Koko Ni Iru Yo

Cast: Kim Ryeowook and Others

Disclaimer: semua character punya TYME dan saya Cuma pinjem nama doang

Warning: OOC, BL, BxB, YAOI, Miss Typo(s) berceceran

Rate: T

DON'T LIKE DON'T READ!

Happy Reading^^

.

.

.

Annyeong~~~ *lambai-lambai

Iseng, Ichi buka-buka lagi komik yang Ichi punya. Dan taraaaa~~~ Ichi nemu komik yang paling Ichi suka dari banyak komik yang Ichi suka. *nah? Well, judulnya I am Here. Japanesse-nya seperti yang Ichi pake buat judul. Koko Ni Iru Yo by Ema Toyama. Udah pernah baca? Ichi terinspirasi dari sana. Ceritanya mungkin bakalan mirip sama itu komik. Tapi tentu saja Ichi bakalan rubah juga. Gag mungkin sama semua kan? Gag seru nanti jadinya. Apalagi kalo buat yang udah pernah baca. So, mari membaca~~~^^

.

.

"Hey, kau lihat pertandingan basket semalam?"

"Ne, aku lihat. Mereka keren sekali. Aku jadi ingin seperti mereka nanti."

"Yah yah, teruslah bermimpi. Apa yang bisa kau lakukan dengan badan pendek seperti itu, Taeminnie? Kau harus jadi lebih tinggi supaya bisa memasukkan bola ke dalam ring atau kau yang akan mereka masukkan ke dalam ring."

"Hahahahaha~"

"Yak! Apa maksudmu Key Hyung!"

Aku Kim Ryeowook. Kelas dua Junior High School. Aku bukan anak yang menonjol. Sama sekali bukan. Aku juga bukan orang yang memiliki banyak teman seperti kedua Hyung-ku. Aku bahkan sama sekali tidak punya teman. Hell, ini bahkan sudah lebih dari sepuluh tahun aku hidup dan aku sama sekali tidak punya teman.

"Jessie-ya, apa kau lihat Siwon oppa kemarin? Uwaaa~~ dia sangat tampan…"

"Ne, kau benar Yoona-ya. Siwon oppa memang tampan. Aku jadi membayangkan yang tidak-tidak setiap melihat berita atau film-nya."

"Yah. Apa yang kau bayangkan Jessica Jung?"

"Tentu saja bagaimana kalau aku bisa menjadi kekasihnya. Memangnya apa yang kau pikirkan Seohyun-a? Bukankah itu sangat membanggakan kalau bisa jadi kekasih Siwon oppa?"

"Teruslah bermimpi. Kudengar dia bahkan sudah punya kekasih."

"Benarkah?"

"Sungguh. Kudengar memang seperti itu."

"Ah! Hari ini dia juga akan datang ke sekolah."

Banyak yang tidak menyadari kehadiranku. Bahkan ketika aku sudah ada tepat di belakang tiga yeoja yang sedang asik membicarakan artis muda yang sangat tampan itu, mereka sama sekali tidak menyadariku. Ini sungguh menggelikan. Sungguh. Aku selalu merutuki diriku sendiri yang selalu tidak bisa bersuara bahkan ketika tanganku sekarang rasanya mau patah karena banyaknya buku yang kubawa. Aku ingin segera meletakkan buku-buku laknat ini lalu duduk di bangku-ku yang ada di pojok dan dijadikan tiga yeoja itu untuk mengerumpi.

"Eh? Ngomong-ngomong, ini bangku siapa?"Tanya yeoja bernama Seohyun.

Kulihat dua temannya yang lain juga jadi ikut memperhatikan bangku-ku.

"Aku tidak tahu. Tapi yang penting dia belum datang kan."jawab Jessica.

"Itu tempat dudukku~~"ucapku. Aku sudah merasa mengeluarkan suaraku tapi kenapa mereka sama sekali tidak menanggapi? Apa mereka tidak mendengarnya?

"Apa? Dibelakangku?"

Dan kulihat yeoja bernama Seohyun itu menolehkan kepalanya ke belakang. Ke arahku. Lalu sedetik kemudian bisa kudengar suara yang sepertinya bisa saja memecahkan gendang telingaku dan semua orang yang ada di kelas.

"KYAAAA~~~"teriaknya entah sudah sampai berapa oktaf.

"U-um… Maaf, a-aku hanya ingin menaruh barangku."kutunjukkan tumpukan buku yang ada di tanganku.

