Crime

.

.

.

Standart disclaimer applied

Warning : Alternate Universe, Typo, Out Of Character, dll . .

Mesmerized by the light you exposed

Igniting a fire inside my soul

This strength runs through my veins

Wish I could bring you here again

Start a new beginning

An elegy - Burgerkill

Chapter 1

Konoha sebuah negara dengan ketimpangan sosial tinggi dimana penduduk nya yang kaya sangat kaya sedangkan yang miskin sangat miskin, sebagai sebuah kota yang tak pernah mati suasana malam di konoha di penuhi dengan gemerlap lampu kota yang menghiasi setiap inchi gedung pencakar langit, layar-layar LCD raksasa menampilkan wanita cantik ataupun hanya sebuah iklan terpasang dengan rapi di beberapa pertengahan tinggi gedung sementara dibawah nya suara hiruk-pikuk penduduk yang melakukan aktivitas masing-masing menyeruak bercampur dengan suara bising mesin-mesin dan derita roda penyumbang polusi udara memenuhi jalan. Para pengemis yang terlihat dalam usia yang produktif menengadah tangan meminta-minta kepada setiap langkah kaki yang melewati fokus pandangan nya, sebuah potret seorang pemalas, di sisi lain jalan banyak wanita muda memakai pakaian ketat hingga lekuk bagian tubuh terlihat dengan jelas menebar senyum ke setiap pejalan kaki bergender laki-laki rela melakukan apapun bahkan menjual tubuh demi sebuah lembaran kertas sungguh seorang pelac*r.

Di dalam sebuah mobil MPV honda oddysey berwarna hitam yang melaju pelan membelah salah satu jalanan konoha duduk di kursi penumpang seorang anak berumur sekitar sepuluh tahun duduk menyamakan posisi raut letih jelas terpancar di muka nya.

"Iruka-san bisakah kita mampir ke taman kota dulu" anak tersebut menalihkan pandangan yang sebelum nya melalang buana ke arah kaca mobil melihat pemandangan diluar menjadi terfokus ke arah pengemudi di depan nya.

"Tapi Naruto-sama bukan kah anda ada jadwal kursus hari ini, jika kita telat saya takut Nenek anda akan marah" seorang pengemudi yang di panggil Iruka dengan Halus menolak permintaan tuan nya. Memang memastikan mengantar tuan nya ketujuan selalu tepat waktu adalah merupakan tanggung jawab yang diberikan oleh Nenek dari tuan nya untuk dirinya. meski kadang iruka selalu kasian melihat raut tuan nya yang selalu menampilkan raut tertekan tapi apa daya dirinya hanya seorang pelayan yang harus selalu mentaati perintah jika tak ingin pemecatan berujung pada nya.

"Kau tahu kadang aku merasa bosan dan letih dengan kegiatan-kegiatan memuakkan ini. Nenek sihir itu terlalu memaksakan kehendak sampah nya kepada ku hanya karena aku seorang calon penerus dari perusahaan" kata tajam nan pedas jangan lupakan pandangan tajam yang bagai pisau bedah tajam yang mampu menyayat pembuluh arteri terkecil itu.

"mungkin itu juga demi kebaikan bagi anda Naruto-sama. Bukankah seorang calon pemimpin perusahan sekelas Namikaze corp perlu seorang pemimpin dengan kemampuan yang di atas rata. Bayangkan jika anda terlalu diberi keluangan waktu seperti remaja-remaja lain, apakah anda akan mampu mengarungi deras nya arus untuk membuat perusahaan anda maju" sungguh kata-kata yang bijak terlontar dari mulut Iruka. Yah meski iruka hanya seorang pelayan di keluarga Namikaze tetapi dia selalu belajar tentang inti-sari kehidupan dari kehidupan keras yang di jalani sepanjang usia nya mencapai kepala tiga saat ini.

"Kau selalu berkata seperti itu Iruka, kau tahu jika tidak ada Nenek sihir kepar*t itu kau tak perlu untuk memuji-mujinya bahkan kau bebas memaki nya jika ada didepan ku tenang saja aku adalah seorang seteru bagi nya. Yah meski tak dapat dipungkiri aku tetap menyayangi nya sebagai seorang Nenek yang peduli akan masa depan ku" Naruto mengalihkan pandangan kearah samping tepat nya ke pemandangan di balik kaca mobil yang berjalan pelan itu, menerawang membayangkan sosok Nenek yang merawat nya sedari kecil semenjak insiden yang merenggut nyawa kedua orang tua nya. Dia tahu sisi kelam keluarga Namikaze, dia tahu keluarganya adalah sebuah keluarga jahat penuh dosa, tetapi dirinya tahu betapa rasa sayang Nenek nya begitu besar tercurah untuk diri nya. Tiba-tiba sekelebat sosok yang mengingat kan akan sosok ibu nya terlihat di fokus pandangan nya, tengah duduk menengadahkan tangan ke pejalan kaki yang lewat di depan nya. "Iruka tolong pinggirkan mobil mu sebentar saja, aku akan turun, ada sesuatu yang harus kupastikan" Naruto tak mengalihkan pandangan nya dari balik kaca pintu mobil ke arah seberang jalan tepat nya kearah seorang anak perempuan yang duduk bersimpuh mengemis di trotoar jalan.

