Hi minna,,
O genki desu ka?
Kembali lagi dengan saya, si author yang baru belajar nulis, Riecky_gin.
Cerita kali ini tetap dengan pairing Ulquhime.
Karena aku paling suka dengan pairing ini.
Disclaimer : copyright Tite Kubo
R&R ya,,
Arigatou.. ^_^
Happy reading
KUAS CINTA
Chapter 1
By. Riecky_gin
"Kringgggg," suara jam waker menggema di sebuah kamar dengan dinding hijau emerald.
"Owhhh," suara seorang pria berusia sekitar 18 tahun yang masih terlihat begitu mengantuk terbangun seketika setelah mendengar deringan jam, namun langsung dimatikannya.
Kemudian pria berwajah stoic itu kembali berbaring di atas kasur empuk dengan selimut yang juga didominasi oleh warna emerald menutupi wajahnya.
Cahaya matahari kini mulai memasuki kamarnya melalui celah-celah tirai emerald, menyinari kamarnya yang penuh dengan barang-barang berwarna emerald. Namun pria berkulit pucat yang memiliki tinggi 169 cm itu masih saja berguling-guling di tempat tidur yang begitu mewah.
"Ahhh.. Jam berapa sih sekarang?" pria itu kembali berbicara setelah benar-benar terbangun dari tidurnya. Diambilnya jam waker yang tadi dicampakkannya. Dilihatnya jam itu.
"ALAMAKKK.. Sudah jam setengah sembilan," teriaknya sambil segera berlari ke sudut ruangan yang didominasi oleh porselen yang juga berwarna emerald. *Gila.. Kamarnya warna hijau semua*
Setelah beberapa menit menikmati segarnya air yang mengucur tubuhnya di ruangan berukuran 10x10 meter yang berisi perabotan yang semuanya terbuat dari porselen berwarna emerald, pria itu pun keluar dengan handuk melilit di pinggangnya. Segera dibukanya lemari yang dipenuhi oleh baju-baju bermerek internasional dengan harga yang sudah pasti wah. *mahal maksudnya*
Diambilnya kemeja berwarna sama dengan lensa matanya yang selalu membuat setiap wanita tidak bisa mengalihkan pandangannya kalau bertemu dengannya. Celana jeans hitam polos pun di pakainya membuat gayanya pasti akan semakin membuat setiap wanita terpesona. Tak lupa dipilihnya koleksi kacamata yang ada di samping lemari besar di dekat kaca besar tempat dia selalu mengagumi semua kelebihan yang melekat pada dirinya. Lengkaplah sudah penampilannya setelah diambilnya sepasang sepatu putih yang tersusun di sebuah lemari yang lumayan besar tempat dia menyimpan berbagai macam sepatu yang dikumpulkannya dari berbagai negara.*author pejam-pejam mata membayangkan gayanya*
Dia langsung menuruni tangga dengan tas kecil yang selalu dibawanya kemana-mana. Dan segera menuju ke garasi tempat dimana 2 mobil mewah dan 3 sepeda motor yang juga tidak kalah mewahnya selalu siap untuk digunakan kapan saja. Dimasukinya mobil putih yang mengkilat dan segera meninggalkan istana besarnya itu.
Las Noches Internarnational University, itulah tempat dimana pria berwajah stoic itu bekerja.*Belajar maksudnya*
Tempat dimana orang-orang pintar dan juga elit-elit bisa ditemukan. Dengan gedung yang berwarna putih dan bertingkat 5, dilengkapi dengan lift. Pada bagian tengah gedung terdapat taman yang telah didesign secantik mungkin untuk memberi kesan sejuk pada ruangan itu. Di halaman depan yang luasnya 3 kali lapangan bola tersusunan pepohonan rindang dengan sangat rapi. Kursi dan lampu taman bergaya klasik semakin memperindah pemandangan depan Las Noches International University. Yang lebih membuat tempat belajar itu memikat adalah air mancur berukuran sangat besar yang terdapat tepat di depan pintu masuk menuju Las Noches International University, yang pada bagian atasnya terdapat lambang univesitas tersebut.
