Inazuma Eleven GO (c) Level-5
Warning: Full dialog. Boy x boy. Keju.
Week End Call
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
"Halo…"
"Halo Shindo, tumben nelpon jam segini... ada apa?"
"Bukan apa-apa, aku akan tampil dalam konsert piano hari sabtu minggu depan. Kau mau nonton, Kirino? Kalau mau aku ada tiket untukmu…"
" Wow, keren! Aku mau! …err, tunggu,"
"Kenapa? Sudah ada janji?"
"Nah itu dia, aku harus cek jadwal dulu! Tapi seingatku sih harusnya belum ada."
"Nanti kabari aku lagi soal jadwalmu kalau begitu. Ngomong-ngomong, bagaimana kakimu?"
"Sudah lebih baik. Tadi siang saat latihan aku hanya keseleo ringan. Harusnya aku yang bertanya, Shindo. Bagaimana kakimu setelah operasi itu?"
"Hahaha… sudah lebih baik juga."
"Wahahaha baguslah. Aku khawatir sekali waktu itu. Begitu juga anak-anak Raimon Eleven lain."
"Terima kasih, Kirino. Aku senang melihat Raimon yang sekarang. Rasanya masih tidak percaya."
"…aku juga. Bahkan kita memenangkan piala Holy Road dan mengalahkan 5th sector. Semuanya masih seperti mimpi."
"Jangan terlalu banyak bermimpi, Kirino. Tidak bagus untuk kesehatanmu."
"Kata siapa? Aku sering mimpi main bola seharian dan tetap sehat!"
"Dan ketika bangun kau pusing karena tidur benar-benar dua empat jam penuh. Mananya yang sehat?"
"Ah, Shindo… khh... jangan dibahas…! Sial, itu kan cerita lama… hh…"
"Ya?"
"Tidak apa-apa... teruskan saja!"
"Kau sedang sibuk? Tidak apa kan aku menelpon?"
"Bicara apa kamu? Biasanya tiap akhir minggu kita juga telpon-telponan seperti ini. Kenapa baru tanya begitu sekarang? Hahaha!"
"Itu karena kita tidak punya banyak waktu bersama selain di sekolah dan lapangan. Padahal sebagai sahabatmu, aku ingin lebih banyak mengobrol."
"Santai saja, Shindo. Lagipula alaminya, kita hanya bisa bicara santai begini lewat telepon. Soalnya kalau ketemu langsung, pembahasan kita hanya soal hhk... bola… hei!"
"Natural, ya… karena kalau soal Raimon dan bola, aku lebih nyaman kalau ngobrol dengan... mu…? Ada apa disana? Kau sedang bersama teman?"
"Ah... nhh… tidak, ini... ada kucing di kamarku, tidak bisa kuusir. Chh…"
"Kalau diusir dengan melempar umpan makanan dari jendela?"
"Shindo... aku tahu niatmu baik… nhh…hah… tapi kamarku ini... di lantai dua…"
"Kucing kan refleksnya bagus, dia tidak akan mati hanya karena jatuh dari lantai dua."
"Yeah… hh… tiap kucing… nhh… refleksnya bagus… kurasa aku akan coba saranmu nanti… mmh..."
"Kirino, kau baik-baik saja? Suaramu terputus-putus?"
"Masa? Mungkin sinyalnya lagi jelek... khh…"
"Gawat dong kalau sinyal kita kacau setiap minggu. Padahal bahasan kita sudah ada kemajuan… dari soal bola menjadi soal kucing… hahaha!"
"Tenang saja, aku janji… mhh… sinyal jelek ini hanya hari ini… sial!"
"Haha… mana bisa begitu. Oh iya, bagaimana dengan Kariya?"
"Eh? Kenapa tiba-tiba bertanya… nhh… soal dia?"
"Yah, ehm… mengingat kalian masih kurang akrab… aku sebagai kapten agak... cemas…"
"Hnnn… tenang saja Shindo. Sekarang hubungan kami sudah tidak ada masalah. Kalau pun ada apa-apa, dia akan kukurung di gudang sampai teriak-teriak minta maaf… hahaha!"