"ada apa Naruto-sama?" Iruka memutar setir mobil yang dikendarai nya kearah kiri menuju tepi jalan, kaki kiri nya menekan pedal break untuk menghentikan laju logam berjalan itu. Ekspresi bingung jelas terlihat di raut muka nya, pikiran nya di selimuti pertanyaan apa gerangan yang akan dilakukan oleh majikan nya hingga tiba-tiba memberikan instruksi pada nya untuk berhenti sejenak.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Iruka yang keheranan Naruto menuju sisi pintu kiri mobil, membukanya dengan gerakan perlahan dengan tangan kirinya, keluar dari dalam mobil dan berlari menyeberang sisi jalan dengan tergesa-gesa pandangan nya terfokus pada gadis kecil berambut merah muda yang mengingatkan diri nya pada sosok ibu nya. "Hei siapa nama mu?" Naruto mencolek bahu gadis tersebut, setelah berhasil memangkas jarak antara mereka berdua.

"Siapa kau, kau tahu aku lapar, sepanjang hari aku belum makan. Beri aku makan dan aku akan menjawab pertanyaan mu" Nada ketus dengan ekspresi acuh tak acuh ditampilkan gadis pengemis tersebut. Dia tidak sadar bahwa dirinya melakukan hal yang tidak sopan kepada seseorang yang bertanya, tapi bukan masalah bagi pengemis seperti dirinya jika orang menganggap dirinya tak punya sopan santun, memang itulah dirinya seorang anak buangan yang hidup dijalanan tanpa orang tua yang mengajari tata krama dan sopan santun. Sungguh ironi.

"oh, baiklah ayo ikut aku" Naruto berbalik setelah melakukan gerakan melambaikan tangan seolah-olah memberi kode untuk mengikuti dirinya.

"Hei, apa itu benar, jarang-jarang ada orang baik seperti mu, apakah kau seorang penculik yang akan menculik gadis polos seperti ku dan menjadikan ku seorang budak seks di klub-klub malam, atau kau akan menjual ku ke pasar gelap, atau kau akan membedah tubuh ku dan mengambil organ dalam ku untuk kau perdagangankan, hei, jawab aku dulu" curiga itulah kata yang terpaut di pikiran gadis ini, dia heran di zaman yang penuh dengan ketenggangan sosial saat ini masih ada orang yang peduli ketika dirinya menyambut kata-kata orang tersebut dengan acuh tak acuh dan cenderung kasar.

"hah, bicara apa kau, kau lihat kau itu masih kecil, badan mu bau jarang mandi, dan apa yang kau katakan tadi oh, astaga siapakah orang jahat yang meracuni pikiran polos yang seharusnya dimiliki oleh anak seumuran dirimu dengan pikiran-pikiran sampah penuh tragedi mengerikan seperti apa yang keluar dari mulut mu tadi" Naruto melongo tak percaya dengan kata-kata mengerikan yang di dengar nya dari seorang anak didepan nya. Dia tahu betapa keras nya hidup di jalanan, tapi ini sangat keterlaluan melebihi apa yang diperkirakan nya tentang seberapa keras nya kehidupan seorang gelandang, membuat nya harus merevisi ulang bab-bab pengetahuan di pikiran nya tentang betapa jalanan sangat merubah pikiran seorang anak kecil yang seharusnya masih polos dan penuh dengan hal-hal menyenangkan menjadi pikiran penuh sampah masyarakat.

"Hei, siapa yang kau sebut anak kecil kuning brens*k, kau lihat tubuh mu sendiri juga seorang anak kecil, bahkan tinggiku sedikit melebihimu. Dan apa-apan itu kau bilang aku jarang mandi dan badan ku bau, aku sudah mandi tahu walaupun dua hari yang lalu, kau tahu air disini susah didapat di toilet umum saja harus bayar, mungkin hanya saat buang angin saja kita tak perlu bayar" yah dia hanya seorang gelandangan bukan seorang murid ataupun pekerja kantoran yang setiap hari harus mandi untuk menjaga penampilan didepan orang lain, ayolah orang seperti dirinya tak perlu hal seperti itu yang diperlukan nya saat ini adalah makanan untuk sekedar mengganjal perut kecil nya, yah walaupun disebut kecil tetapi setiap hari selalu saja meminta di asupi oleh sesuatu dan itu membuat nya berpikir keras mencari sesuatu untuk dimakan dan mengabaikan hal-hal tidak penting seperti mandi dan menjaga penampilan di depan orang lain.

