Huwaaa…..

Seseorang tolong aku….

Aku tidak bisa untuk tidak memikirkan banyak cerita di berbagai fandom. Ini fandom keempat ku... padahal tiga fandom yang laen ceritanya belum kelar…

Hmmmm…. Gimana ya? Abisnya aku dah gak kuat mendem cerita ini lama-lama di otakku. Kalo gitu langsung kita simak ja ya..

Summary : "Light harus menghadapi Mello yang brother complex demi mendapatkan sang pujaan hati. Ditambah lagi harus menghadapi keanehan-keanehan dari sang calon mertua. Bagaimana kah nasib remaja paling bergengsi di fandom satu ini?"

Disclaimer : DN punya saya tapi kalo saya nulis nama TO TO di death note. *digeplak TO2*

Genre : mmm… romence nya dikit, family iya, humor tergantung tingkat kehumorisan readers..

Pairing : cari ja ndri di cerita ini

Warning : YAOI…. OOC, GaJe, Gayus, eh, Jayus….

Demi Kamu

Chapter 1

TOK TOK TOK.

Pintu sebuah ruangan yang disebut kamar itu diketuk. Membuat sang pemilik kamar beranjak dari tempatnya semula-depan cermin-menuju ke pintu untuk membukanya-dengan langkah malas-. Seorang bocah laki-laki yang kira-kira berusia enambelas tahun dengan rambut pirang sebahu tampak sudah stand by di depan pintu yang terbuka, dibuka oleh seorang bocah laki-laki yang dari ujung rambut sampai ujung kaki berwarna putih, kecuali mata onyxnya dan bibir merah mudanya.

"Tou-san sudah menunggu di meja makan. Hari ini kau sehat,'kan?" tanya bocah pirang kepada bocah albino di depannya. Yang ditanya Cuma mengangguk lalu masuk lagi ke dalam kamar. Bocah albino tersebut meraih tas ranselnya kemudian keluar kamar lagi, menghampiri bocah pirang yang masih setia menunggunya di depan pintu kamarnya yang bernuansa putih si albino menuruni tangga, si pirang mengikutinya dari belakang.

Di ruang makan sudah duduk tiga orang lelaki yang memang pemilik rumah itu. Yang duduk di kursi paling besar dan seperti berada di posisi pemimpin adalah seorang lelaki berambut hitam yang tatanannya berantakan dengan wajah putih dan kantung mata menghiasi kursi yang berada di sisi sebelah kiri duduklah bocah pirang yang tadi. Dan yang di sisi sebelah kanan duduklah bocah albino yang dijemput di kamarnya tadi. Di hadapan mereka telah tersaji hidangan yang berbeda satu sama lain. Untuk lelaki yang mirip panda, tersaji sebuah strowberry cake yang ukurannya lumayan besar. Si pirang berhadapan dengan dua buah cokelat batangan, dan si albino kecil dengan pancake coklat ukuran kecil itu semua sudah rutin menjadi menu sarapan mereka.

"Near.." panggil sang pemimpin. Dan langsung mendapat respon dari bocah albino karena merasa namanya dipanggil.

"Jangan lupa terapimu hari ini." Ujar pemimpin itu lagi.

"Baik, Tou-san." Jawab si albino alias Near. Kemudian mereka kembali sibuk dengan hidangan mereka masing-masing walaupun yang bernama Near memakannya dengan ogah-ogahan.

"Kau baik-baik saja kan, Near?" tanya bocah pirang yang sedari tadi memperhatikan gelagat Near yang lesu-lesuan.

"Ya, Mello-nii."

….

Di Sekolah

Mello yang merupakan kakak dari Near yang usianya dua tahun di atas Near. Namun dikarenakan Near yang sudah pernah loncat kelas dua kali, membuat mereka berada di tingkat yang sama sekarang, kelas XI. Mereka juga sekelas. Walaupun sebenarnya Mello yang memaksa pihak sekolah untuk menempatkannya di kelas yang sama dengan Near. Mello tak mau melepaskan pengawasannya dari adiknya satu-satunya itu, terutama dari seorang pemuda berwarna rambut karamel yang senada dengan warna matanya. Salah satu murid jenius yang selalu bersaing dengannya karena tak mampu bersaing dengan Near yang selalu menjadi peringkat pertama. Pemuda itu bernama Lght Yagami.