Dan kalian dengar? Suaraku bahkan patah-patah ketika aku bicara. Ini menggelikan. Tapi beginilah kenyataannya. Dan kenyataan inilah yang paling aku benci. Aku seringkali merutuki diriku yang entah keturunan dari siapa bisa jadi begini aneh, menurutku dan sebagian besar –hampir semuanya sebenarnya- orang yang pernah kutemui. Dua Hyung-ku sama sekali berbeda denganku. Kalian tahu, mereka punya banyak –sangat- teman. Sementara aku? Satupun aku bahkan tidak punya. Mereka cantik. Meskipun satu diantara keduanya sangat anti dibilang cantik meskipun wajahnya androgini seperti itu. Terkadang aku berpikir, mungkin mereka akan laku keras jika mau menjadi model majalah androgini. Mereka mudah bergaul. Mereka bisa dengan mudah mengekspresikan perasaan mereka. Dan mereka selalu bisa menemukan topic yang menarik untuk dibicarakan. Dan mereka juga pintar, meski tidak jenius. Lalu mereka juga selalu mejadi Kingka di sekolah.

Ini menggelikan.

Sungguh.

Jika orang lain terkadang –sering juga dan hampir selalu begitu- melupakan atau tidak menyadari kehadiranku, mungkin aku akan maklum saja. Memang apa yang bisa kuperbuat? Tapi ini mereka. Hell no! Mereka Hyung-ku. Kami bahkan tinggal di atap yang sama. Bagaimana mungkin mereka bisa melupakan kehadiranku di meja makan? Dan itu tidak hanya terjadi sekali dua kali. Itu hampir terjadi setiap hari. Dan yang paling parah adalah, eomma-ku bahkan juga terkadang sama dengan mereka. Aaarrrgghhh… bagaimana bisa eomma-ku lupa kalau dia punya tiga anak? Yang benar saja. Beruntung appa-ku tidak separah itu. Setidakya, dia akan selalu sadar kalau aku tidak ada di meja makan lalu memanggilku.

"Yah! Kalau sudah datang bilang dong. Aish!"

"Jadi ini kursi Ryowok ya?"

"K-kalian bisa memakainya kalau mau."tawarku gugup.

Dan namaku bukan Ryowok babo! Ingin sekali kuteriakkan kalimat itu. Tapi tentu saja itu hanya keinginanku yang kesekian yang tidak pernah terkabul.

"Eee, tidak perlu. Maaf ya,"ucap Seohyun sambil melambaikan tangannya dengan ekspresi kagetnya yang masih menempel di wajahnya.

"Iya, maaf ya."imbuh Yoona. Dan mereka berjalan keluar lalu saling bicara lagi di depan kelas.

"Ternyata dia benar ada ya? Aku sama sekali tidak menyadarinya."

"Iya. Aku bahkan sangat kaget tadi."

"Dia Ryoku kan?"

"Dia benar-benar tidak menonjol ya?"

Ahahahaha

Itu sudah sering kudengar. Terutama kesalaha mereka menyebut namaku. Apa namaku sangat sulit diucapkan sampai mereka salah mengucap? Tapi itu lebih baik dari pada ketika aku di elementary school. Bahkan disana tidak ada yang ingat siapa namaku. Ini konyol. Dan sayangnya ini nyata terjadi padaku.

Dulu aku pernah berniat memebeli es krim di sebuah kedai tidak jauh dari rumahku yang well, bisa dibilang cukup bagus dengan dua lantai dan taman depan juga belakang. Meski tidak seluas rumah orang-orang kaya yang memiliki rumah besar dan mewah yang menurutku dalam pembuatannya itu sangat menghamburkan uang. Aku sudah menunggu selama lebih dari satu jam dan pelayan disana selalu melewatiku. Aku sudah memanggilnya berkali-kali. Entah suara yang ku keluarkan terlalu kecil. Atau karena tubuhku yang well, kecil. Atau mungkin karena tepat dudukku di pojok dan tertutup tubuh seorang namja tinggi di meja seberang. Atau memang para pelayan itu tidak menyadari kehadiranku? Aku sungguh kesal saat itu dan memutuskan keluar lalu membeli es krim di supermarket.

Atau saat kami sekeluarga piknik? Dengan konyolnya, bahkan appa-ku melajukan mobil tanpa tahu kalau aku belum masuk. Sampai akhirnya dia kembali setelah menempuh setengah perjaanan.

