Cast: member exo and older
Rate: T
Pair: Sulay
Main pair: Kristo, Hunhan, Kaisoo, Chenmin, Chanbaek
Summary: Sang kegelapan perlahan mulai bangkit. Namun 12 pemilik kekuatan belum terkumpul sama sekali. Apakah yang terpilih dapat mengumpulkan mereka sebelum sang kegelapan bangkit?. EXO FF/ All EXO Couple Official/ SULAY-TAORIS-CHANBAEK-KAISOO-CHENMIN-HUNHAN/
Type: Warning! Banak Typo, Alur ga jelas dan kecepatan, bahasa yang sulit dimengerti, dll. Yang Ga suka BL, BXB, and yaoi. Dilarang baca ok. Tapi kalau maksa silakan aja. If you hate yaoi. Please click close
FF ini murni banget otak saya. Apabila ada kesamaan baik alur maupun konflik didalam cerita itu semata2 karena ide dan tidak sengaja. Dan saya tidak senang dengan yang namanya Plagiatrisme.
Laibel
Di balkon sebuah rumah berdiri seorang namja berparas manis. Namja itu menatap langit malam dengan ekspresi penuh kesedihan.
"Kakek.. huuhh." Namja itu menghebuskan nafasnya dengan kasar. Menatap langit malam dengan pandangan kosong.
"Bertahun-tahun aku mencari mereka,tapi… tapi, tak satupun dari mereka dapat kutemukan, bahkan aku tak tau mereka ada dimana." Suara gertakan gigi terdengar kala namja itu berbicara, entah karna dinginnya malam, atau begitu kuatnya dia menahan emosi hingga giginya menggertak.
"Aku… takut.. aku gagal menemukan mereka." Kali ini setetes demi setets air dari matanya jatuh membasahi pipi.
"Kumohon.. bantulah aku…" Lanjutnya.
X
O
X
O
Seoul…
Di dalam perpustakaan, di meja paling pojok duduk seorang namja manis yang sedang mendumel sembari membolak-balikan halaman buku yang sedang dia baca sekarang.
"Demi apapun, ini dapat membuat kepalaku botak mendadak." Keluhnya tampa menghentikan aktifitasnya.
Namja manis yg bernama Zhang Yixing a.k.a Lay benar-benar di buat kesal oleh tugas yang dapat membuatnya botak mendadak. Terlambat di pelajaran sejarah?. Ayolah, mungkin hukuman membuat makalah sejarah tentang seni yang hanya maksimal 50 halaman sudah cukup memberatkan. Bagaimana jika hukumannya membuat makalah setebal Ensiklopedia? Beratus-ratus bahkan beribu-ribu halaman? Itulah yang membuat dirinya frustasi. Lay sempat berpikir mengapa dirinya tidak sekalian di suruh membuat sebuah novel, oh bahkan membuat buku karangannya sendiri lalu di terbikan dengan judul "1001 sejarah seni di dunia." Mungkin Lay akan beralih profesi dari seorang seniman menjadi seorang penulis.
Namun nasi sudah menjadi super bubur, mau tidak mau Lay harus tetap mengerjakan tugas ini, toh setidaknya sang guru memberikan waktu cukup untuk mengerjakan.
Tiba-tiba getaran sebuah benda yang ada di kantung celannya membuat aktifitas mari membuat kepala botak mendadak terganggu. Dikelurkannya benda persegi itu dari kantung celannya.
"Yeoboseyo"
"…"
"Aku ada di perpustakaan"
"….."
"Aku di hukum oleh Kyuhyun seonsaengnim"
"….."
" Terlambat masuk pelajarannya tadi pagi"
"…."
"Haaahh, panjang ceritanya, aku seteres hyung, kepalaku rasanya bisa botak mendadak"
"…"
"Ne, luhan hyung… Aku tunggu di perpus, oh ya bawakan aku makanan sekalian ya, hehehee"
"….."
"Dari pagi aku belum makan sama skali"
"…."
"YA… hyung, kau jahat sekali"
"….."
"Aiishh.. aku tunggu ya hyung, pay"
Tuut. Di putusnya sambungan itu.
Laypun kembali membuka halaman-halaman buku yang ada di depannya. Makin lama lay makin bosan dan rasa kantuk tiba-tiba datang. Laypun menaruh kedua tangannya di atas meja dan menjadikannya bantalan untuk kepalanya. Sedikit demi sedikit matnya mulai terpejam, dan akhirnya dia tertidur.