Sekarang jam pelajaran olahraga. Semua siswa kelas XI berhambur menuju ruang ganti kecuali sepasang kakak-adik yang masih berada di kelas. Sang kakak kini sedang duduk berjongkok di hadapan adiknya sambil mengusap pelan puncak kepala yang ditumbuhi sutra putih tersebut.

"Kau baik-baik di sini ya. Tidak usah olahraga. Nii-san mau ganti baju dulu." Ujar Mello lembut. Near hanya menanggapinya dengan gumaman pelan sambil memainkan rubik yang entah sudah berapa kali ia ulangi permainan itu. Saat dilihatnya sang kakak sampai di ambang pintu, Near memanggil kakaknya. Mello pun menoleh.

"Jangan berkelahi dengan Light-kun lagi." Ujar Near datar yang disambut dengan acungan jempol dan lambaian tangan dari sang kakak yang menghilang di balik pintu.

Sekarang suasana kelas hening, sehening kuburan di siang hari. Near yang merasa bosan, lebih memilih memandang ke luar jendela. Memandang ke arah lapangan olahraga di luar sana, tempat teman-temannya berolahraga. Menggerakkan seluruh organ tubuhnya dengan bebas, tanpa harus takut jatuh di atas ranjang rumah sakit nantinya. Ya. Near memang punya kecerdasan yang jauh di atas teman-teman seusianya. Tapi disamping itu, ia memiliki tubuh serapuh boneka porselen.

Ia pernah sekali nekad mengikuti jam pelajaran olahraga sewaktu SMP. Padahal hanya lari keliling lapangan dua kali putaran untuk pemanasan. Tapi baru saja satu putaran belum genap, Near sudah tergeletak di lapangan dan berakhir di rumah sakit. Tentu yang paling khawatir adalah Mello.

Near menghela nafas panjang jika mengingat kejadian itu. Padahal sudah lama ia mengikuti terapi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Tapi sampai sekarang, ia masih belum bisa seperti teman-temannya yang lain.

SREKK.

Pintu kelas terbuka, membuat Near-mau tak mau- menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pemuda tinggi berambut cokelat yang masih menggunakan kaos olahraganya. Keringat tampak mengalir di sisi-sisi wajahnya yang menambah kesan maskulin pada pemuda bernama Light Yagami tersebut. Keduanya saling pandang dalam keheningan. Saat Light duduk di bangkunya yang berada di belakang bangku Near pun suasananya masih sama.

"Tidak ikut olahraga lagi?" tanya Light to the point. Yang ditanya hanya melamun sambil memutar-mutar rambutnya dengan telunjuknya.

"Seperti yang Light-kun lihat, kakak saya melarang saya." Ujar Near datar masih sambil menatap ke luar jendela.

"Light-kun mengalahkan kakak saya lagi?" tanya Near kemudian.

"Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa Mello begitu ingin mengalahkanku."

SREEKK.!

Kali ini pintu kelas kembali terbuka dengan kasar. Mello tampak masuk dengan wajah garang. Kali ini ia ditemani oleh seorang temannya yang memiliki rambut berwarna merah, Matt namanya, dia juga murid di kelas ini.

"Yagami..! kita lanjutkan yang tadi. Aku belum kalah!" ujar Mello dengan emosi meluap-luap. Dilihatnya saat itu Light sedang berada di dekat Near. Membuat Mello lebih garang lagi. Ia pun mendekati Light dan mencengkeram kerah baju Light.

"Sudah kubilang 'kan, jangan dekati Near!" melihat kakaknya begitu, Near mencoba melepaskan tangan Mello yang mencengkram erat kerah baju Light.

"Sudahlah, Mello-nii. Saya baik-baik saja." Ujar Near yang mulai panik. Ia tak mau kalau kakaknya sampai berkelahi lagi. Mello terlalu sering berkelahi sampai hampir dikembalikan pada Tou-san mereka (baca: dikeluarkan). Sesaat kemudian Mello sudah hampir memukul Light. Di saat yang bersamaan, Near terjatuh tepat saat tinju Mello berada sangat dekat dengan wajah Light.

