Saat itu semua mata bergetar melihat satu logo perusahaan yang terpampang besar dengan warna oranye yang khas. Semua kecuali satu. Pemuda dengan jaket biru dan kaus jaring justru tersenyum penuh antisipasi seperti sedang menanti sesuatu.

Tak lama, dua orang pemuda dengan jas hitam memasuki lokasi pengambilan gambaran itu. Membuat semua mata kembali terpana. Heran mengapa dua sosok itu ada di antara mereka. Setelahnya, 5 orang lagi bergabung. Meningkatkan aura berbeda dari puluhan pemuda yang sudah datang lebih dulu. Semua terpukau, tapi pemuda berjaket biru itu menampilkan wajah berbeda. Ia tersenyum. Seperti menemukan sesuatu yang hilang.

"Zhengting-ge, hai," masih lengkap dengan jaket birunya pemuda tadi menghampiri sosok berkemeja garis dan jas hitam.

Pemuda lain memperhatikan mereka dengan seksama. Pasalnya, belum ada yang berani berinteraksi dengan kelompok berjas hitam itu.

"Oh Cai Xukun! Apa kabar?"

Di luar dugaan, sosok itu ternyata menyapa dengan riang membuat tatapan di sekitar mereka berubah. Dari heran menjadi iri. Siapa yang tidak iri melihat idola jutaan orang ternyata akrab dengan peserta dari agensi ternama di negeri bambu.

"Baik. Aku sungguh tidak menduga gege akan kemari."

"Aku yang seharusnya berkata begitu Kunkun."

Oh wait! Bahkan dia sudah memanggilnya dengan sebutan akrab.

"Ah jangan begitu ge. Aku masih belum ada apa-apanya dibanding kalian."

"Kau ini masih saja suka merendah. Kenalkan, mereka adik-adikku," Zhengting beralih ke sisi Xukun memberikannya kesempetan melihat 6 orang lain dengan lebih jelas.

"Bi Wenjun"

"Huang Xinchun"

"Li Quanche"

"Ding Xeren"

"Justin"

"Fan Chengcheng"

"Fan? Kau adik Fan Bingbing?"

"Begitulah," jawab sosok bersurai cokelat terang itu.

"Kami sudah banyak mendengar tentangmu dari Zhengting-ge," Wenjun tersenyum dengan tampannya.

Xukun menoleh sesaat. Melemparkan pandangan 'kau bilang apa pada mereka' yang hanya dibalas gestur mengangkat bahu.

Cukup lama mereka berbincang hingga akhirnya harus berpisah untuk mengambil koper masing-masing karena sudah waktunya mereka pindah ke asrama. Zhengting berjalan bersama timnya sedangkan Xukun menghampiri sahabatnya.

"Eih, seseorang sedang bahagia, hm?" goda pemuda yang berjalan di sisi Xukun.

"Psst. Jangan keras-keras Ziyi. Nanti ada yang dengar."

"Dengar apa? Aku kan tidak bilang kalau kau menyukai leader Yuehua itu."

"Ish! Wang Ziyi!"


Hari berganti hari. Dan Xukun semakin terlihat lekat dengan Zhengting. Berada di kelas yang sama dengan kemampuan yang lebih membuat keduanya terlihat seperti rival dalam hal kompetisi, namun diluar itu mereka sangat bersahabat.

Saat semua orang berharap duduk bersama Xukun, Zhengting justru diminta untuk ada di sisi pemuda itu. Saat banyak peserta hanya bisa berangan untuk menyentuh tubuh Xukun, Zhengting dengan santainya tertawa sambil memeluk lengan kencang itu. Dan Xukun tak pernah terlihat merasa terganggu. Ia selalu menampilkan senyuman indah tiap kali Zhengting di sisinya dan secara tidak sadar memeluk lengannya.

Entah sudah berapa minggu berlalu dan dua insan itu masih pada kedekatannya. Tidak kurang, tidak lebih. Ya walaupun sekarang mereka tidak bisa banyak duduk berdampingan karena berada di tim yang berbeda.