"Ah, lupakan ucapan bodoh ku tadi, sekarang kau ingin ikut aku dan ku ajak untuk makan atau kau tetap di sini menengadahkan tangan mu berjam-jam hingga kaki mu di tumbuhi akar dan belum tentu mendapatkan uang untuk membeli sesuap Nasi" Membalikan tubuh nya kembali setelah langkah nya terhenti karena ucapan konyol dari gadis pengemis.

"Ok.. Ok.. Ok.. kau menang kuning" karena terdesak rasa lapar nya gadis pengemis akhirnya menyerah dan mengabaikan pikiran-pikiran Negatif tentang anak di depan nya berlari-lari kecil menyusul anak yang beberapa langkah di depan mendahului nya.

XXX

"baiklah sekarang siapa namamu pinky?"

Setelah seribu bujukan dan rayuan di praktekkan Naruto kepada Iruka, akhirnya Iruka mau mampir dulu ke sebuah restoran yah walaupun terlebih dahulu Iruka menelpon Nenek Naruto, semula memang tak mengijinkan saat Iruka pertama kali meminta izin, namun setelah Naruto merebut telpon genggam nya saat terhubung dengan Nenek Naruto, perdebatan alot pun terjadi seperti perundingan-perundingan orang-orang berdasi yang duduk melingkar di gedung parlemen negara. berkali-kali kali Naruto mengumpat saat berbicara dengan Nenek nya melalui sambungan telepon, yah di sinilah akhirnya disebuah restoran yang tidak terlalu mewah jika dibandingkan dengan restoran bintang lima dan juga tak terlalu sederhana jika dibandingkan dengan warteg pinggir jalan inti nya sih restoran yang sedang-sedang saja(hehehe aneh ya kata yang di pilih author).

"Ingat kuning, namaku Sakura Haruno, karena kau telah berbaik hati memberi ku makan kau boleh memanggil ku Sakura" Sakura tersenyum lima jari. Perut nya sekarang telah terisi penuh perasaan nya pun berseri-seri.

"aku Namikaze Naruto panggil aku Naruto" Naruto membusungkan dada sombong dalam pikiran nya memikirkan setiap orang pasti terkejut dan mengetahui nama Namikaze sebagai salah satu nama perusahaan besar di negara Konoha.

"Oh baiklah Naruto, terima kasih atas makanan nya" hanya raut biasa di tampilkan oleh Sakura. ternyata besar nya perusahaan Namikaze tak di ketahui oleh seorang Sakura.

"Oh ternyata kau tak mengenal marga Namikaze ya" setelah melihat ekspresi biasa yang di tampilkan oleh Sakura berbeda dengan beberapa orang yang sering bersikap hormat, memuji bahkan menganggap-anggap sebagai saudara ketika mendengar nama Namikaze. "rumah mu dimana, aku antar kau pulang" walaupun baru berumur sepuluh tahun sebagai seorang keluarga terhormat diranya telah dipaksa untuk dewasa sebelum waktu nya, jadi dirinya telah di ajari bagaimana bersikap sebagai seorang pria gentleman, ralat anak gentleman yang menganggap sebagai seorang pria sejati harus mengantar seorang wanita sampai rumah nya apa lagi anak perempuan tersebut mengingatkan akan sosok ibu nya yang telah tiada.

"aku tak punya rumah, langit sebagai atap rumah ku dan bumi sebagai lantai nya, itulah penggalan lagu seorang penyanyi yang aku idolakan dan menjadikan prinsip hidup ku hihihi.." Sakura tertawa kecil seolah-olah menjadi tuna wisma bukanlah sebuah hal yang perlu di sesali, baginya menjadi seorang anak jalanan memiliki kenikmatan tersendiri, jika dia bukan seorang anak jalanan mungkin dia tidak dapat merasakan bagaimana nikmat nya makan saat setelah merasakan kelaparan selama berhari-hari, mungkin jika dia bukan seorang anak jalanan dia tidak dapat merasakan betapa senang nya jika seseorang mengulurkan tangan untuk memberinya beberapa recehan setelah berjam-jam duduk hingga kaki kesemutan menengadahkan tangan di pinggir jalan meminta-minta, dan jika dia bukan seorang anak jalanan dia tak akan pernah merasakan betapa indah nya berbagi satu bungkus nasi dengan lima orang teman nya sesama anak jalanan. Setiap hal yang di syukuri selalu membawa kenikmatan tersendiri bukan(inilah prinsip hidup sang author hehehe).