"Seperti yang kau lakukan padanya sebelum pertandingan Raimon melawan Seidouzan, eh? Kirino… lain kali bicarakan padaku, jangan pakai kekerasan seperti itu."
"Kekerasan...? …ahnn… menurutku itu cara pantas untuk menghukum anak bandel. Bahkan aku mengurungnya tidak sampai tiga jam!"
"Tunggu, waktu itu kau bilang hanya satu jam?!"
"Ups… err… satu jam kok, euh… dua jam sisanya dipakai buat ceramah, ehehehe…"
"Kirinooo… haaah, kamu itu... dengar, aku hanya tidak mau ada perpecahan dalam regu. Dan kalian berdua adalah defender terbaik Raimon…"
"…nggh… aku… paham, Shindo… maaf sudah membuatmu cemas. Tapi soal Kariya… tidak usah khawatir… walau dia masih belum jinak..."
"Hei, Kirino... kau sakit? Nafasmu terdengar berat?"
"Ah, aku baik-baik saja! Aku masih bicara seperti… hh… biasa… nnh..."
"Apa kucing tadi masih mengganggumu? Nafasmu terengah-engah seperti habis lari marathon."
"Yeah, masih… mhh… nnh... lama-lama makhluk sial ini akan kulempar dari jendela kamar!"
"Lain kali usahakan tutup jendela agar tidak ada kucing liar masuk, Kirino. Aku prihatin padamu. Sekarang kau pasti sedang berlari-lari, berusaha menangkap kucing itu, haha!"
"Hahaha… hh… kau tahu sekali, Shindo… hh… nhh…"
"Baiklah, kalau begitu sampai sini dulu. Kalau sudah berhasil mengusir kucing itu SMS aku, ya. Aku tidak tega membayangkan kau berputar-putar di kamar sambil memegang ponsel…"
"Terima kasih, Shindo... hh… kau memang... nhh… sahabat pengertian… damn!"
"Aku akan menelponmu kembali kalau konfirmasi jadwalmu sudah pasti."
"Ukh… sip, aku akan SMS… hhf… secepatnya."
"Sampai bertemu Senin di sekolah, Kirino!"
"Yup, Shindo… sampai jumpa… hh…"
"Ngghhh… slrrppp..."
"AHHHHHHHHNNN!"
"…sen…hnn…pai… keluarnya banyak sekali…"
"Chh… KARIYA! UNTUK KESEKIAN KALI! JANGAN PERNAH MENGGANGGUKU SAAT AKU SEDANG MENELEPON!"
"Tidak mau… mhh… siapa suruh mengacuhkanku. Mhh… manis…"
"Kamu kan bisa sabar sampai Shindo beres menelpon...ku. Hei, cukup! Jangan menjilat lagi! ...sial!"
"Shindo… Shindo… Shindo! Aku tidak mau mendengar nama itu lagi hari ini… nhhh…"
"KARIYA!"
"Ahh... aku belum kenyang. Kirino senpai… aku mau lagi… Nnh..."
"Kalau diteruskan, kau akan kukurung lagi di gudang dasar kucing bandel…"
"Asalkan selama dua jam sisanya kita bersenang-senang seperti waktu itu, aku tidak keberatan… bagaimana kalau sabtu depan?"
"…apa? Tunggu, sabtu depan kan Shindo…"
"Cukup dengan Shindo! Mulai sekarang aku akan membuat jadwal khusus setiap minggu hanya untuk kita berdua…"
"...pfft... cemburu?"
"...si-siapa yang cemburu? ...ugh..."
"Kariya… KARIYA! Berhenti membuka kancing bajuku… heiii!"
"Nhhmm… kurasa tiap akhir minggu akan sangat menyenangkan untuk kita… mmh… senpai...?"
"Cih! Sepertinya kau benar-benar harus dilempar dari jendela, Kariya!"
END
.
.
.
A/N:
Gilakkk, susah banget ya bikin fic tipe dialog! Tangan gatel pengen ngetik situasi kondisi, tapi semuanya harus bisa dijabarin hanya dengan kalimat langsung. Udah Browsing2 tapi susah nemu tipe serupa, jadinya ngaco deh karena minim referensi ;;;v;;; maaf...
R&R maybe? C:
