Title : Smile
Cast : Yunpa a.k.a Jung Yunho, Jaema a.k.a Kim Jaejoong
Genre : Romance, a little drama
Rate : T for Teen, everyone can read :)

Yunho punya Jaejoong, Jaejoong punya Yunho. Yunjae punya Shipper. TVXQ punya Cassiopeia. Cassiopeia is me! xD so. Yunjae Is Real ! xD
Yunho adek kelas Jaejoong di sini. :D mereka beda setaun. :D

Happy reading ~~

Chapter 1

Kim Jaejoong POV

Tiupan angin itu membuat rambutku tak dapat berdiam diri. Mereka terus bergerak mengikuti arah angin yang meniupnya. Namun, tiupan angin itu tak terasa dingin olehku, mungkin karena seragam sekolah yang merekat ditubuhku cukup tebal, ditambah lagi sinar mentari siang ini begitu hangat dan mempu mengusir kedinginan ini.

Aku tersenyum memandang lepas pemandangan luas sekolah ini. Ternyata sekolah yang sudah kudiami selama tiga tahun ini sangat lapang dan luas. Aku yang berada di atap sekolah seorang diri merasa nyaman memandangnya.

Bukan untuk pertama kali aku berada di tempat ini, oleh karena itu tempat inilah yang akan kurindukan ketika aku lulus nanti. Di tempat ini telah tercipta berbagai kenangan indah dan menyenangkan, terutama kenanganku dengannya. Dia Jung Yunho.

Dia yang selalu membuatku tersenyum disaat aku ingin menangis, dia yang selalu menyadarkanku ketika aku lengah dan dia yang selalu menyemangatiku ketika aku terpuruk jatuh.

Yunho-ah… aku selalu tersenyum setelah aku bertemu denganmu, karena senyuman itu akan terukir ketika aku mengingatmu.

...

Dua tahun yang lalu ketika aku berada ditempat ini seorang diri. Ia datang dan cukup menggangguku saat itu.

Flashback

"Bukankah tidak baik seorang diri di tempat sepi ?" Tanya Yunho mengejutkanku dan dia berada di sampingku.

Aku hanya diam, tanpa menjawab pertanyaan Yunho si siswa baru saat itu.

"Kenapa kau tidak menjawabku ?" Tanyanya lagi.

Aku tetap mempertahankan kebisuanku. Tanpa memandangnya aku pun bermaksud pergi. Namun, tangannya menahanku, sehingga terpaksa aku harus melihatnya.

"Tidak bisakah kau bersikap sopan pada sunbaemu ?" Tanyaku terdengar kesal yang kemudian melepaskan tangan Yunho dengan paksa.

"Ah?" Dia sedikit terkejut mendengar ucapanku. "Mianhae, aku kira kau satu angkatan denganku… Mianhae Hyung…!"

Aku mengacuhkannya, dan meninggalkan dia seorang diri.

End of Flashback

...

Itu adalah hari pertama aku bertemu dengannya, hari itu adalah awal dari segalanya. Awal dari segala alasan yang berdampak hingga saat ini. Ya, Karena aku bertemu dengannya, aku dapat mengawali diriku untuk menjadi diriku yang sebenarnya.

Hari yang terlewati bersamanya di tempat ini telah berlalu selama dua tahun. Ya, waktu dua tahun yang menurutku terlalu singkat.

Aku masih diam dan mematug di tempat yang sama, aku memandangan pemandangan yang juga masih sama. Entah apa yang ingin aku lakukan tapi aku yang kini tengah menunggunya datang akan tetap menunggunya dalam diam.

Tiba-tiba handphoneku bergetar dan tercantum nama Yunho mengirim pesan.

From : Jung Yunho

Hyung, kau dimana ?

Mianhae, sepertinya aku telat.

To : Jung Yunho

Wae ?

From : Jung Yunho

Aku harus membantu Junsu memberi makan

Kucing kesayangannya. Kau dimana ?

To : Jung Yunho

Chincha? arraseo, gwenchana

Aku juga masih di rumah

Temanilah Junsu

From : Jung Yunho

Gomawoyo!

Aku harus lebih lama menunggunya. Dia harus menemani pacarnya Junsu terlebih dahulu. Ya… dia harus lebih mementingkan Junsu dari pada aku. Tapi kenapa aku harus merasa sakit mendengarnya ?