"Ikutlah dengan ku, tinggallah bersamaku dengan Nenek ku segala kebutuhan mu akan terpenuhi di sana" menampung satu orang ataupun seratus orang gelandangan bukan masalah bagi keluarga Namikaze, itulah yang terpikirkan di otak polos Naruto, mungkin dia lupa belum meminta izin pada Nenek tua nya.

"tuh kan, benar dugaan ku ternyata kau ada mau nya, kau ingin aku yang seorang gadis polos ini menjadi pembantu mu kemudian menyiksa ku memperlakukan ku semena-mena akhirnya menjualku ke pasar gelap kemudian aku di bunuh disana dan kemudian semua organ dalam ku di ambil dan kemudia..."

"Iruka ayo pergi, kita tinggalkan saja gadis kecil gila ini" Naruto beranjak berdiri dari kursi yang semula di duduki mengacuhkan ocehan bak sampah gadis didepan nya.

Namun walaupun Sakura mengatai Naruto akan melakukan hal-hal buruk pada nya Sakura tetap beranjak berdiri berlari-lari kecil mengikuti arah Naruto yang beberapa langkah di depan nya.

Sepuluh tahun kemudian:

"Tsunade-baasan ini kopi mu, kau ingin sarapan pagi dengan apa pagi ini" suasana pagi di rumah besar Namikaze dipenuhi oleh lalu lalang para pelayan kesana kemari kadang bersih-bersih, ada juga beberapa pelayanan yang membawa barang barang dari luar rumah menuju ke dalam entah apa. Di ruang keluarga terdapat sebuah kursi diduduki oleh seorang prempuan usia antara pertengahan limapuluh tahunan namun dilihat dari perawakan dan wajah nya masih menunjukkan wajah seorang prempuan muda maklum dia seorang kaya hanya perawatan-perawatan seperti anti-aging bukan sebuah masalah bagi nya.

"kau tak perlu melakukan itu Sakura-chan kau tahu sejak bocah bodoh itu membawa mu kemari sepuluhtahun yang lalu, kau sudah ku anggap sebagai cucuku sendiri lagi pula aku sudah banyak keluar uang untuk membayar koki-koki mahal itu bukan kah akan percuma bila setiap hari kau yang memasakan makanan untuk ku" Tsunade meraih tangan Sakura yang berdiri didepan nya, menarik nya untuk duduk di samping nya. Tangan nya perlahan-lahan mengusap rambut panjang merah muda Sakura. "aku bagai melihat sosok anak ku berada di dalam dirimu, dari sifat mu yang temperamen cenderung kasar, dari warna rambutmu meski punya mendiang anak ku agak merah sih, dari mata cantik mu juga mirip dengan nya" Tsunade terkikik geli melihat wajah Sakura yang merenggut karena di katai bertemperamen kasar. " bukan kah kau ada kegiatan kuliah hari ini Sakura-chan, apakah anak bodoh itu sudah bangun?" karena sedari pagi Tsunade tak melihat cucu nya yang lain, apa salah nya sebagai seorang Nenek menanyakan keadaan cucu nya, sudah membuka hari baru kah atau masih terlelap dalam mimpi. yah walaupun jawaban yang di terima pasti sama dengan hari-hari lain, sebagai nenek Tsunade cukup tahu perangai buruk cucu laki-laki nya itu.

"mungkin belum, semalam dia pulang larut dari kantor, kasian dia nenek pria seumuran dia sudah harus memikirkan urusan-urusan berat pekerjaan kantor bahkan dia lebih muda satu tahun dariku seharusnya pria seumuran dia masih bersenang-senang diluar sana sama sepertiku" Sakura menunjuk dirinya sendiri. dirinya memikirkan betapa berat nya kehidupan seorang Naruto, mungkin jika dirinya yang menggantikan Naruto dirinya akan terkena gangguan jiwa ataupun stroke mendadak karena kuat nya tekanan. Ah Sakura terlalu berlebihan berangan-angan yah tak mungkin lah dirinya menjadi sosok Naruto diri nya hanya seorang gadis yang rapuh didalam namun mencoba terlihat kuat di luar.

"jangan kau remeh kan seorang dari keluarga Namikaze, setiap dari kami memiliki kekuatan mental dan pikiran melebihi rata-rata manusia kau tahu, atau kau ingin aku menghukummu dengan menggelitik tubuh mu hingga kau menangis Namikaze Sakura" seringai jahil Tsunade membuat bulu kuduk Sakura berdiri karena merinding. Tsunade mengalihkan kedua tangan nya di bagian pinggang kanan dan kiri Sakura seraya melakukan gerakan menggelitik di sana. Tawa keras terlontar dari mulut sakura. Memang hal ini merupakan kegiatan menyenangkan bagi Tsunade di umur senja nya.