Xukun duduk di tengah bersama Ziyi, sahabatnya, pemuda tinggi dengan mink hijau, dan Justin di depan Ziyi. Posisinya sangat nyaman untuk menyaksikan penampilan tim lain di layar monitor, tapi matanya tidak bisa fokus. Ia terus melirik ke arah Zhengting berbalut jaket putih tipis dan kaus merah longgar yang mudah terangkat. Bukan pakaiannya yang menarik mata Xukun. Tapi posisi pemuda itulah yang membuat sosok ini terus cemas. Zhengting sekarang tengah duduk di pangkuan pemuda lain dan dengan santainya membiarkan lengan pemuda itu melingkari pinggangnya, bahkan sekarang tengah mengelus lembut perutnya.

"Kau diet berapa hari-ge sampai absmu seperti ini?"

"Hanya dua hari. Kau ini bertanya seperti tidak pernah melihanya saja," Zhengting memukul ringan kepala lawan bicaranya.

"Padahal kau yang paling sering melihatnya kan Wenjun-ge?" timpal Justin tidak mau diabaikan oleh kedua kakaknya.

Wenjun terkekeh pelan menanggapi keduanya.

"Ngomong-ngomong, kau akan memamerkannya lagi hyung?" tanya Justin.

"Hm-m memang koreo kami begitu."

"Kau tidak takut ge?" Zeren segera ikut bicara.

"Takut apa?"

"Takut dimakan Wenjun-gege~ hahahaha," Zeren tertawa puas diikuti Justin dan Chengcheng yang diam-diam ikut mendengarkan.

"Berhenti tertawa!"

Seketika mereka berhenti tertawa.

"Sudah lah ge tidak perlu marah. Mereka kan hanya bergurau," Wenjun menenggelamkan kepalanya pada perpotongan leher Zhengting.

"Tapi ini tidak lucu Wenjun. Ini..."

"Xukun kau mau kemana?" teriakan Xiyi memotong kalimat Zhengting. Membuat pemuda itu mengigit bibirnya ragu.

"Ge?" Wenjun memanggil dengan nada khawatir.

"Gege dui bu qi. Aku tidak bermaksud."

Suasana 7 bersaudara itu menjadi sedikit tegang. Di balik kamera Zhengting tak bicara sepatah katapun pada keenam adiknya. Hanya di balik kamera karena mereka harus tetap menampilkan image trainee riang dan solid begitu kamera menyala. Mereka masih bisa memeluk satu sama lain saat 3 dari mereka meraih peringkat atas.

Tapi pikiran Zhengting tidak fokus. Ia terus mencuri pandang ke arah Xukun yang begitu diam dan dingin. Balas menatapnya saja tidak, bahkan sesekali Xukun terlihat sengaja mengalihkan pandangannya dari pemilik nama keluarga Zhu.

Begitu pengumuman live voting selesai, Wenjun mendekat pada sang leader.

"Mau aku yang jelaskan padanya atau kau saja?" tanya Wenjun to-the-point.

Bohong jika Wenjun dan yang lain tidak sadar pada perubahaan sikap Xukun yang mengganggu ketua mereka. Bohong juga kalau mereka tidak tahu apa sebabnya.

"Aku saja. Aku duluan. Kau masih berurusan denganku Ding Zeren," ucap Zhengting cepat sebelum menghilang mengikutu jejak pemuda berjaket merah.

Koridor ruang latihan memang sedang sepi karena para peserta hari ini tidak menggunakan satu ruang pun. Hanya terlihat Xukun dan sahabatnya yang keluar dari salah satu ruang latihan membawa sebuah speaker di tangan Ziyi. Keduanya berjalan santai walau Ziyi terlihat khawatir dengan sahabatnya.

Tap tap tap tap

"Hah. Hah. Ketemu."

Dua bersahabat itu saling bertatapan mendapati sosok Zhu Zhengting bermandi keringat sedang mengatur nafas di hadapan mereka.

"Apanya yang ketemu ge?" pecah Ziyi karena ia tahu Xukun tak akan bicara sekarang.

Zhu Zhengting menenangkan nafasnya sesaat lalu mengangkat jari telunjuk, mengarahkannya pada wajah Xukun.

"Kau. Akhirnya ketemu juga. Aku mencarimu kemana-mana."

"Kau mencari Xukun saja kan gege? Aku duluan ya kalau begitu," Ziyi itu pandai. Ia tahu mereka perlu ditinggal berdua.

Jadilah Ziyi melangkah melewati Zhengting.