30 menit kemudian…
"Lay… Lay… bangun."
"Yixing…. Hoy bangun." Sayup-sayup terdengar suara yang tak asing di telinga Lay, dan Lay juga merasa tubuhnya diguncang-guncang oleh seseorang.
Perlahan-lahan Lay membuka matanya.
"Euughh." Lenguhnya. Laypun mengerjap-ngerjap matanya, berusaha mengumpulkan rohnya yg belum sepenuhnya kembali.
"Emm, hyung sedang apa disini?" Tanya Lay. Yang mendengar hanya bisa diam.
"Bukannya kau yang minta aku datang kesini dan membawakan makanan?" Tanya namja manis yang tadi membangunkan Lay.
"Ohh mian hyung, rohku belum terkumpul sepenuhnya hehehe" Jawab Lay.
"Haaahhh kau ini Lay. Bisa- bisanya tertidur diperpustakan, kalau Luhan tidak membangunkanmu pasti kau akan tertidur sampai sore di perpustakan." Ucap namja berpipi chubby yang duduk di depan meja Lay.
"Hehehe mian Xiumin hyung." Jawab Lay.
"Ini, aku bawakan pesananmu." Kemudian Luhan menarik kusri yang ada disamping Lay dan duduk, lalu menyerahkan bungkusan yang sedari tadi ia pegang kepada Lay.
"Gomawo hyung." Lay membuka bungkusan itu dan terkejut dengan isinya.
"Kimbap?" Tanya Lay.
"Haaa? Bukannya tadi kau menyuruhku untuk membawa makanan?" Tanya Luhan sedikit emosi.
Lay pun diam sejenak sambil berpikir. "Oh iya aku lupa, aku belum makan dari pagi" kata Lay. Luhan dan Xiumin cuma bisa memasang tampang sweatdrop mendengar perkataan temannya yang satu ini 'pikunnya kambuh lagi' pikir keduanya. (poor abang lay).
"Ngomong –ngomong kenapa kau bisa terlambat datang di pelajarannya Kyuhyun seonsaengnim? Seperti bukan dirimu saja." Tanya Xiumin.
"Takdir ge." Jawab Luhan polos.
"Aaiisshh aku bertanya pada Lay bukan padamu LUHAN." Jawab Xiumin menekankan pada kata LUHAN .
"Hehehe"
Lay yang sedari tadi makan [raeder: emangnya di perpus boleh bawa makanan gitu?. Author: biarkan saja Lay makan diperpustakaan dari pada nanti sakit terus ni FF ga bisa lanjut hayoo?. #dihajarreader] sambil menonton percakapan kedua sahabatnya ini hanya bisa pasrah dan tertawa, karena sudah merupakan kegiatan rutin kedua sahabatnya ini suka berdebat.
"Heheh.. aku terlambat bangun ge." jawab Lay.
"Memangnya kau bergadang tadi malam? Lalu….kenapa matamu bengkak seperti itu? Ahh.. Apa kau habis nangis Lay?" Tanya luhan beruntun kemudian menunjuk kearah mata Lay.
"Ehh… itu.. engga ge. Aku tidak habis menangis kok, mungkin mataku bengkak karena kelelahan.. heheh." jawab Lay kikuk. Laypun menundukan kepalanya kerana takut dengan tatapan kedua sahabatnya ini.
"Huuuhh… baiklah, kalau kau ada masalah ceritakan saja pada kami Lay." Xiuminpun tersenyum penuh kelembutan.
"Benar itu.." Kata Luhan kemudian menganggug-nganggukan kepalanya.
Lay mengangkat kepalanya menatap kedua sahabatnya. "Terima kasih ge." Lay tersenyum menampakan dimplenya yang manis.
At Lay Home
Matahari sudah tenggelam dan Lay baru saja sampai dirumahnya. Dari siang sampai sore Lay harus mendekam didalam perpustakaan hanya untuk mengerjakan tugasnya. Kalau bukan karena itu, mungkin Lay akan lebih memilih untuk latihan menari.
Setelah Lay selesai melakukan aktifitas rutinnya yaitu makan dan mandi Lay segera membawa dirinya menuju kamar.
Sesampainya di kamar, Lay ingin sekali segera berebahkan dirinya di kasur nyamanya tapi apa daya kakinya bergerak kearah lain, mengajaknya menuju balkon kamarnya.
