatan konyol hingga melupakan keberadaan anak yang menyaksikan.
Orang bilang rahasia umur awet muda tanpa harus perawatan mahal adalah bahagia. Hal itulah yang Seiichirou lihat dari kedua orang tuanya sekarang. Penampilan fisik mereka tak berubah banyak dari yang Seiichirou lihat saat dia masih kecil. Bahkan ibunya semakin terlihat menawan seiring berjalannya waktu. Meski garis dewasa tidak dapat ditutupi dari wajah keduanya.
Begitupun dengan tingkah laku mereka yang masih seperti remaja yang sedang kasmaran, terutama ayahnya yang tak bisa lama berjauhan dari ibunya.
Ya, mereka bahagia menjalani hidup bersama orang yang dicintai. Segala masalah apapun tak berarti selama saling memiliki.
Anak itu tersenyum tipis, dalam hati berdoa semoga keluarga mereka tetap seperti ini hingga ajal nanti. Dia juga berharap bisa hidup seperti orangtuanya jika mempunyai pasangan nanti.
"Sei..!!" Suara panggilan seseorang memaksanya untuk menoleh. Matanya membelalak ketika mengetahui siapa yang datang.
"Stefani? Bryan ? Max ?"
Seru Seiichirou dengan nada terkejut sekaligus senang melihat tiga orang yang berjalan ke arahnya yang tak lain adalah sahabatnya di kampus.
"Okaa-san, Otou-san, perkenalkan mereka adalah teman-temanku."
Mengetahui orang tua Seiichirou bukanlah orang sembarangan, Ketiga anak itu berdiri bersisian, kemudian membungkukkan badan memberi hormat. Kemudian memperkenalkan diri.
"Hajimemashite" ucap mereka bersamaan.
" Watashi wa Stefani Maxwell desu. Yoroshiku onegaishimasu" Pertama kali yang memperkenalkan diri adalah seorang anak perempuan berwajah khas Kaukosoid. Berambut pirang kecoklatan dan bermata hijau.
" Watashi wa Bryan Antonio desu. Yoroshiku Onegaishimasu. " Yang kedua adalah pemuda eropa berkulit eksotis yang sekilas mengingatkan Tetsuya pada Aomine daiki.
" Watashi wa Maxime Haben desu. Yoroshiku Onegaishimasu. " Yang Terakhir adalah pemuda keturunan kulit hitam.
Kejutan tak terduga itu sontak membuat Tetsuya dan Sejuurou terkesan. Tak menyangka putranya memiliki teman-teman asing yang bisa berbicara bahasa Jepang.
"Ha'i yoroshiku onegaishimasu. Aku tidak menyangka kalian bisa berbahasa Jepang."
Tetsuya berkata kepada teman-teman putranya. Bermakaud menyampailan kekaguman.
Namun ketiga anak itu hanya terdiam dan terlihat bingung. Tak pelak membuat Tetsuya heran.
"Ya.. kami belajar dari Seiichirou." Satu-satunya gadis yang berada di sana menjawab dengan canggung. Logat baratnya masih sangat kental.
"Kaa-san, sebenarnya hanya Stefani yang belajar bahasa Jepang." ucap Seiichirou menjelaskan situasi teman-temannya, lalu pandangannya beralih kepada dua anak laki-laki di sebelahnya
"Mereka berdua hanya ikut-ikutan."
Kedua anak itu hanya tersenyum menahan malu.
Tetsuya dan Seiijurou hanya tersenyum maklum melihat tingkah anak-anak yang ada dihadapan mereka.
"Is he bothering you ?" Tanya Seijuurou kepada teman-teman anaknya. Dia ingin tahu apakah anak ini menyusahkan orang lain ketika tidak sedang diawasi olehnya ?"
"No, he is a nice guy." Jawab bryan dengan mengibaskan tangan di depan dada.