Yunho-ah… kau hanya menganggapku sebagai Hyung mu saja, aku tidak bisa berharap lebih.

Aku tersenyum seorang diri, menatap layar handphoneku yang kosong. Dan kembali mengingat hal-hal yang berkesan dengannya.

...

Ketika aku pertama kali menjadi seorang siswi kelas tiga di Dong Bang High School ini. Aku yang tengah berdiri di atap sekolah ini dihampirinya.

Flashback

"Hai Hyung…!" Sapa Yunho mengejutkanku.

"Ah… Kau !"

"Hem… bagaimana kesan pertamamu menjadi siswa kelas 3 ?"

"Sama sekali tidak berkesan !"

"Aaaa…. Wae ?"

"Entahlah… namun itu yang kurasakan !"

"Hem… baiklah kalau begitu. Aku akan membuatnya berkesan saat ini juga !"

Aku melihatnya yang tengah memandangku dengan senyumnya. Matanya yang kecil semakin tidak terlihat ketika ia tersenyum.

"Jangan ngawur !" Jawabku yang kemudian tersenyum dan memalingkan wajahku dari tatapannya.

"Aku tidak bercanda Hyung !" Jawab Yunho yang tak lagi memandangku.

"Jeongmalyo ? Arraseo… apa yang akan kau lakukan ?"

"Hem… ikut aku !"

Yunho dengan segera memegang lenganku dan membawaku berlari. Menuruni tangga, dan melewati lorong-lorong kelas yang ramai. Aku tak tahu kemana Yunho akan membawaku saai itu, namun dalam hati kecilku aku bertekad akan mengikuti langkahnya kemanapun ia membawaku.

Hingga akhirnya, kami berdiri di depan dinding perbatasan lingkungan sekolah dengan lingkungan luar. Dan saat itu pula aku mengerti maksud Yunho.

"Aku tidak mungkin melakukannya !" Ucapku yang tidak percaya bahwa Yunho bermaksud membawaku membolos.

"Ayolah Hyung… Hari ini saja. Percayalah padaku, tidak akan terjadi apa-apa !" Kata Yunho yang kemudian mendorongku dan dengan isyarat ia menyuruhku melewati dinding ini dengan cara menaiki tangga yang tepat berada di depanku saat ini.

"Aku tidak yakin aku bisa melakukannya, Yunho-ah…"

"Ayolah hyung… kau pasti bisa !"

"Kau duluan !" Aku mundur dan sedikit mendorong Yunho.

"Tapi kau janji kau harus mengikutiku !" Kata Yunho yang kembali ia memegang lenganku.

Berbeda dengan sebelumnya, entah apa yang masuk ke dalam tubuhku, tiba-tiba saja jantungku berdetak begitu kencang, seolah ia berlari dan membuatku terdiam selama beberapa saat ketika aku melihat lengan Yunho yang menggenggam erat lenganku.

"Yaksokae !" Jawabku yang kemudian melepaskan genggaman itu dan menyuruh Yunho segera menaiki tangga.

Aku melihatnya dengan cepat menaiki tangga itu satu per satu, lalu ia menghilang setelah tepat berada di puncak dinding itu. Dan kemudian segeralah aku mengikuti langkah-langkah Yunho.

Dengan perasaan tak yakin, aku menaiki anak tangga itu dan ketika aku sampai di puncak dinding kulihat Yunho tersenyum padaku dan menyuruhku segera melompat.

"Ayo hyung… lompatlah !" Teriak Yunho.

Aku memejamkan mata dan melompat dengan sedikit ragu-ragu.

"Kyaaaaaaa….." Teriakku yang akhirnya mendarat dengan sempurna.

Ketika aku membuka mata, Yunho dengan segera mengulurkan tangannya kepadaku yang tengah jongkok.

"Kau berhasil hyung !" Ucapnya.

Aku hanya tersenyum dan kemudian menyambut lengan Yunho.

"Kau tahu hyung Aku tidak berharap kau jatuh sempurna seperti itu !" Kata Yunho.

"Mwo ? Apa maksudmu ?" Tanyaku tak mengerti.

"Aku harap kau jatuh dipelukanku ! Sehingga aku bisa memelukmu hyung… hahahaha!" Jawab Yunho dengan tengilnya.