"Cai Xukun, kumohon," ucap Zhengting lirih sambil menahan lengan Xukun yang baru saja melewatinya dalam diam.

Ziyi menoleh hanya untuk mendapatkan sahabatnya mengekori. Tak perlu menit berganti Ziyi sudah menatap tajam Cai Xukun. Tatapan yang menurut Xukun berarti 'Jangan bodoh! Bicaralah dulu dengannya.'

"Ada apa mencariku?" Xukun membalikan badannya menghadap Zhengting yang sedang memandangnya lirih.

"Kau marah?" Zhengting balik bertanya setelah memastikan Ziyi meninggalkan mereka berdua.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau tiba-tiba mendiamkanku?"

"Kau tidak mengajakku bicara."

"Kau menghindari pandanganku."

"Tidak."

"Iya. Buktinya sekarang kau tidak menatapku."

Xukun terdiam. Ia tidak tahu harus mengelak apa lagi.

"Wenjun dan aku hanya teman."

"Huh?" Xukun mengangkat wajahnya bingung.

"Apa yang dikatakan Zeren hanya bercanda. Anak itu memang suka kelewatan."

"Aku tidak marah dengan perkataan Zeren."

"Lalu?"

"Aku hanya..." Xukun mengigit bibirnya ragu, "aku hanya iri dengan Wenjun-ge."

Zhengting mengangkat alisnya.

Bagaimana bisa peserta yang selalu duduk di posisi tertinggi ini iri dengan sahabatnya. Wenjun tampan? Iya, tapi Xukun juga tidak kalah tampan. Buktinya ada lebih dari 17 juta voting yang bisa ia terima. Wenjun tinggi? Xukun juga tidak begitu pendek. Perbandingan tinggi mereka tidak sampai 10cm. Wenjun pandai menyanyi? Hei, Xukun juga bisa menyanyi, bahkan ia juga menguasai rap dengan sangat baik.

"Ada apa dengan Wenjun?" akhirnya Zhengting menyuarakan pikirannya.

Xukun di sisi lain masih diam. Ia sedang mencari kata yang tepat untuk menjawab.

"Kunkun, ayo jelaskan padaku. Aku tidak suka kau dingin seperti ini," Zhengting mulai mengerucutkan bibirnya kesal.

Xukun sungguh tidak bisa menolak gege-nya jika sudah seperti ini. Dia mengambil satu nafas panjang sebelum akhirnya buka suara.

"Kau terlihat sangat nyaman dengannya."

"Tentu saja. Aku kan sudah bertahun-tahun hidup dengannya."

"Itu dia. Aku iri dia bisa selalu bersamamu ge. Bahkan kau terlihat begitu santai dalam pangkuannya."

Sadar apa yang sebenarnya terjadi, raut wajah Zhengting berubah. Ia kini tersenyum penuh arti.

"Kau sebenarnya iri atau cemburu Kunkun?" tanyanya dengan nada yang terdengar jelas sedang mempermainkan seorang Cai Xukun.

"Ya... Bisa kau bilang keduanya," Xukun menjawab dengan nada tak kalah usil.

"Tapi aku ini bukan milikmu. Kenapa kau harus cemburu?"

Zhengting berjalan menjauh dari tubuh yang lebih rendah darinya itu dan menyandarkan diri di pintu salah satu ruang latihan.

"Lalu kau ini milik siapa gege? Wenjun-ge? Xinchun? Atau Justin?"

"Oh ku kira kau tidak akan pernah menanyakannya dan terus menyukaiku diam-diam," sebuah seringai terlukis di wajah pucat itu.

Xukun sendiri sedang terpaku. Tak menduga bahwa Zhengting menyadari perasaannya selama ini.

"Kalau aku ini milik mereka, untuk apa aku terus melakukan kontak fisik denganmu?"

Xukun masih diam, tapi otaknya mulai bekerja. Mencerna setiap moment yang ia lalui bersama gege-nya ini seketika terasa nyata.

Memang Zhengting banyak menerima kontak fisik dari yang lain. Tapi tidak ada trainee lain yang disentuh Zhengthing selain dirinya.

"Gege... Sungguh? Aku tidak sedang bermimpi?" Xukun mendekatkan diri pada Zhu Zhengting dan menatap penuh harap ke mata cokelat itu.