Atau yang lebih konyol lagi ketika aku akan berangkat menuju sekolah di SM JHS untuk penerimaan siswa baru. Saat itu aku sungguh bersemangat untuk merubah diriku. Aku berpikir saat itu aku harus dapat dua teman. Atau minimal satu orang untuk jadi temanku. Dan ketika aku akan menyeberang menuju halte bus, aku melihat dua ekor kucing yang entah sengaja atau apa, sama-sama berbulu abu-abu hendak menyeberang sementara saat itu lampu lalu lintas masih berwarna hijau. Aku yang seperti mengenal dua kucing itu tetu saja memperhatikan mereka. Dan benar saja, dua makhluk berbulu sama itu kucing kedua Hyung-ku. Aku tentu tahu bagaimana reaksi mereka kalau kucing kesayangan mereka celaka. Sontak saja aku menghadang sebuah mobil dari arah kananku yang nyaris menabrak Jiji –kalau tidak salah,- yang merupakan Hyung-ku yang kedua. Mobil itu memang berhenti. Begitu juga dengan Jiji dan Heebum, kucing Hyung-ku yang pertama. Namun entah sial atau bagaimana, niatku melakukan hal baik malah berdampak buruk. Yang aku tahu, aku terbangun di sebuah ruangan bercat putih dan beraroma obat yang menyengat. Ketika aku bertanya pada Jae Hyung, Hyung kedua-ku yang anti fibilang cantik, kenapa aku bisa ada disana, dia bilang seorang pengendara motor tidak melihatku dan hanya melihat Jiji dan Heebum. Jadilah dia menabrakku akhirnya karena menghindari Jiji dan Heebum.

What the heck? Apa pengendara itu buta? Aki bahkan yakin warna seragamku saat itu mencolok jika dibandingkan mobil hitam yang sempat kuhadang. Tidakkah ini lucu? Aku berpikir mungkin aku tidak memiliki aura sampai mereka tidak menyadari keberadaanku sama sekali. Dan keadaan itu sungguh bencana untukku. Rencana awalku untuk mencari teman setidaknya dua atau satu orang harus tertunda selama nyaris dua bulan karena keadaanku yang tidak bisa dibilang lumayan karena cukup parah. Dan ketika aku mulai masuk sekolah, semua teman sekelasku sudah membuat beberapa kelompok sendiri. Aku bahkan tidak melihat celah sedikitpun untukku bisa masuk dan bergabung diantara mereka.

Itu memang tidak mereka lakukan secara sengaja.

"Nanti sepulang sekolah ayo ke game center."

"Boleh. Kita bertanding."

Atau mungkin terlebih utuk mengucilkanku.

"Setelah pulang sekolah nanti kau mau kemana?"

"Entahlah. Mungkin aku akan mengerjakan tugas dari Yoon songsaengnim."

Mereka tidak sengaja melakukannya.

"Ayo kita ke café seberang setelah pulang sekolah nanti."

"Ayo~~~"

Aku mengerti itu. Karena itu aku juga tidak masalah dengan hal itu. Dan mungkin memang aku sendiri yang membuat kehadiranku tidak disadari orang lain. Tapi—

"Hey, mereka datang!"kudengar seorang yeoja yang kalau tidak salah bernama Sulli berseru kepada teman-temannya. Semua anak yang ada di kelas juga ikut menolehkan kepala mereka ke lantai bawah. Aku yang memang duduk di pojok dekat jendela tentu saja dengan mudah melihat siapa yang mereka maksud.

"Kau benar!"

Dua orang namja dengan tinggi berbeda itu tampak terengah di bawah sana.

"Kyuhyunnie, Yesung oppa, cepat lari! Sebentar lagi bell berbunyi…"seruan mereka tampak saling berlomba untuk bisa sampai ke telinga dua namja dibawah sana dengan cepat. Bahkan para namja juga menyemangati. Berteriak ala cheerleader yang tentu saja itu sangat berisik.

-Yesung dan Kyuhyun, dua namja itu terkenal di sekolah. Meskipun mereka beda tingkatan dengan Yesung Hyung di tingkat akhir sekarang, tapi mereka tetap dekat karena kudengar mereka bersaudara. Saudara sepupu kudengar. Mereka tampak begitu bersinar. Seperti matahari. Berada disisi mereka terlalu lama kurasa akan membuat matamu silau karena sinar yang mereka pancarkan. Tentu kalian pernah menonton sebuah film berjudul Attack on the Pin-up Boys yang dibintangi member Super Junior bukan? Ibaratkan mereka itu sebagai Lee Sungmin yang tampak selalu bersinar bahkan ketika dia memakai seragam yang sama dengan yang lain. Mereka juga seperti itu. Sifat mereka berbeda, tapi entah kenapa selalu bisa membuat sekeliling mereka selalu ceria. Entah karena kehadiran mereka atau apa.

BRAAKK

Aku menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka kasar oleh…

"Kyuhyun."desisku.