Melihat Near terjatuh sambil memegangi kepalanya, Mello membatalkan aksinya untuk memukul Light dan beralih menuju Near yang tampak kesakitan.

"Near… kau kenapa?" tanya mello panik. Kemudian pandangannya dilayangkan pada Matt yang sejak tadi sibuk memainkan PSP nya. Menyadari tatapan mello yang menyuruhnya membantu Mello, Matt memasukkan PSPnya setelah mem-pause gamenya.

"Kepala saya sakit, Mello-nii." Ujar Near dengan suara tertahan. Namun sebenarnya saat ini ia sedang berusaha menahan tawanya. Berusaha semeyakinkan mungkin bahwa ia sedang merasa kesakitan. Ia berpura-pura sakit karena tak ingin kakaknya berkelahi dengan pemuda yang cukup baik dan akrab dengannya itu. Dengan bantuan Matt, Mello membawa Near ke ruang kesehatan.

'Akting yang bagus, Near. Aku jadi semakin menyukaimu.' Batin Light yang sudah mengetahui tipu muslihat Near sejak awal.

Di Ruang Kesehatan

Near sedang berpura-pura tidur setelah –terpaksa- meminum obat yang diberikan oleh perawat tadi. Sedangkan Mello dan Matt masih setia menungguinya. Sekarang mereka sudah memakai seragam yang biasa setelah bergantian untuk mengganti baju. Jam pelajaran sudah hampir habis. Mereka juga sudah membolos beberapa mata pelajaran. Tapi hal itu tak lebih penting bila dibandingkan dengan keselamatan Near. Setidaknya begitulah pemikiran Mello.

"Apa aku hubungi Tou-san saja, ya?" tiba-tiba Mello membuka suara setelah sekian lama bungkam. Near yang masih pura-pura tidur namun sudah mulai mengantuk akibat efek obat yang ia minum tadi-karena mustahil membohongi Mello yang memasukkan obat tersebut ke dalam mulut Near-

'Jangan! Tidak usah telepon Tou-san! Apa aku bangun saja, ya?'batin Near tak keruan. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka matanya perlahan, menampilkan sepasang onyx yang begitu kelam. Mello yang menyadari kalau adiknya sudah terbangun, langsung mendekat ke arah Near.

"Masih sakit?" tanya Mello lembut. Membuat Matt -yang walaupun sering melihat kejadian seperti ini- terkejut mendengar nada suara Mello yang jauh dari kata kasar. Near menggeleng dan berkata, " Saya baik-baik saja."

KRIIIIIIINNNGGG….

Bel tanda jam sekolah telah usai berbunyi. Mello pun menyuruh Matt untuk mengambil barang-barang Near dan barang-barangnya di kelas.

"Kita langsung ke rumah sakit saja, ya?" tanya Mello. Namun Near malah menunduk dalam. Sebenarnya Near tidak mau jika harus mendatangi tempat itu setiap seminggu sekali. Menjalani terapi yang menurutnya menyakitkan itu. Ingin ia mengatakan pada Tou-san nya kalau itu semua sia-sia. Toh, tubuhnya masih saja lemah.

"Near takut, ya?" tanya Mello yang menyadari raut wajah Near. Mello yang tak pernah tahu(jangankan Mello, author aja gak tahu) bagaimana terapi yang dijalani oleh Near, hanya bisa memberikan semangat padanya.

Tak lama kemudian, Matt pun datang dengan bawaan yang bejibun, tasnya, tas Mello, tas Near. Tapi yang mengagetkan Mello adalah kenyataan bahwa Matt datang tidak sendiri. Ia datang bersama seorang pemuda yang sangat dibenci oleh Mello, namun sebaliknya paling disukai oleh Near.

"KAAAUUUU….!"

Bersambung…..

Yyyeeeyyy…. Akhirnya nyusul juga cerita ini. Mmm… mungkin updatenya gak bisa kilat cz harus dibagi buat cerita yang laen.

Ayo… ayo… yang review… yang review…

Gratiss…..

Pokok'e, salam kenal ja buat para senpai. Semoga saya bisa turut memeriahkan FFn ini…

Akhir kata, tolong review..

Salam Katak, Ara-kun…. *poofffhhhh*