Malam ini langit tidak terlalu gelap seperti biasanya, karena Bulan sedang dalam keadaab bentuk dengan sempurnanya. Lay menutup kedua matanya menikmati angin malam yang membelai wajahnya dengan lembut. Meresapi setiap hembusan angin dingin. Perlahan- lahan dia membuka matanya. Mata hazelnya mentap sang bulan yang menginggatkannya akan memori terdahulu.
Flashback
Seorang anak kecil berumur 5 tahun sedang asik bermain di pekarangan rumahnya.
Anak aitu asik memainkan mobil-mobilanny.
"Ngengenge… bruuummm.. brumm."
"Awass.. awass.. mobil penyelamat yicing mau lewat… ngengenge."
Saat sedang asik bermain dengan mobil-mobilannya. Tanpa sengaja Yixing kecil melihat sebuah bunga yang sudah layu. Yixing kecilpun mendekit bunga itu.
"Kaciaannya bunga ini, padahal cantik, tapi dia haluc layu." Ucap Yixing kecil kemudian membelai lembut bunga itu dengan tangan kecilnya.
"Apa yang halus Yicing lakukan ya, supaya bunga ini bica bedili(?) lagi?" Pikir Yixing kecil.
"Aah Yicing tau." Yixing kecil berlari masuk kedalam rumahnya, kemudian keluar membawa segelas air. Lalu Yixing kecil berjongkok didepan bunga itu. Disiramnya bunga itu dengan air yang ia bawa tadi. Kedua tangannya dia letakan di kedua sisi bunga. Dipejamkannya kedua matanya itu. Tanpa ia sadari muncul cahaya bewarna hijau agak kebiruan yang keluar dari tangannya. Perlahan-lahan bunga itu kembali tegak.
Perlahan-lahan Yixing kecil membuka matanya. Betapa terkejutnya ketika ia lihat bunga itu telah kembali ke bentuk seperti semula, bahkan kelopaknya menjadi berwarna.
"Uwwoooo.. Yicing hebat… Yicing haluc membeli tau kakek." Kagum Yixing kecil kemudian berlari mencari kakeknya.
Didepan teras seorang pria tua sedang membaca Koran denga tenang.
Yixing kecil berlari menuju kakenya. "Kakekk.. kakekk." Yixing kecil menarik-narik celana Kakeknya. Sang Kakek meletakan korannya kemudian mengangkat Yixing kecil dan mendudukannya dipangkuannya.
"Ada apa yixing? Kenapa lari tergesa-gesa begitu?" Tanya si kakek.
"Kakek, kakek tau ga tadi Yicing bica nyembuhin bunga yg udah layu loh." Jawab Yixing kecil dengan atusiasnya. Sang kakek terkejut mendengar jawab cucunya ini.
"Oh ya benarkah? Bagaimana bisa?" Tanya si kakek mengusap lembut kepala Yixing kecil.
Yixing kecil menapat kakenya dengan antusias. "Tadi Yicingkan lagi main mobil-mobilan di belakang, teluc Yicing ga cengaja ngeliat ada bunga yang layu, ya udah Yicing kacih air, teluc Yicing taluh kedua tangan Yicing di cici bunga itu," Yixing kecil kemudian memperaktikan yang tadi ia lakukan. "Telucc.. Yicing tutup mata dech, eh pac Yicing buka mata telnyata bunga itu udah ga layu lagi kek, Yicing hebatkan?'" lanjutnya dengan mata yang berbinar2 menunggu pujian dari sang kakek.
Sang kakek yang mendengar cerita Yixing kecilpun hanya bisa terkejut tanpa tau harus berkata apa.
"Kakek.. kakek.. kok kakek bengong cih?" Yixing kecil menepuk-nepuk kedua pipi kakenya karena sedari tadi kakeknya tidak berkata apa-apa. Sang kakekpun tersadar dari lamunannya.
"Yicing hebatkan ke?" Tanya Yixing kecil.
"Iya Yixing hebat bisa buat bunganya hidup lagi." Yixing kecil tersenyum menampakan dimplenya yang manis mendengar pujian dari kakeknya.
Tanpa Yixing kecil sadari sang kakek menampakkan senyuman sedih. 'apakah ramalan itu sudah dimulai?' Pikir sang kakek.
7 tahun kemudian.