TLUKK

Aku menundukkan kepalaku ketika tanpa sengaja tatapan kami bertemu. Aku gugup. Tentu.

"Yah! Awas kau Cho Kyuhyun!"

"Sudahlah Hyung. Kembalilah ke kelasmu sebelum guru killer-mu itu member hadiah untukmu."

"Kurang ajar."

Aku menndukkan kepalaku berpura-pura membaca buku yang sudah kubuka meski itu hanya alas an karena pada kenyataannya aku sama sekali tidak membacanya. Aku berpikir, kappa setidaknya aku bisa mengeluarkan suaraku dengan lebih lantang supaya mereka tahu kalau aku ada diantara mereka? Setidaknya aku dianggap ada oleh mereka. Dan aku sudah menyusun banyak renaca untuk kulakukan supaya mereka menyadariku. Tapi tentu saja rencana tinggal rencana karena aku sama sekali tidak –atau belum bisa- melakukan satu dari ribuan rencana yang terlintas di kepalaku yang cukup pintar namun sama dengan kedua Hyung-ku, tidak jenius. Bahkan sampai sekarang. Ketika aku memasuki SM SHS. Sekoalh yang sama dengan kedua Hyung-ku yang masing-masing ada di tingkat dua dan akhir.

Dan SIALNYA, aku mengalami hal yang sama dengan tiga tahun yang lalu. Persis. Kecuali hewan yang kuselamatkan. Jika tiga tahu lalu adalah dua ekor kucing, maka kali ini adalah seekor anjing berbulu hitan dan putih di sekitar lehernya. Menyedihkan. Dan malangnya, kali ini benar-benar mobil yang menabrakku karena sedang menjawab telepon. Ingin aku rasanya menghantamkan apapun pada namja muda itu. Dia membuatku mendekam di ruangan berbau obat yang sangat kubenci itu nyaris tiga bulan lamanya. Dan tentu saja aku melewatkan acara penyambutan murid baru. Lagi.

Aku sangat sedih, tentu saja. Meskipun aku masih bisa melihat dua matahari yang bersinar itu, tetap saja aku tidak bisa punya teman. Tapi—

ryeong9 Tahun ini dan tahun kemarin sama saja. Mau mencari teman selalu gagal. Aku bahkan masih belum bisa bersuara keras jika ingin berbicara dengan teman sekelasku. Apa aku memang tidak bisa punya teman?

Tentu kalian mengenal apa itu yang disebut twitter. Aku juga punya akun itu. Aku memakai nama Ryeong9 untuk akun-ku itu. Setiap ada waktu –yang nyatanya setiap hari- aku akan meuliskan pemikiranku atau sekedar mem-publish photo disana. Tidak ada yang benar-benar tahu siapa aku karena aku memasang photo kue buatanku untuk mengisi ava.

Tentu saja itu tidak benar. Kau saja yang pengecut. Keberanianmu masih kurang terlalu banyak. Kalau kau terus begini, aku tidak yakin kau bisa punya teman seumur hidupmu.

Jangan terlalu mengkhawatirkan hal-hal seperti itu. Suatu saat pasti aka nada kesempatan uuntukmu. Dan ketika kesempatan itu datang, kau pasti bisa punya banyak teman. Bukankah kau sudah berusaha setiap harinya? Pasti akan ada yang memperhatikanmu. Percayalah.

Dua komentar yang berbeda. Selalu hanya dua orang itu yang berkomentar. shfly3424 itu, dia terlihat keras dan tegas. Tidak suka hal yang membosankan sepertinya. Sedikit banyak aku sering down ketika melihat komentarnya. Dia tampak tidak menerima kegagalan. Kau tahu, komentarnya selalu tegas dan kadang pedas. Orang ini memasang photo seekor anjing yang kurasa pernah kulihat bersama seekor anjing putih kecil yang sangat lucu.

Lalu gaemgyu. Entah siapa dia –dia hanya membiarkan sebuah telur dengan background ungu menjadi ava-nya-, tapi dia terlihat sangat baik dan lembut. Sangat berbeda dengan shfly3424 itu. Komentarnya selalu bisa membuatku merasa tenang setelah apa yang kualami dan membaca komentar dari shfly3424.

Di dunia maya, hanya ada nama-nama samaran seperti itu. Aku tidak yaki semua orang menggunakan nama asli mereka untuk sebuah akun jejaring social. Dan mereka hanya tahu itu. Aku sekali lagi berpikir dan berharap. Bagaimana kalau di kehidupan nyata ini –kehidupanku yang kumaksud- ada orang-orang yang baik seperti gaemgyu atau tegas seperti shfly3424 yang benar-benar memperhatikanku dengan cara yang berbeda dan mau bicara denganku seperti ini…

"Pasti akan sangat membesarkan hati."ucapku pelan sambil memeluk boneka jerapah kecil kesayanganku yang kuberi nama Kiki.