"ah.. Auw.. Ah.. Hentikan baa-san kau ingin membuat ku mati kaku karena kebanyakan ketawa.. Hentikan.." Sakura merasakan rasa geli yang sangat ketika tangan Tsunade menggelitik nya, mata nya berkaca-kaca karena kebanyakan ketawa.

"Hei.. Kalian berdua jangan kalian rusak suasana pagi ku yang indah dengan kegiatan lesbian kalian, sungguh tak bermoral" Naruto yang baru bangun menuruni tangga dan menemukan kedua pasangan lesbian, oh ralat kedua pasang nenek dan cucu sedang tertawa keras karena kegiatan konyol yang mereka lakukan.

"dasar cucu durhaka, rasakan ini" Tsunade bangkit berdiri dan mendekat kearah Naruto berdiri dan..

Ctaaakkkk!

Jitakan sayang mendarat di kepala kuning Naruto. Sakura terkikik geli dengan interaksi Nenek dan cucu di depan nya. " cepat kau mandi ini sudah siang dan antarkan Sakura ke kampus nya sebelum kau ke kantor mengerti kau cucu durhaka" Tsunade mengacungkan jari telunjuk nya ke depan muka Naruto yang sedang mengelus benjol di kepalanya.

XXX

Ckitttt..

Suara roda mobil yang berhenti karena pedal break yang di tekan oleh kaki pengemudi sehinggga menimbulkan kedua kampas rem menekan kuat piringan yang terhubung dengan As roda, menyebabkan perlambatan pada gerak sentrifugal keempat roda dan akhirnya perlahan-lahan berhenti.

"sudah sampai Sakura-chan, bukan kah ini kampus mu" Naruto menoleh kearah sebelah nya di mana Sakura duduk dengan pandangan fokus kearah smartphone warna putih di tangan nya sesekali ibu jari nya bergerak menggeser layar ke arah atas dan kebawah.

"oh iya terima kasih Naruto" Sakura mengalihkan atensi nya kearah Naruto setelah sebelum nya dia membalas message dari kontak dengan nama Sasuke. Tangan kirinya meraih knop pintu mobil dengan perlahan membuka pintu mobil sport hitam milik Naruto menengok kearah luar mencari keberadaan sosok yang mengirimkan message kepadanya tadi.

"Hei kau tak mencium ku dahulu" Naruto memegang tangan kanan Sakura yang beranjak dari tempat duduk nya ingin keluar dari mobil.

"Naruto-baka.. Aku sudah telat tahu" menarik tangan kanan nya dari pegangan Naruto seraya menutup pelan pintu mobil. Setelah benar-benar keluar dari mobil Naruto, Sakura berjalan beberapa langkah ke depan tak beberapa lama matanya menangkap sosok berambut raven mendatanginya dan memegang tangan kanan nya. "Sasuke-kun kau sudah lama menunggu ku" ucap Sakura kepada sosok berambut raven. Tanpa disadari nya seseorang yang berada di mobil sport warna hitam memandanginya dengan intens.

"Brengs*k.. " pandangan Naruto menajam seolah-olah akan membelah punggung seseorang berambut raven yang memegang tangan Sakura, kedua tangan nya menggenggam pegangan setir mobil kuat-kuat hingga buku-buku jari nya memutih. Setitik rasa cemburu meracuni hati nya memang tak bisa di sangkal kebersamaan nya dengan Sakura selama sepuluh tahun telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati nya yang gersang.

'There's Something I've Been Missing

I Cant Hold My Head Up High

Its Getting Really Hard To Laugh

And Realize That You're Already Gone'

Suara nada dering ponsel mengalihkan perhatian Naruto dari rasa amarah nya. Naruto merogoh smartphone di saku kanan jas nya, melihat sejenak screen yang terpampang nama dan nomor telpon pemanggil disana seraya menekan tulisan terima di pojok kanan bawah screen. "Hallo.. ada apa Mastermind?" Naruto memegang smartphone nya dengan tangan kiri, menempelkan nya ke arah telinga mendengar suara sopran dari perangkat speaker di smartphone nya.