"neoya … !"

"Mianhae hyung… Aku hanya bercanda !"

Aku menatap pemandangan di depanku. Ternyata hanya sebuah jalan raya yang penuh dengan kendaraan yang tengah berlalu lalang. Kulihat Yunho, lagi-lagi ia hanya tersenyum.

"Ayo hyung…!" Ajak Yunho.

"Tunggu, sebenarnya… kau mau membawaku kemana ?"

"Percayalah padaku… aku tidak akan melukaimu hyung !"

Seperti tekadku sebelumnya. Aku akan mengikuti kemanapun langkah Yunho membawaku. Sehingga tanpa menjawabnya lagi, aku segera berjalan dan berlari kecil tanpa tujuan.

Tiupan angin yang kulewati tampak begitu lembut, langkah-langkah yang ku ikuti terasa ringan, genggaman tangannya yang hangat dan kuat seolah menyihirku dan membuatku enggan untuk melepasnya. Hingga akhirnya, aku dan Yunho berdiri di sebuah gerbang taman hiburan. Setelah menyerahkan dua tiket, kami pun masuk.

Yunho mengajakku menaiki berbagai arena permainan disana, dan tanpa melepas senyum, kami tertawa.

"Ke tempat inilah bila aku membolos ! Disini ramai dan semua orang disini pastilah tersenyum. Aku suka melihat senyum mereka. Tanpa beban dan begitu tulus !" Kata Yunho panjang lebar setelah hampir semua arena permainan sudah kami coba.

"Begitukah ? Kalau begitu, aku akan tersenyum untukmu !" Jawabku yang kemudian tersenyum.

Yunho diam, tanpa senyum ia terlihat dingin dan itu membuatku cukup tertegun. Apa aku salah bicara ?

"Wae ?" Tanyaku tak mengerti dan masih melihat Yunho yang hanya diam.

"Anio…" Jawab Yunho yang kini ia mulai berjalan lagi.

Hiruk pikuk keramaian tempat ini membuat aku dan Yunho kembali tertawa. Tanpa lelah kami terus berbicara. Hingga tanpa disadari, aku lupa akan waktu yang berjalan.

Mentari mulai tenggelam di ufuk barat. Dan disanalah bias-bias warnanya yang memudar mulai menghilang.

"Arena terakhir… Taman Labirin !" Kata Yunho yang tanpa kusadari telah membawaku tepat berada di depan sebuah taman labirin yang tampak menyeramkan.

"Aaah… kau… sekarang sudah hampir malan, dan lagi pula aku mulai lelah !" Jawabku yang sedikit mulai merengek manja.

"Ayolah hyung… Anggap saja ini permintaanku yang terakhir !"

"Ah, aku tidak mau !"

Yunho menatapku dengan senyum memohonnya. Ia merapatkan kedua telapak tangannya dan inilah yang menyebabkanku tidak bisa menolaknya.

"Baiklah …"

"Kyaaa… aku menunggu jawaban itu hyung…" Kata Yunho dengan lompatan bahagiannya. "Ya sudah, kalau begitu kau masuk pintu satu dan aku pintu dua !"

"MWO ?"

"Wae ?"

"APA YANG SEDANG KAU PIKIRKAN HAH ? Hari mulai gelap, kau masih akan membiarkanku seorang diri mencari jalan ?"

"Tenang saja hyung… kita pasti berhasil !"

"Kau… bagaimana bila aku terjebak dan tidak bisa keluar ?"

"Aku yakin kau bisa Hyung… lagi pula, sebut saja namaku bila kau mulai merasa takut. Arraseo ? So, aku duluan !"

Aku melihat Yunho memasuki taman itu dan menghilang di belokan yang pertama. Aku tak mengerti akan apa yang Yunho pikirkan. Namun bagaimanapun juga aku tidak bisa menolak keinginannya.

Dengan segala keberanian yang aku miliki, aku memasuki taman itu dari pintu yang berbeda dengan yang Yunho masuki. Jalan yang sempit dan berkelok-kelok aku susuri dengan sedikit ketakutan.