"Ryeowook-ah, ayo makan malam."teriakan eomma-ku segera membangunkanku untuk segera bergabung dengan mereka di meja makan. Aku berharap eomma memang mengingatku tadi.

.

.

Keesokan harinya, seperti biasa, aku akan berangkat naik bus dengan setumpuk buku yang sebenarnya tidak semuanya buku pelajaran lalu dengan jaket putih bertudung yang selalu mampu menutupi sebagian wajahku. Tentu saja ini sudah nyaris bulan ke empat aku berada di shigh school. Dan ini sangat menyedihkan karena aku sama sekali tidak punya teman kecuali teman dunia maya-ku itu.

"Ahahaha~ kau benar."

"Lalu?"

"Hey hey. Hentikan babo!"

"Yak Key Hyung! Apa yang kau lakukan?"

"Bagaimana dengan PR-mu? Apa sudah kau kerjakan?"

"Aku tidak akan memberimu contekan."

Ahahahaha~~~

Aku ingin sekali bergabung dengan mereka. Tapi entah kenapa aku selalu tidak bisa. Sudahlah, lebih baik ke taman belakang sekolah saja.

"Apa tunasnya sudah tumbuh semakin besar ya?"tanyaku pada diriku sendiri.

Jam istirahat seperti ini memang pasti sangatlah ramai. Dan aku juga lebih suka menyendiri di tempat yang tidak ada orang. Mungkin karena itu juga mereka tidak pernah menyadari kehadiranku.

"Akh! Tunasnya sudah makin besar. Ternyata memang bagus kalau terkena matahari. Hey kau bunga matahari, cepatlah tumbuh besar eoh. Lalu berbungalah seindah matahari."monolog-ku setelah menyiram satu buah tunas bunga matahari yang sudah semakin besar sejak pertama kali aku menanamnya disini.

Awal aku masuk sekolah, aku menemukan bunga matahari yang bertunas ini di tempat yang teduh. Dia tidak mendapat sinar matahari sama sekali. Jadilah kuambil dan ku tanam disini. Di taman belakang sekolah yang tentu saja akan mendapat sinar matahari. Kalau seperti ini… aku merasa seperti punya teman. Bunga matahari ini sendiri. Dan aku juga sendirian. Kalau sama-sama sendiri lalu berkumpul seperti ini, aku jadi tidak merasa sendirian.

Aku melipat lututku dan kupeluk dengan kedua tanganku lalu mendongakkan kepalaku menikmati angin musim semi yang hangat ini. Aku benar-benar berharap pohon kecil ini bisa cepat berbunga dan segera mekar.

"Pasti sangat indah."aku terkekeh dengan pemikiranku. Lalu baru teringat sesuatu.

"Benar. Publish di twitter ah."

Aku meraih ponsel dalam saku celanaku dan mengambil gambar pohon bunga matahari yang masih belum cukup besar untuk berbunga ini.

Jprett

Kulihat hasilnya dan terkekeh sendiri melihatnya.

"Mungkin aku harus mengambil gambar dengan bunganya kalau sudah berbunga nanti."ucapku menyuarakan pemikiranku.

"Ahahahaha~~"

"Yak Hyung! Cepat kembalikan PSP-ku!"

Aku menoleh ke asal suara dan melihat dua matahari di sekolahku sedang berkejaran memperebutkan PSP Kyuhyun, kurasa.

"Yesung Hyung, Kyuhyun."desisku pelan lalu kembali memperhatikan bunga yang ada di depanku.

GREEBB

"Eh?"

Aku menoleh dan mendapati Yesung Hyung tengah menggunakan tubuh kecilku sebagai tameng. Namja tampan berkepala sedikit lebih besar itu berputar ke kiri dan ke kanan untuk menghindari Kyuhyun yang ingin menangkapnya.

"Yah Hyung! Kau curang. Mana boleh memakai tubuh orang sebagai tamengmu. Cepat kembalikan PSP-ku."seru Kyuhyun kesal karena Yesung Hyung tidak mau memberikan PSP-nya kembali. Dan tentu saja aku hanya bisa cengo dengan keadaan ini.

"Ahahaha~ ini bukan curang Kyu. Mana bisa hal seperti ini disebut curang."

SREETT

"Eh!"