Sementara ditempat lain orang yang di panggil dengan code name Mastermind, sedang duduk nyaman di sebuah kursi, tubuh nya yang ramping dan putih mulus tanpa cacat hanya di balut dengan pakaian dalam berenda berwarna putih bersih menyerupai warna susu, rambut biru pendek nya diikat ke belakang sehingga menampilkan leher jenjang bagai leher angsa, sebuah origami bunga berwarna putih terjepit menghiasi rambut depan nya yang berponi, di depan nya tampak lima monitor masing-masing dengan ukuran Limabelas inchi menampilkan gambar berbeda di masing-masing screen, seperangkat keyboard dan mouse memenuhi permukaan meja di bawah screen monitor. " ayolah Naruto-kun, kau tahu kita sedang tidak dalam misi jadi panggil aku dengan namaku, bukan code name ku itu membuat hubungan kita seolah-olah terdengar kaku" raut cemberut karena image dirinya menjadi terlihat serius jika dipanggil dengan code name nya, padahal menurut nya diri nya adalah tipe prempuan yang ceria dan tak seperti code name Mastermind yang jika kau mendengar nya pasti berpikiran bahwa orang tersebut adalah tipe yang serius, kaku, jarang tersenyum, tipe berfikir keras dan definisi-definisi suram lain nya.

"baiklah-baiklah ada apa Konan-chan?" berdebat pun tak ada guna hanya membuang-buang waktu bagi Naruto, karena Naruto tahu prempuan seperti apa yang ada di balik telepon. Beribu-ribu kali Naruto berdebat dengan nya hasil akhir tetap Naruto yang ada di pihak pecundan, jadi yah turuti saja apapun kemauan nya.

"target baru sudah di temukan, aku akan menjelaskan perincian nya" Tangan Kanan kanan memegang sebuah mouse dan menggerakkan nya secara sistematis membuat kursor di screen menunjuk logo sebuah file dan mengklik untuk membuka nya, namun mood nya sedang buruk jadi dia mengarah kan kursor ke kanan atas menunjuk logo silang di sana, layar monitor pun kembali ke halaman depan, dia gerakan kursor ke sebuah shortcut bergambar hati dengan tulisan 'XXX love dating game' dibawah nya, screen monitor pun menampilkan layar berwarna merah muda dengan tulisan 'Loading' dan logo lingkaran yang berputar-putar. "Ah aku sedang malas menjelaskan perincian nya, jadi datanglah ke markas" oh ternyata Konan lebih mood bermain game dari pada menjelaskan rincian target kepada Naruto. Tunggu jika Naruto mengetahui hal ini Konan-chan.

"Baiklah, apakah anggota lain sudah kau beri tahu tentang hal ini" Naruto menstarter kontak mobil nya dan menjalankan nya pelan, keluar dari komplek kampus Sakura.

"bukankah itu tugas mu sebagai ketua kami Heart-kun, baiklah sudah yah aku ada urusan menaklukan salah satu karakter laki-laki populer di game dating terbaruku" Konan melihat screen smartphone nya dan menggunakan ibu jari untuk menekan logo gagang telpon berwarna merah, fokus pandangan nya teralih ke salah satu layar monitor yang menunjukkan sebuah animasi seorang pria dengan tulisan percakapan di bawah nya.

Tut.. Tut.. Tut..

Bunyi sambungan telpon yang terputus. Naruto melihat screen smartphone nya dan menggerakkan ibu jari nya menekan menu 'option untuk panggilan' dan memilih mode 'multicalling' menandai beberapa kontak. Terlihat ada lima kontak yang tercentang dengan nama Arms, Eyes, Hand, Leg, dan Stomach. Naruto mendekat kan smartphone nya ketelinga kiri nya dan menunggu proses sambungan telpon.

Ditempat lain didalam sebuah mobil dengan warna kuning dan plakat tulisan Taxi berada di bagian atas mobil.

"tahan.. Tahan jangan sampai istri mu melahirkan di dalam mobil itu akan berbahaya bagi calon anak mu, tahan oke.. Siapa nama mu tuan?" pengemudi Taxi memfokuskan pandangan kearah jalan di depan nya sesekali kepala nya menoleh ke belakang dimana ada dua penumpang laki-laki dan prempuan. Si prempuan keliahatan dari raut muka yang menahan sakit dan perut membuncit sedang hamil dan akan melahirkan. Kaki nya menekan pedal gas kuat-kuat membuat mobil melaju dengan kecepatan tinggi mengalahkan kecepatan mobil pacu di arena bergengsi seperti Nascar, grandprix ataupun seri mobil sport lain, power steering di putar kekanan dan kiri membuat badan mobil meliuk-liuk menghindari mobil lain melakukan drifting beberapa kali dengan skill tinggi yang membuat para pembalap mobil pacu malu dengan skill yang di miliki.

"nama ku Teuchi dan ini isteriku Ayame, tolong cepat lah tuan isteriku butuh pertolongan Rumah sakit segera" Raut panik jelas terlukis di wajah teuchi melihat istri nya yang akan melahirkan sementara letak Rumah sakit masih sangat lah jauh. Tangan nya tak henti-henti nya mengelus punggung istri nya yang berteriak-teriak menahan bayi agar tak terlahir di dalam mobil.