Di dalam kamar, terdengar isakkan dari seorang namja yang berada di sisi kasur "Hiikkss… hiksss.. kakekk." Ditenggelamkannya kepalanya di kedua tangannya. Sebuah tangan yang hangat membelai dengan lembut kepala namja itu.
"Yixing…. Jangan menangis." Ucap sang pemilik tangan itu. Yixing –namja itu- tidak mempedulikan ucapan dari sang pemilik tangan dan terus menangis.
"Hiikkss.. hikkss.."
"Yixing,.." Sang kakek memanggil Yixing dengan suara yg parau. Yixing yg merasa dipanggil akhirnya mendongakan kepala. "Kakkekk… hikkss"
"Yixing, jangan menangis… kau ini seorang laki-laki, jadi jangan cengeng." Tegur sang kakek. Sang kakek mengusap lembut kepala Yixing. "Kau harus kuat, karena kau telah memegang takdir yang sangat penting. Takdir yang menentukan bumi ini."
Yixing menatap kakeknya dengan ragu "Tapi, kakek bagaimana cara aku mencari mereka?"
"Lalu…. Apa gunanya kamu berlatih selama 7 tahun Xingie?, apakah kau pikir semua ini hanya untuk bermain2 saja? Hanya mengisi waktu luangmu saja?" Ucap sang kakek.
"Tapi… aku takut, aku gagal menemukan mereka kakek." Yixing menundukan kepalanya, kedua tangannya ia kepal dengan erat hingga terlihat beberapa uratnya menonjol. Yixing berusaha untuk menahan emosinya dan rasa takutnya.
Sang kakek berusaha untuk bangun dari kasurnya, kemudian memeluk Yixing. Yixing sempat terkejut tapi kemudian ia membals pelukan sang kakek.
"Kau tidak perlu takut Yixing. Asalkan kau selalu percaya pada dirimu dan selalu yakin bahwa kau bisa, maka rasa takut itu bukan hal masalah. Kau hanya perlu percaya bahwa kau mampu dan kau bisa." Ucap sang kakek dengan bijak. Kemudian sang kakek melepas pelukannya dan menggerakan tubuhnya yang sudah mulai rapuh menuju laci mejanya. Diambilnya sebuah buku dari dalam laci itu. Kemudian mengatur posisinya lagi agar bisa berada didepan yixing.
"Simpanlah buku ini dengan baik-baik." Sang kakek menyerahkan buku itu kepada Yixing.
"Tapi kakek buku in-" Belum selesai Yixing berbicara sang kakek memutus perkataannya.
"Buku ini sekarang menjadi milikmu. Buku ini akan membantumu untuk menemukan mereka Yixing". Yixingpun mengambil buku itu. kemudian menatap sang kakek dengan tatapan yang bercambur aduk, -bingung, takut, sedih- itulah yang ada d tatap Yixing sekarang.
Sang kakek yang melihat tatap Yixing pun merasa sedih. Sesugguhnya jauh di dalam hati, sang kakek tidak pernah mengahrapkan bahwa cucunya akan memiliki takdir seperti ini, tapi apa mau dikata, inilah yang namanya takdir, tak ada yang bisa menolaknya.
Digenggemnya tangan kanan Yixing, Yixing menatap kembali kakeknya. "Yixing…. Kakek ingin kau berjanji sesuatu kepada kakek." Ucap sang kakek.
"Berjanji apa kek?." Tanya Yixing.
"Apapun yang terjadi, kau harus bisa mengumpulkan ke 11 pemilik kekuatan lainnya dan…" Sang kakek menatap Yixing dengan tatapan penuh kelembutan dan kepercayaan. "Selamatkan bumi ini dari sang kegelapan." Lanjutnya kemudian perlahan matanya menutup.
Setelah itu yang terdengar didalam ruangan itu hanya suara tangisan dan jeritan Yixing yang terus memanggil nama kakeknya.
Flashback End
Perlahan Lay membuka matanya. Menatap kembali sang rembulan.
"Kakek…. Aku pasti akan menemukan mereka, aku berjanji." Dan sebuah senyum terukir dengan manisnya di wajah Lay.
TBC
heheheh ini adalah FF pertama author yg dipublishin.. jadi maaf bgt kalau ceritanya kurang menarik.. :).
terima kasih buat yang udah mampir atau yg ga sengaja lewat terus baca #plaakkk.. XD