Aku terkejut ketika Yesung Hyung melepaskan pegangannya pada bahuku tiba-tiba sehingga membuatku hampir terjungkal ke belakang. Tapi ternyata reflex Kyuhyun cukup cepat karena dia segera menahan tubuh kecilku ini agar tidak jatuh.

Sedekat ini…aku bisa melihat manic coklat gelapnya yang begitu teduh dan menenagkan. Aku bahkan sama sekali tidak mampu menggerakkan tubuhku ketika mata itu menatapku.

"Yak Kim Jongwoon! Cepat kembalikan PSP Kyuhyun!"

Seruan keras itu sontak menyadarkan kami untuk segera saling melepas. Well, seharusnya Kyuhyun memang yang melepaskan tangannya dari kedua bahuku yang tidak selebar miliknya.

"A-ah. Mi-mianhae."ucapnya spontan.

"Eung… G-gwaenchanha."jawabku gugup.

Sungguh, aku benar-benar gugup sekarang. Aku bahkan bisa merasakan jantungku yang berdegup sangat kencang. Entah karena kaget atau apa, yang jelas sekarang jantungku berdegup sangat cepat diluar batas normal.

"Eh? Kau yang memelihara bunga itu ya?"Kyuhyun bertanya sambil menoolehkan kepalanya ke arah bunga maatahari itu kutanam.

"I-iya.."

"Wah, kau hebat. Kalau aku yang memelihara bunga itu, pasti bunga itu akan mati. Sama seperti bunga-bungaku yang pernah kutanam. Mereka semua mati."ucap namja itu sambil tersenyum lebar seolah menertawakan kegagalannya merawat bunga.

"T-tidak. I-itu, biasa saja."aku mundur beberapa langkah. Menjaga jarak dari matahari yang bersinar di depanku.

"Kau juga merawatnya setiap hari. Kau hebat, Ryeowook-ah."tambahnya. mengabaikan bantahanku.

"Ya Cho Kyuhyun! Ini PSP-mu."

"Ah! Terima kasih Sungmin Hyung."

Eh? Apa dia baru saja menyebut namaku dengan benar? Benarkah? Benarkah dia memanggilku Ryeowook?

"Yah yah Lee Sungmin, lepaskan aku babo."

"Apa?! Siapa yang kau bilang babo Hyung!"

"U-um~~ kau… Tahu namaku?"tanyaku. entah dia mendengarnya atau tidak, aku tidak yakin.

"Huh? Tahu kok… Kim Ryeowook." Ucapnya sambil tersenyum. Sedikit seringaian juga terlihat disana. Tapi itu semakin membuatnya terlihat tampan. Yesung Hyung menoleh padaku, tapi dia hanya menatap datar.

Jadi benar ya, dia tahu namaku? Senang sekali rasanya ketika ada satu orang di sekolah ini yang tahu namaku dengan benar.

Di rumah, aku segera membuka laptopku dan tentu saja segera menuliskan pemikiranku di twitter.

ryeong9 Wah! Ini pertama kalinya aku bicara dengan teman sekelasku yang selalu bersinar sejak Junior High School.^^ Sebenarnya ada dua orang yang terkenal tadi, tapi aku hanya bicara dengan teman sekelasku, yang entah kenapa selalu begitu sejak dulu. Kami selalu sekelas. Hhhhh~ coba aku bisa seperti mereka. Setidaknya, aku ingin bisa dikenal teman-teman sekolahku seperti mereka. Tidak perlu se-terkenal mereka. Pasti akan sangat menyenangkan.

Beberapa saat aku menunggu hingga gaemgyu memberikan komentarnya tentang tulisanku itu.

gaemgyu Berusahalah. Kesempatan besar aka nada di sampingmu. Dengan sedikit keberanian, maka akan mengubah duniamu. Fighting!^^

Ah~ orang ini. Selalu bisa membuatku merasa nyaman. Siapa dia sebenarnya? Seandainya dalam dunia nyata ini aku juga mengenal orang sepertinya, pasti tidak akan sesulit ini.

.

.

Lagi-lagi sekolah. Bukannya aku bosan atau apa. Hanya saja aku akan terus merutuki diriku yang sangat bodoh ini karena sama sekali tidak bisa mendapat sedikitpun perhatian dari teman sekelasku barang satu orangpun.

"Baiklah. Tidak ada protes. Setelah jam pelajaran berakhir, kalian harus segera membersihkan sekolah secara berkelompok. Tiap kelompok berisi tiga atau empat orang. Nanti kalian akan mendapatkan tempat yang harus kalian bersihkan dengan undian."ucap Hwang songsaengnim.