"Baik lah Teuchi-san perkenalkan nama ku Tobi Obito aku seorang ahli balap jalanan jadi tenang saja, sekarang tenangkan istrimu beri semangat padanya agar bisa bertahan, dan berbahagialah karena kau seorang calon ayah" mata nya fokus kearah depan mengemudikan mobil Taksi nya dengan segala skill mengemudi tingkat dewa yang dia miliki.

Tit.. Tilit.. Tit.. Tit.. Tilit.. Tilit.. (nada dering mode gaje mirip Hp milik author)

Nada dering ponsel terdengar. Tobi yang merasakan getaran ponsel di saku celana nya merogoh dan melihat layar ponsel. Disana terdapat panggilan dengan kontak bernama Heart memanggil.

"Wahh ketua memanggil" Tobi tanpa sadar menekan break dan membanting steer kearah kiri membuat mobil menikung melakukan drifting berbalik arah secara otomatis dengan kecepatan tinggi menepi ke pinggir jalan terparkir rapi di tepi jalan, tepat di depan nya hanya berjarak sejengkal tangan dengan bemper mobil Taksi milik nya terletak sebuah mobil yang sebelum nya telah terparkir. Tobi melihat ponsel nya dan menekan tombol dengan logo gagang telpon berwarna hijau seraya mendekatkan kearah telinga kirinya. Mungkin dia lupa kalau sedang membawa penumpang yang akan segera melahirkan(what the f*ck Author kau benar-benar gila).

"Hallo Naruto-san, ada apa?"

Di waktu yang sama di sebuah gedung pencakar langit, seorang pria dengan setelan jas rapi tapi entah karena apa memakai masker yang menutupi mulut nya duduk di kursi putar di depan sebuah meja dengan buku-buku dan beberapa lembar berkas tertata rapi. Di atas meja bagian depan terdapat plakat bertuliskan 'Dept collector Mr. Kakuzu'. Meletakkan smartphone di telinga kirinya. "Ada apa Naruto?"

Di sebuah tebing dengan sudut kemiringan sembilan puluh drajat tegak lurus. dengan bodoh nya ada seseorang yang memanjat nya tanpa menggunakan sebuah alat apapun. Rambut oranye nya melambai-lambai terkena angin gunung, beberapa piercing menghiasi hidung dan telinga nya, tubuh nya hanya terbalut dengan celana pendek tanpa memakai atasan, tubuh nya berkilau karena cahaya matahari terpantul oleh peluh dan keringat yang menetes. Getaran dirasakan di saku celana pertanda ada panggilan di smartphone yang di simpan di saku celana. "Brengs*k kenapa di saat seperti ini ada orang yang menelpon ku" orang tersebut melepaskan pegangan tangan kirinya dari batu tebing mencoba mengambil ponsel yang tersimpan di saku celana nya. Membuka kunci ponsel dan melihat layar smartphone yang menunjukkan ada nya sebuah panggilan yang membutuhkan konfirmasi. "iya Hallo, ada apa?" seketika pegangan batu tebing yang di pegang tangan kanan rapuh dan terlepas membuat orang tersebut terpeleset jatuh vertikal ke bawah. Untunglah tangan nya masih sempat memegang sebuah pohon yang tumbuh di dinding tebing. Orang tersebut bergelantungan layak nya monyet dengan satu tangan sementara tangan lain masih memegang ponsel yang masih terpegang, mendekatkan ponsel kearah telinga kiri dan berteriak. "Sialan kau Namikaze kepar*t akan ku bunuh kau.."

Disebuah tanah penuh dengan salju seseorang berambut kuning panjang diikat kebelakang dan berbaju jaket tebal berwarna hitam terbaring tertelungkup. Tangan nya memegang sebuah senapan laras panjang seorang sniper dengan jenis Heckler & Koch PSG1. mata nya terfokus pada teropong yang melekat pada atas senapan, di depan nya, dengan jarak sekitar satu jengkal bertenggerlah sejenis burung yang hidup di salju. Mungkin dialah seorang sniper paling aneh di Dunia, jika para sniper-sniper di luar sana berlomba-lomba mengenai target dengan jarak paling jauh, sniper kita yang satu ini memilih menembak target seekor burung dengan jarak terdekat. Baginya menembak dengan jarak dekat kearah kepala target membuat tekanan peluru lebih kuat dari pada menembak dengan jarak jauh, semakin kuat tekanan peluru nya maka semakin parah kerusakan yang timbulkan dan melihat hancur nya sebuah kepala burung dengan darah tercecer kemana-mana karena sebuah tembakan peluru sniper dengan jarak dekat menimbulkan sebuah sensasi menyenangkan tersendiri bagi nya. Namun ketika dia akan menekan pelatuk untuk mengeksekusi target di depan nya, ponsel di saku celana nya berbunyi nyaring dan membuat burung di depan nya kaget, dan terbang menjauh. "sialan aku menghabiskan berjam-jam untuk menemukan sebuah burung un, jika ini bukan sebuah panggilan penting akan ku jadikan ponselku sekaligus penelpon nya sebagai target ku selanjutnya un" orang tersebut bangkit dan mengambil ponsel di saku celana nya. Raut kaget jelas terlihat di muka nya. "Oh,, Hallo ada apa ketua memanggil ku" dengan suara sedikit takut-takut.