"He often help us " jawab anak yang lainnya. Terlihat mereka sangat nyaman berteman dengan Seiichirou. Persamaan nasib sebagai anak rantau menyebabkan kedekatan diantara mereka bisa terjalin.
Interaksi hangat diantara mereka terpaksa terhenti karena Maxime membisikkan satu kalimat di telinga Seiichirou. Sebuah pemberitahuan bahwa mereka harus segera masuk untuk upacara pemberian gelar .
"Kaa-san, Tou-san, kami pergi dulu."
Sebelum pergi mereka sempat membungkuk untuk memberi salam.
"Ha'i, sampai nanti."
Setelah memberi salam, para pemuda itu langsung pergi meninggalkan Seijuurou dan Tetsuya masuk ke tempat upacara.
Sedangkan Seijuurou dan Tetsuya menyusul belakangan karena upacara pemberian gelar dan upacara perayaan di laksanakan secara terpisah.
"Hei, Tetsuya. Sepertinya gadis itu menyukai Seiichirou. Jangan-jangan mereka sudah pacaran. " Seiijurou mengutarakan kesannya kepada gadis bule yang menjadi teman kuliah anaknya. Bukan tanpa alasan dia mengatakannya, melihat tingkahnya itu dia yakin gadis itu memiliki perasaan khusus kepada anak semata wayangnya.
Tetsuya mengerutkan alisnya. "Seiichi-kun tidak pernah bilang kalau dia punya pacar."
"Kalau begitu mereka masih tahap pendekatan."
"Tidak mungkin, dia masih terlalu muda untuk itu."
"Kenapa tidak ? kita dulu sudah menikah saat seusia dia."
"Aku tidak ingin dia merasa kehilangan masa muda karena harus menjadi suami Sei-kun. Aku tidak mau dia menyesal. "
"Jadi kau menyesal menikah muda denganku ?" Tanya Seijuurou dengan tajam. Sedangkan Tetsuya masih bersikap datar.
"Bukan begitu, aku merasa beruntung bisa menikah denganmu. Kau juga mampu bertanggung jawab sebagai suami meskipun masih muda. Dan kebetulan kita menemukan pasangan yang cocok dan nemiliki tujuan hidup yang sama. Tapi nasib Seiichirou belum tentu sama dengan kita. "
Seijuurou menghela nafas. " Kau terlalu banyak berfikir Tetsuya. "
"Habisnya dia anakku satu-satunya Sei-kun, aku belum siap jika dia harus menikah dan meninggalkanku dan hidup bersama dengan istrinya. Kemudian dia akan jarang mengunjungiku karena sibuk dengan keluarganya. " Perlahan kedua mata Tetsuya mulai berair, kemudian air matanya mengalir.
Seijuurou sedikit panik melihat istrinya yang mulai menangis. Dia langsung merangkul tubuh mungil mencoba menenangkan. Entah kenapa akhir-akhir ini Tetsuya menjadi sensitive. Mungkin karena efek tinggal terpisah dengan anaknya.
"Jangan menangis, Tetsuya. Aku hanya berasumsi, semua belum tentu benar."
"Tapi kau bilang prediksimu tidak pernah salah." Tetsuya berkata dengan airmata masih membasahi pipinya. Bibirnya masih di kerucutkan dan pipinya di gembungkan. Tak sadar jika sikapnya itu berpotensi membangunkan Seijuurou junior yang akan menyebabkan batalnya kehadiran mereka di acara wisuda sang anak.
Seijuurou meringis, "Kau tahu kan, kau adalah yang tidak bisa kuprediksi, termasuk juga anakmu."
Walaupun dalam hati sebenarnya dia tidak keberatan kalau anaknya menikah muda, bukannya tidak sayang kepada si putra semata wayang, tapi jika Seiichirou menikah dia akan memiliki orang yang mengurusi semua kebutuhannya, anak itu tidak akan selalu bergantung lagi pada Tetsuya, Sehingga dia bisa menghabiskan sisa umurnya hanya berdua dengan Tetsuya tanpa anak yang merecokinya.