Membuat kelompok ya? Hhhh~ aku pasti tidak pernah kebagian kelompok setiap ada kegiatan atau tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok.

"Taeminnie, ayo satu kelompok denganku."

"Seo-ya, kita satu kelompok ne?"

Bagaimana ini? Mungkinkah ini salah satu kesempatan besar yang dimaksud gaemgyu? Benarah dengan sedikit keberanian aku bisa mengubah duniaku? Tapi bagaimana mungkin aku bisa bergabung dengan kelompok mereka sementara aku bukan teman mereka?

"Pak, sudah!"seru seseorang yang ku yakin adalah Key.

Apa? Sudah? Yang benar saja? Aisshhh~ ini pasti karena aku yang terlalu lama berpikir.

"Jadi, Jessica Jung, Yoona Im dan Seo Joohyun ya?"

Aku ingin mengubah dunia.

Aku ingin mengubah dunia.

Kalimat it uterus aku ucapkan dalam hati bagai mantra.

Berusahalah!

Ah, benar. Aku harus berusaha. Aku akan mengubah duniaku.

KREEKKK

"U-um~~"

.

.

"Huh, menyebalkan. Yang benar saja. Masa kita harus membersihkan gudang olahraga yang sangat menyebalkan ini sih?"rutukan Jessica terus terdengar sejak kami memasuki gudang olahraga yang sangat kotor ini.

SRUKK SRUUK SRUKK

"Yoona sih. Bukankah aku bilang yang aku yang akan memilih undiannya. Memaksa sih. Harusnya kita bisa dapat yang lebih mudah seperti Key."sesal Seohyun. Sementara Yoona hanya menggaruk kepalanya yang entah memang gatal atau bagaimana.

"Hehehe~~ maaf, maaf. Aku ingin sih."

SRRUK SRUKK SRUKK

Aku masih menggesekkan kain pel dengan lantai yang sudah di sapu. Ukh! Tempat ini benar-benar kotor.

"Lagipula, kenapa kita harus membersihkannya kalau ada pihak yang sudah bertugas untuk bersih-bersih. Apa mereka mau makan gaji buta."sungut Yoona kemudian.

"Eh? Bersih-bersihnya sekedarnya saja."ucap Yoona lagi.

"Hey Ryuwuk!"

"Eh?" aku mengangkat kepalaku terkejut.

"E-eh, tidak apa-apa kok. Lagi pula, aku sudah boleh bergabung dengan kelompok kalian. Jadi tidak apa-apa."jawabku panic setengah mati.

Dan namaku Ryeowook babo!

Lagipula aku juga ahli beres-beres.

"Aku juga ingin mengerjakan bagian kalian kalau boleh."lanjutku masih dengan kepanikan akut.

"Apa maksudmu kau menawarkan diri untuk mengambil bagian kami yang sama sekali belum kami bersihkan?"Tanya Jessica.

"Jarang ada tuh,"timpak Seohyun.

Ahahaha~~

"Eh?"kenapa mereka tertawa?

"Ryuwuk, kamu itu aneh ya?"

"Tadi kau bicara begitu dengan muka seperti akan menangis."

"Kau tipe orang spontan ya?"

Heh? Kupikir kenapa. Ahaha~~ apa benar ya?

"Baiklah. Kita juga kerja yuk."ajak Yoona.

"Kami mau mencuci kain pel ini dulu ya,"pamit Seohyun yang sudah bersiap dengan kain pel ditangannya juga dua temannya yang lain.

"I-iya…"

Dan mereka benar-benar keluar dari ruangan ini. Meninggalkan aku sendiri yang masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Apakah…aku baru saja berbicara? Iya! Aku baru saja berbicara.

gaemgyu…

Mungkin benar, duniaku akan benar-benar berubah.

U-um… Bagaimana ini? Ah! selesai bersih-bersih, aku aka mengajak mereka bicara. Kalau semuanya berjalan lacar… Bukankah itu berarti aku bisa memiliki teman di Senior High School untuk pertama kalinya?

Lalu… Mungkin aku juga akan bisa mengungkapkan rasa sukaku pada merekaa berdua.

BRRAAKKK

Eh?

Aku menoleh kea rah pintu geser gudang yang tiba-tiba saja tertutup.

"Loh, ada apa?"

"Kata Hwang songsaengnim kita sudah bisa menyudahi acara bersih-bersihnya."

"Yess!"

"Akh! Ryuwuk dimana? Apa dia masih di dalam?"

"Entahlah."

"Mungkin dia sudah keluar duluan tadi."