"Hm-m. Kau tidak sedang bermimpi Cai Xukun," Zhengting meraih lengan Xukun lembut dan menarik tubuh itu lebih rapat, menempatkan bibirnya tepat di telinga yang sangat sempurna itu, "aku juga menyukaimu Cai Xukun. Sangat suka."

Suara itu mengalun dengan lembut menyihir Xukun seketika. Ia sedikit gemetar merasakan suhu hangat dari bibir itu.

"Kalau begitu mulai sekarang kau milikku, Zhu Zhengting," Xukun balas berbisik membuat Zhengting tak kalah gemetar dengannya tadi.

"Ge..." Xukun menatap dalam sepasang mata di hadapannya, menanti respon atas pernyataan sepihaknya tadi.

"Hm-m?" gumam Zhengting sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher jenjang yang berbalut keringat.

"Kau belum memberi tanggapan."

CHUP

Tidak menjawab, Zhengting memilih untuk melumat bibir ceri dihadapannya. Lembut namun begitu memabukan. Menyapukan lidahnya pada bibir idaman sejuta kaum hawa, menekannya tanda ia meminta akses untuk melakukan lebih.

Xukun menyeringai sebelum membiarkan peserta yang lebih tua darinya itu mengeksplorasi lebih jauh. Bahkan menyesap lidahnya.

Bukan Cai Xukun namanya jika ia bisa didominasi terlalu lama. Tak lama, permaian berubah. Xukun ganti menyesap lidah Zhengting kuat. Membuat sang empunya menggumam. Desahan dalam diam lebih tepatnya.

"Nggh Kun..."

Zhengting mulai melenguh saat tangan hangat Xukun mengusap abdomennya dengan sensual, sedangkan lidah yang lebih muda darinya itu terus menyapu kulitnya.

"Ah!"

Desahan itu akhirnya lepas juga. Semua karna Xukun bermain begitu cepat. Jemarinya entah sejak kapan sudah menemukan nipple seorang Zhu Zhengting.

"Nnngh Kun... Mmm," Zhengting memejamkan matanya erat, mendongakan kepalanya. Menikmati setiap sentuhan yang ia terima.

"Ah! Ah! Kun... Ah! tunggu," Zhengting susah payah bicara saat Xukun dengan tiba-tiba menghentakan tubuh mereka, membuat benda di balik celana mereka bertemu.

"Ah! Ah! Kunkun!" Zhengting mengangkat wajah itu. Berusaha menghentikannya.

"Kau yang memulai ge. Ngggh!"

"Tapi ti Ah! Kun sebentar!"

"Ok apa? Cepat," Xukun menatap lapar makhluk di bola matanya itu.

"Jangan di lorong begini. Nanti kalau ada yang..."

Xukun tidak mau menunggu lebih lama. Begitu ia memahami maksud kekasihnya ini, ia segera membungkam bibir itu, merekatkan tubuh keduanya, dan membuka pintu di belakang Zhengting, mendorongnya kasar, dan menutup kembali pintu itu dengan tidak sabar.

"Kau ini tidak sabaran sekali," Zhengting tersenyum menggoda yang hanya dibalas seringai oleh Xukun.

Menit berikutnya, Xukun sudah menanggalkan jaketnya dan membiarkan Zhengting menyentuh kulit susunya. Ia masih menghentakan tubuhnya tentu saja.

"Ah! Ah! Cai Xukun!"

"Ah! Zhengting-ge Oh!"

"Kun, lepas," Zhengting memainkan jemarinya tidak sabar pada perpotongan celana Xukun.

"Ge aku tidak akan bisa berhe..."

"Lakukan saja."

"Kau serius? Ah!"

"Hm-m" Zhengting menjawab dengan sensual sambil menggesekan tubuh mereka.

Menerima perlakuan itu, Xukun tak lagi berpikir panjang. Ia menanggalkan celana beludru merah dan boxer yang menghalangi serta melakukan hal yang sama pada Zhengting. Membiarkan kebanggaan mereka terekspos bebas.

Zhengting yang masih menggesekan tubuh mereka semakin mendesah tak menentu begitu merasakan kulit keduanya bersentuhan.

"Aaah Kun! Hah! Ah! Ouh!" Zhengting menegang merasakan jemari Xukun memasuki lubangnya.

"Relax-ge. Ini belum seberapa."