Tak mau semakin membebani pikiran sang istri Seijuurou memilih mengalihkan pembicaraan, kebetulan acara mereka akan segera di mulai.
"Sudah saatnya kita masuk kedalam Tetsuya, hapus air matamu, bukankah ini hari bahagia untuk anak kita ?"
"Kau pikir ini salah siapa ? dan apa-apaan omonganmu itu ?"
"Apakah ada yang salah dengan ucapanku ?"
"Kau bicara seperti dia akan menikah.. !" Tetsuya berkata dengan nada yang merajuk. Sedangkan suaminya hanya terkekeh menyebalkan. Ekspresi Tetsuya terlihat lucu, membuatnya ingin terus menjahilinya.
"Baik-baik.. aku minta maaf, sekarang mari kita masuk.
Seijuurou merangkul pundak istrinya kemudian mengajaknya untuk berjalan masuk. Sedangkan Tetsuya masih cemberut.
.
.
Seijuurou dan Tetsuya kini telah duduk di bangku atas Sheldonian Teater. Seperti teater pada umumnya, Tempat duduk di sini juga di desain setengah lingkaran di bagian atas dan bawah. Bagian atas di peruntukkan untuk keluarga mahasiswa, sedangkan di bagian bawah adalah tempat duduk mahasiswa dan dan para dosen.
Bangunan ini memiliki cungkup delapan sisi yang menonjol di tengah atap, yang dapat diakses melalui tangga menuju kubah di atas langit-langit utama.
Kubah memiliki jendela besar di semua sisi, memberikan akses pemandangan di pusat kota Oxford, dan terbuka untuk pengunjung.
Jika tidak sedang dipakai untuk acara kampus, Teater ini digunakan untuk resital musik, kuliah (seperti Kuliah Romani tahunan), konferensi, dan untuk berbagai upacara yang diadakan oleh Universitas (seperti kelulusan dan matrikulasi).
Saat ini, teater adalah rumah bagi pertunjukan reguler oleh kelompok-kelompok lokal, termasuk Oxford Philomusica dan Stornoway.
Tak menunggu lama sesuai dengan jadwal yang sudah tertulis di undangan, acarapun akhirnya di mulai.
Sebagai pembukaan adalah masuknya seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan jubah kebesaran dan di susul para petinggi univesitas lainnya mereka yang di sinyalir sebagai Kanselir, rektor dan wakil rektor dengan membawa tongkat diiringi lagu klasik yang suaranya berasal pipa organ. Membuat Suasana terasa khidmat dan syahdu. Para mahasiswa berdiri untuk memberikan penghormatan kepada guru besar mereka.
Ketika lagu berakhir, para mahasiswa dan beberapa dosen kembali duduk di kursinya. Kemudian seorang dosen lagi maju ke depan untuk memberikan sambutan.
Selebihnya acara terdiri dari rangkaian upacara protokoler kelulusan mahasiswa. Semua dilaksanakan menggunakan bahasa latin.
Hanya butuh tiga tahun bagi Seiichurou untuk menyelesaikan studi. Dia lulus dengan nilai tertinggi di jurusan Bisnis dan Manajemen. Menjadi orang Jepang pertama yang mendapatkan nilai sempurna. Dia juga menerima penghargaan atas prestasinya selama menjadi mahasiswa.
"Selamat ya sayang."
Acara telah selesai, kini Seiichirou telah resmi menyandang gelar Bachelor dalam bidang bisnis dan manajemen. Tetsuya memberi ucapan selamat dengan memeluk anak kesayangannya.
"Kerja bagus. Aku harap kau bisa menggunakan ilmu yang kau pelajari untuk membantu perusahaan." Ucap Seijurou. Meskipun tak terlalu menunjukkan ekspresinya, Tapi Seiichorou tahu bahwa ayahnya sangat bangga padanya.