Disebuah kuil tempat untuk beribadah tak tahu jenis kepercayaan apa yang di ajarkan di sini. Terletak di pedalaman jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Seseorang memakai jubah berwarna putih dengan rambut berwarna perak disisir rapi kebelakang Duduk di depan ratusan pengikut kepercayaan nya. Duduk dengan bersila melakukan ceramah keagamaan, memang dialah pemuka agama di tempat ini.

"ingatlah perkataan Dewa Jashin bahwa semua kecanggihan teknologi akan membawa kita menuju kehancuran oleh sebab itulah kita semua penganut kepercayaan Jashin tinggal di tempat seperti ini yang jauh dari kecanggihan teknologi semata-mata demi kebaikan kita.. Hidup dewa jashin.. Hidup dewa jashin.. " teriakan lantang terdengar di ikuti oleh ratusan pengikut yang duduk di depannya. Namun tak berapa lama terdengarlag nada dering diikuti getaran ponsel terdengar dari saku jubah nya. Tanpa mempedulikan apa yang di ucapkan nya dalam ceramah nya, pemuka agama tersebut langsung mengambil smartphone dengan fitur dan tehnologi paling canggih saat ini, melihat nama pemanggil dan menekan tulisan jawab dengan menggunakan ibu jari nya seraya menempelkan smartphone ke telinga kiri. "Hallo.. Ada apa Naruto?"

Kembali ke Naruto yang saat ini duduk di jok depan bagian kemudi. Mengemudikan mobil sport warna hitamnya dengan pelan menyusuri jalanan konoha menuju arah kantor nya. Dengan smartphone terpegang dengan tangan kiri menempel mendekati telinga.

"target perampokan selanjutnya sudah di tentukan, untuk perincian lokasi dan strategi yang digunakan, besok pagi kalian semua harus sudah ada di markas tanpa terkecuali" Naruto menutup smartphone nya dengan mematikan kelima panggilan yang semula aktif tanpa mempedulikan tanggapan dari kelima orang penerima telepon. Inilah sisi gelap keluarga Namikaze. Keluarga Namikaze adalah keluarga seorang perampok, bukan komplotan perampok biasa namun perampok profesional yang memfokuskan diri pada bank-bank dan benda-benda yang memiliki nilai triliunan, perusahaan besar Namikaze corp sebenarnya hanya lah kedok dan alat untuk melakukan kegiatan Money Laundering atau pencucian uang hasil dari kejahatan. Dengan tim yang profesional dan masing-masing anggota memiliki tingkat kemampuan yang dibutuhkan diatas tingkat rata-rata menjadikan komplotan Namikaze sebagai kelompok paling di cari namun tak seorang pun yang mengenalinya sampai saat ini. Nama Namikaze pun masih tetap bersih dengan kedok sebuah perusahaan yang bergerak di segala bidang tanpa ada yang tahu sisi gelap di sebaliknya.

.

.

.

Dan bersambung.


Saya jelaskan tentang code name yang di gunakan di sini:

Mastermind: (Otak) dimiliki oleh seorang artis yang memiliki intelegensi tinggi di bidang IT bernama Konan

Heart: (Hati) dimiliki oleh sang ketua, Namikaze Naruto seorang yang menjadi pemimpin dari Namikaze corp

Eyes: (Mata) dimiliki oleh seorang sniper handal mantan pasukan khusus anti teror, sniper terbaik di masa nya bernama Deidara

Hand: (Tangan) dimiliki oleh pemuka agama sesat yang menganggap Jashin sebagai dewa bernama Hidan

Stomach: (Perut) dimiliki oleh seorang dept collector bernama Kakuzu

Leg: (Kaki) dimiliki oleh seorang driver pengemudi Taksi yang juga seorang mantan pembalap jalanan. Tobi Obito

Arms : (senjata) dimiliki oleh seorang psycopat ketua kelompok mafia terbesar negara Konoha. Yahiko Pain

Review anda berperan pada berlanjut atau tidak nya cerita gaje ini.

"tetap syukuri apapun yang kau punyai karena tak semua orang seberuntung anda yang mempunyai hal itu"

Terima kasih see you again in ne xt chapter!

Thecharpenter3 kembali ke dunia nyata.