Xukun mulai memainkan jarinya keluar masuk, menyentuh titik tertentu yang bisa membuat Zhengting menjeritkan namanya penuh kenikmatan.

"Ah Kunkun! More aaah! Fas ah ah ter!"

"As your wish baby."

Xukun mempercepat pergerakan tangannya.

"Ah Kun di situ ah lagi ah ah Kun hamp..."

Zhengting mendesah kecewa karena klimaksnya terganggu, namun tak lama ia justru tersentak. Matanya terbuka lebar sama dengan mulutnya.

"Nghh..." Ia menggeliat tak nyaman ketika Xukun mulai menggerakan tubuhnya menjauh dan mendekat, membuat sesuatu di bawah sana keluar dan masuk dari gua hangat Zhengting.

Semakin lama, rintihan itu pun berganti menjadi kenikmatan.

"Aaah Kun lebih dalam! Hah! Ah! Mmm!"

Desahan Zhengting membuat Xukun semakin hilang kendali. Permohonannya pun membuat Xukun semakin gila. Ia menghantam tubuh itu dengan semakin brutal, membuat Zhengting justru semakin mendesah.

"Ah! Kun! Ham aaah aaah pir sampai."

"Aku ah ah juga ge!"

Detik Xukun akan datang, ia bermaksud menarik dirinya namun Zhengting menahan tubuh itu.

"Di dalam saja," Zhengting membuka suara seraknya dan mengedarkan pandang ke pakaian mereka yang berserakan.

Menyadarkan Xukun itu adalah kostum panggung yang harus mereka kembalikan, jadi tidak boleh ternoda.

Xukun mengangguk lembut lalu menghantam keras tubuh Zhengting, membiarkan dirinya datang di dalam kehangatan itu.

Zhengting menarik tubuh Xukun yang mulai kehilangan tenaga untuk jatuh di atasnya.

"Aku berat ge," protes Xukun saat Zhengting menahan posisi mereka.

"Tidak. Kau sangat ringan dibanding Chengcheng. Dia pernah menimpaku," Zhengting mengusap lembut surai keemasan Xukun.

Xukun terkekeh mendengar nada manja Zhengting yang telah kembali.

"Kalian sangat akrab ya."

"Hm-m. Kami seperti kau dan Ziyi."

"Zhengting-gege! Kau dimana?"

"Ya Zhu Zhengting!"

Zhengting mengela nafas kesal mendengar suara yang familiar.

"Dasar Huang Minhao, beraninya memanggilku seperti itu," sunggut Zhengting yang sudah mengenakan pakaian lengkap.

"Gege!" Quanche berlari imut memeluk tubuh Zhengting yang baru saja muncul dari di sudut lorong.

"Kenapa quanche?"

"Oh hai Xukun-ge. Wenjun-ge mengkhawatirkanmu."

"Dui bu qi. Susah sekali menahan mereka," ucap Wenjun yang berlari menghampiri.

Justin dan Chengcheng juga ada di sana. Namun mereka sedang mematung. Memandangi Xukun dari ujung kepala dan kaki. Chengcheng pun akhirnya memberikan pandangan penuh tanya pada Xukun. Xukun paham yang dimaksud mereka, ia pun tersenyum. Menyeringai lebih tepatnya.

"Oh mai God! Big boss! Kau luar biasa!" Justin segera memeluk Xukun dan Chengcheng merangkul mereka.

"Ayo! Ayo!" Chengcheng kini melompat penuh semangat dan menarik lengan kedua rapper itu.

"Ge... Kau?" Wenjun kini beralih menatap Zhengting yang tersenyum jahil.

"Hah. Sudah kuduga."

"Memang Jun-ge menduga apa?" tanya Quanche dengan polosnya.

"Tidak tahu. Sudah biarkan saja, ayo kembali," Zhengting merangkul adiknya dan melewati Wenjun begitu saja.

End

Rurulala,

Rehat dulu jadi JungKi shipper. Numpang bentar ke kapal ZhengKun. Kekeke...

Hamzzi basicaly fine-fine aja Zhengting di couplein sama siapa pun. Tapi kalo Xukun... Hamzzi hanya rela dia sama Zhengting hiahahahaha

Anyway, ff super cepat ini semoga ada yang suka. Jangan lupa review ya.