Langit yang berada diatasku kini gelap. Bintang-bintang bermunculan dan bulan pun sudah tampak dan mulai menerangi malam yang baru datang ini. Perubahan itu telah terasa, namun keadaanku belum juga berubah. Ya… aku masih terjebak di taman labirin ini, padahal arloji yang melingkar di lengan kananku tengah menunjukkan pukul tujuh malam.

Aku yang semakin ketakutan mulai merekatkan pakaianku dan tanganku pun dengan refleks memeluk tubuhku yang meronta karena kedinginan.

Semakin aku melangkah, semakin aku merasa takut. Langkah kaki pun semakin berat. Dengan jelas terasa, aku ketakutan. Aku diam dan terus berjalan, hingga akhirnya aku hanya mampu diam.

"Aku takut…" Lirihku kecil.

Tak ada jawaban. Kosong, sepi dan dingin. Keramaian itu tertetutupi oleh tumbuhan-tumbuan tinggi yang berada di sekelilingku ini.

"Yunho-ah… aku—!"

Kata-kata ku terpotong.

Aku terdiam. Dengan erat seseorang memelukku dari belakang. Pelukan yang hangat dan nyaman. Tangannya melingkar di tubuhku, dengan lembut ia mengusap kedua lenganku dan menghangatkanku.

Ya, dia Yunho. Yunho memelukku, ia menghangatkanku. Sentuhan dan pelukannya hanya mampu membuatku diam, aku membisu dalam kegelapan di bawah hamparan bintang. Aku tak bisa membalas pelukannya, namun aku tak ingin melepaskannya.

"Sudah kukatakan, aku akan ada di belakangmu bila kau menyebut namaku ! Kenapa tidak sedari tadi kau menyebut namaku ?" Bisik Yunho yang menyadarkanku dan membuatku terpaksa melepaskannya.

Aku kini berhadapan dengannya. Matanya masih seperti sebelumnya, kecil. Namun, senyumnya tak terukir di wajahnya. Ia memandangku dalam diam. Hingga akhirnya lenganku digenggamnya dan aku berlari kecil mengikuti langkahnya mencari jalan keluar.

Dan, tanpa perlu waktu lama aku dan Yunho kembali barada di tengah keramaian.

"Selanjutnya ?" Tanya Yunho yang akhirnya ia kembali menjadi Yunho yang semula dengan senyumnya yang khas.

"Aku ingin pulang !" Jawabku ketus.

"Lebih bak kita makan dulu !"

"Aniyo… aku mau pulang !"

"Arraseo… aku akan mengantarmu pulang !"

Langah-langkah kaki yang terdengar di trotoar sepi itu adalah milikku dan Yunho. Entah kenapa, padahal belum begitu malam namun tak ada seorang pun yang berlalu lalang di tempat itu, hanya aku dan Yunho.

Tanpa kata kami berjalan, tak ada seorang pun yang berani memulai pembicaraan. Sebelum akhirnya, aku kembali berada di depan gerbang rumahku..

"Masuklah !" Kata Yunho ketika tepat aku melihat kearahanya.

"gomawo !" Jawabku dan sedikit membungkuk padanya. "Annyeong gihaseo…"

Aku memasuki gerbang rumahku dan ketika aku sampai di depan pintu, Yunho masih belum pergi.

"Kim Jaejoong… aku harap hari ini berkesan !" Teriak Yunho.

Kulihat Yunho akhirnya pergi, bersamaan dengan para bintang yang tersenyum menyambutku pulang.

End of Flashback

...

Mungkin hari itu adalah hari yang tidak akan pernah kulupakan karena aku tidak bisa melupakannya. Pelukannya yang hangat masih melekat hingga saat ini. Senyumnya yang ceria selalu mempu menghipnotisku, begitupun dengan tatapan matanya ketika ia menjadi Yunho yang dingin, itu selalu membuatku mengingatnya.

Yunho-ah… aku selalu berharap bahwa kau bukan Hoobaeku. Aku selalu berharap bahwa aku tidak akan meninggalkan sekolah ini seperti hari ini.

Ya… kata lulus sudah menempel di namaku. Aku telah lulus dari sekolah ini dan ini adalah hari terakhirku berada disini sebagai seorang siswa.

Aku kembali menatap angin yang masih mengelilingiku dalam diam.

...

TBC

hehehehe. ini ff chapter pertama saya ! xD
diharapkan review nya ya. :)

gomawo ! xD