"E-eh? He-hey! Aku masih disini"aku mencoba berteriak sambil berjalan menghampiri pintu lalu membukanya.

Apa?

Kenapa tidak bisa dibuka?

"Mungkin Ryuwuk memang suka menyendiri ya?"

Tidak. Itu tidak benar.

"T-tidak! Itu tidak benar! He-hey! B-buka pintunya…"jeritku.

"Mungkin dia akan merasa terganggu kalau diperhatikan."

"I-itu tidak benar!"teriakku sambil menggedor pintu di hadapanku.

"Iya. Kau benar."

Hiks…

Kenapa…

Kalian sama sekali tidak menyadari keberadaanku?

Kalau diingat-ingat…

Aku…

Dulu aku pernah bermain hide and seek dengan anak-anak tetangga seusiaku. Aku ikut bersembunyi dan menunggu.

Menunggu.

Dan masih terus menunggu.

Berharap mereka bisa menemukanku.

Tapi, tetap saja aku tidak ditemukan. Bahkan sampai mereka pulang, mereka masih tidak menyadari ketidakberadaanku.

Saat itu…akhirnya aku pulang dengan air mata. Aku menangis. Sangat sedih rasanya.

"Dan ini…"

"Sama seperti waktu itu."

Hiksss…

"Anak yang tak diingat.

Tak akan dicari.

Dan lalu tak aka nada yang menemukanku."

Hikss…

Aku tahu itu. Aku sudah tahu sangat jelas.

Hikss…

Tapi…

"Huhuhu~~"

Ini sangat menyedihkan.

Kumohon…

Ada seseorang yang…

"Ada seseorang yang hikss..menyadari KEBERADAANKU…"

GREEEKKK

Eh?

Aku mendongakkan kepalaku yang baru saja kutenggelamkan diantara lutut dan dadaku.

"Ryeowook-ah, gwaenchanha?"

Aku menatapnya. Berharap ini nyata.

"Kyuhyun-ah…"desisku pelan sebelum akhirnya –entah ini aku sadar atau tidak- aku menubrukkan diriku padanya.

GREEPPP

"Hiks…"

"Kupikir… Kupikir pintunya tidak bisa dibuka hikss…"isakku dalam pelukannya.

"Kupikir… Kupikir tidak akan ada yang datang hikss…"

"Terima kasih…"

Hiksss…

"Terima kasih sudah hikss…"

"MENEMUKANKU…"

Aku masih terisak di pelukannya sampai beberapa saat sebelum kemudian aku tersadar akan apa yang baru saja kulakukan.

Apa yang kulakukan? Pekikku dalam hati.

Refleks, dengan cepat kulepaskan tautan tanganku padda punggung lebarnya. Berusaha menjauh.

"Mi-mianhae…"ucapku seraya bersiap menjauh.

SEETT

Eh?

Tanganku…

Dia menggenggam tanganku. Dan dia meletakkannya di dadanya yang bidang.

"Ryeowook-ah… Sudah lama… Aku memperhatikanmu, Ryeowook-ah."

Aku terkejut. Jelas. Hingga sekarang yang bisa kulakukan hanya manatapnya denga tatapan terkejutku.

"Ya, benar. Sudah lama, aku memperhatikanmu."

Dan ketika kalimat itu sampai pada indera pendengaranku, aku merasa… Duniaku berputar. Secara tiba-tiba. Dengan begitu bersemangat dan cepat. Seperti roda sepeda yang dikayuh dengan cepat dan semangat. Duniaku seolah berputar sepenuhnya.

.

.

.

Tebece

.

.

.

Wahahaha~~ jelek ya? Aneh? Ouch! Tentu saja lebih bagus yang aslinya kan? Jangan bilang ini plagiat. Ichi Cuma ngambil idenya dari sana. Sudah jelas bahkan di chap awal ini ceritanya banyak Ichi tambal dimana-mana. Ehehehe~~

Jangan protes sama panggilan Ryeo yang Ichi bikin berubah-ubah. Kepentingan cerita sih ya. Buat yang udah pernah baca tuh komik pasti tahu kalo memang nama cast utama sering dirubah sama support cast. Ichi juga sebenernya gag rela kalo nama Ryeo diubah-ubah begitu. Huweeee~~~

Jangan lupa review ne^^

Ichi gag maksa kok buat review. Cuma buat yang sempat, bersedia, dan berminat. Kalo gag yaudah. Boleh jadi siders #ngarep. Tapi jangan berharap cerita selanjutnya akan sesuai harapan kalian. Kkeke~~

Kagak nerima BASHING eoh. Hohoho~~~

Gomawo~~~ *deep bow*