"Terimakasih kaa-san. Aku akan berusaha Tou-san."
"Ne, Sei-kun, kita belum memberi hadiah kelulusan untuk Seiichirou-kun."
"Hm, kau benar Tetsuya. Tapi kau tahu kan aku sibuk dan tidak sempat membelikan hadiah untuknya. "
"Tou-san, Kaa-san, aku tidak terlalu menginginkan hadiah. Kalian mau datang saja aku sudah sangat senang."
Tetsuya tersentuh dengan perkataan anaknya. Dia bangga telah melahirkan anak yang tak hanya tampan dan cerdas, namun juga baik hati. Diapun mengelus surai merah putranya penuh sayang.
"Tapi kalau boleh meminta, aku ingin jalan-jalan dengan Kaa-san malam ini, "
"Tentu saja." Tetsuya langsung menjawab dengan antusias. Dia sangat suka menjelajahi suasana malam kota oxford.
"Tidak bisa, kita harus kembali ke Jepang setelah ini."
"Apa ? kita baru datang kemarin."
"Lusa aku ada rapat dengan klien di Tokyo."
"Kalau begitu Tou-san pulang duluan saja, Biar kaa-san tinggal di sini." Ucap Seiichirou mencoba bernegosiasi dengan ayahnya.
"Seiichirou-kun benar, kami akan tinggal di sini untuk beberapa hari lagi. " Bahkan ibunya juga ikut membantunya.
Seiijurou memijit pelipisnya, kepalanya pusing mendengar permintaan yang menjadi bagian hidupnya. Yang satu belahan jiwa dan yang satu bagian dari dirinya. Apalagi mereka sama-sama keras kepala jika sedang menginginkan sesuatu.
"Tidak bisa, kalian berdua harus ikut pulang malam ini. Dan aku tidak menerima penolakan. "
Putus Seijuurou final. Dia tidak ingin pulang ke Jepang sendirian, sedangkan anak dan istrinya bersenang-senang. Jika sudah berkata seperti itu, maka Tetsuya dan Seiichirou tidak bisa membantah permintaan sang kepala keluarga.
"Kalau begitu aku ingin kita makan bersama di luar, Mau kan ? " Tanya Seiichirou dengan lesu.
"Kau ingin makan dimana ?" Jawab Seijuurou.
"Turf Tavern"
Sang ayah menghela nafas. "Baiklah, kita kesana. "
"Yosh, Ayo Kaa-san." Seiichirou dengan semangat menarik tangan ibunya. Sementara ayahnya mengikuti mereka dari belakang.
Menuju Caffe Restoran legendaris yang paling terkenal di kota bagi pelajar di Inggris tersebut. Tempatnya tak jauh dari lingkungan kampus oxford. Tempat ini juga sering dijadikan para mahasiswa dan staf kampus untuk menghabiskan waktu makan siang dan akhir pekan dengan teman-teman mereka. Selain itu juga banyak turis yang berkunjung.
Untuk sampai ke tempat ini mereka harus melalui jalan berbatu atau gang sempit karena memang letaknya yang tersembunyi.
Turf Tafern sejatinya adalah Sebuah Pub yang Menyediakan beragam jenis minuman berakhohol mereka juga membuat bir lokal secara berkala menawarkan cita rasa unik dan selalu menjadi tempat yang bagus untuk belajar tentang 'bir' Inggris bagi wisatawan. Namun seiring berjalannya waktu dan pengunjung juga tidak terbatas pada kalangan dewasa melainkan banyak yang anak-anak juga mereka menyediakan minuman non alkohol seperti cola, kopi dan teh. Makanan di tempat ini juga sangat enak karena terbuat dari pahan pilihan namun harganya cukup ramah untuk para mahasiswa.
"Tou-san, kaa-san di sini saja. " Seiichirou memanggil kedua orang tuanya untuk duduk di tempat yang dia pilih. Mereka memilih ruangan Outdor agar bisa menikmati suasana sore.
"Tempat ini tidak berubah. " Ujar Seijuurou merasa bernostalgia.
"Tou-san pernah ke sini ?" Tanya sang anak merasa penasaran.
"Dulu saat aku pertama kali datang ke Inggris."
Seiichirou mengangguk tanda mengerti. Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa pesanan mereka.
Fish and Chips adalah menu andalan di cafe ini. Olahan daging ikan berbalut tepung dan potongan kentang goreng dimakan bersamaan dengan saus mayones. Mereka bertiga memilih memesan makanan ini sebagai pengisi perut. Sedangkan untuk minuman mereka memiliki selera yang berbeda, Seijuurou memesan Irish Coffe, Seiichirou memilih cappuchino sebagai minumannya, sedangkan Tetsuya lebih terima dengan vanilla ice. Karena mereka datang ketika matahari hampir terbenam mereka sekalian makan malam.
Hari sudah berubah gelap saat mereka selesai dari acara makan keluarga di cafe yang pernah di kunjungi oleh mantan presiden Amerika Serikat, Bill clinton. Di ujung gang mereka telah di tunggu oleh sopir dan pengawal.
Seiichirou melihat ke luar jendela mobil, Gedung Universitas Oxford masih dapat di saksikan berdiri dengan gagah meski hanya tersorot cahaya lampu. Hari ini adalah hari terakhir dia berada di tempat ini. Dia sangat menikmati 3 tahun kehidupannya sebagai mahasiswa. Dan sekarang dia harus meninggalkan kampus yang menjadi impiannya sejak kecil.
Dia masih ingat ketika masih kecil ayahnya mengajaknya berkunjung ke Inggris, kemudian ketika orang tuanya mengajaknya berkeliling kota oxford dia jatuh cinta dengan keindahan bangunan universitas yang melahirkan banyak tokoh penting dunia. Saat itulah dia putuskan untuk menjadi salah satu orang yang menempuh pendidikan di sana.
"Ada apa Seiichirou-kun ?" Tanya Tetsuya dengan nada khawatir melihat anaknya.
"Tidak apa-apa kaa-san, Aku pasti akan merindukan tempat ini."
Tatapan sendu tampak dari dua mata biru yang diturunkan Tetsuya, dia sangat suka berada di sini. Dia sempat terfikir untuk menhadi seorang peneliti di Oxford. Tapi tanggung jawabnya sebagai penerus perusahaan membuatnya harus kembali ke tanah kelahiran.
"Kau bisa mampir saat kau berlibur atau melakukan kunjungan kerja." Ujar Seijuurou mencoba menghibur anaknya.
Bibir tersenyum sedikit. "Iya, Tou-san."
Meski begitu rasanya akan tetap berbeda, karena sudah tidak ada lagi teman-temannya di sana. Seiichirou paham bahwa semua yang memiliki awal pasti memiliki akhir, meskipun ini bukanlah akhir dari perjuangannya justru adalah awal untuk dirinya menapaki jalan kedewasaan.
Ya, sang Akashi muda menyadari hidupnya harus terus berjalan.
Mobil limousin hitampun akhirnya berlalu meninggalkan gemerlapnya cahaya yang setia menghias malam.
.
.
.
.
.
Haloo.. saya ngambang lagi XD /
Bikin ff dari materi tugas sekolah nyahahaha. Mumpung ada bahan sekalian di manfaatkan :v
Setelah berkeliling mencoba beberapa jenis cerita yang berbeda akhirnya saya kembali ke jalan yang benar (?)
hehehe saya kangen sama Akakuro yang ada anaknya. Ingat.. saya menulis ff untuk mengasup diri saya sendiri kemudian baru dibagikan ke orang lain, OK ? XD
Ceritanya gk berat, khusus untuk Akakuro week ;)
Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun kekuranganan di ff saya, saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengedit dan saya terlalu malas untuk mengecek ulang karena terlalu panjang :")