Mobil putih mengkilat sudah melewati gerbang yang sangat besar menuju tempat parkir yang sudah pasti terjamin keamanannya. Pintunya terbuka dan seorang pria pun keluar. *kamera dari bawah*
Dia melangkah menuju ruang kelasnya yang berada di lantai tiga. Di universitas ini semuanya serba canggih, mahasiswa tidak perlu lagi capek-capek menaiki tangga untuk pergi ke lantai atas. Di sini telah disediakan lift yang di dalamnya dilengkapi dengan berbagai kenyamanan. Lift ini berukuran lebih besar dari lift pada umumnya. Di dalamnya terdapat sofa-sofa yang empuk dan juga terdapat barbagai pilihan bacaan, mulai dari majalah sampai buku-buku pelajaran.
Di lift yang sama, sedang duduk seorang gadis yang sedang membaca majalah fashion yang paling disenangi oleh mahasiswi di kampus itu. Dia adalah mahasiswi yang jika dilihat dari tingkat perekonomiannya, semua orang pasti tidak akan percaya dia bisa masuk ke universitas ternama seperti Las Noches International University. Untuk masuk ke universitas ini, dia mengandalkan kepintarannya. Ya, dia mendapatkan beasiswa penuh sehingga dia tidak perlu lagi memikirkan tantang masalah biaya kuliahnya.
Di Las Noches, gadis yang memiliki tinggi sekitar 158 cm ini hanya hidup seorang diri setelah sepeninggalan kakak satu-satunya yang dia miliki. Selain berprofesi sebagai seorang mahasiswa, gadis berambut orange yang selalu terurai indah itu bekerja di sebuah toko aksesoris untuk sedikit menambah biaya hidupnya di kota dengan biaya hidup yang memang cukup tinggi itu.
Akhirnya lift pun berhenti di lantai empat dimana pri keren itu harus mengikuti perkuliahan yang sebenarnya hanya tinggal beberpa menit lagi akan berakhir. Dia memutuskan untuk tiddak masuk kekelas dan segera pergi ke kantin untuk sarapan. Maklumlah karena banggun kesiangan dia jadi tidak sempat untuk sarapan di istananya yang mewah.
Dengan gayanya yang cool abis, pria itu melangkahkan kaki menuju kantin yang jaraknya lumayan jauh dengan kelasnya. Dengan headphone besar yang melingkar di atas kepalanya dan novel yang melekat di tangannya, pria itu jadi kurang memperhatikan jalannya. Dan tiba-tiba..
"Brakkk," dia menabrak seseorang yang berlawanan arah dengannya.
"Heh, kamu punyan mata tidak sih," bentak gadis yang di tabraknya.
Pria itu hanya diam. Sama sekali tidak ada niat untuk mengucapkan kata maaf.
"Heh,kamu budge ya?"
Pria masih terdiam tanpa ekspresi.
"HEY!" teriak gadis itu.
"Oh, iya. Sorry," jawab pria itu tanpa sedikitpun merasa bersalah.
"Grrrrr," gadis itu menahan amarahnya.
Pria itu pun berlalu tanpa menghiraukan apa yang sedang terjadi di sekitarnya.
"Ihh, siapa sih dia? Seenak-enaknya pergi gitu aja," kata gadis itu masih merasa jengkrl dengan pria tadi yang menabraknya.
Di Kantin
"Eh, Ulgu. Ngapain kamu di sini? Bukannya sekarang kamu ada mata kuliah?" Tanya seorang Grimmjow yang langsung duduk di sampingnya.
Ya, namanya adalah Ulquiorra Schiffer. Anak seorang pengusaha berliah terbesar di Las Noches. Sekarang dia sudah ada di semester 5 jurusan Seni Lukis. Dia memang paling ahli dalam hal gambar-menggambar. Sejak SD sampai SMA, dia selalu menjuarai lomba-lomba lukis yang diadakan di sana. Bahkan prestasinya sudah mencapai tingkat internasional.
"Biasalah. Tadi aku bangun kesiangan, jadi telat deh, padahal itu mata kuliah favoritku," jawabnya kesal.
"Jow, kamu kenal nggak sama gadia yang berambut orange di kelas Seni Musik yang punya jepit rambut heksagonal di rambuutnya tu?" sambungnya.
"Oh, namaya Orihime Inoue. Dia penerima beasiswa tetap yang tiap tahun diprogaramkan di universitas ini. Dari yang aku dengar sih dia orangnya pintar main piano. Emang ada apa dengan dia?," tanya Grimmjow.
"Nggak ada apa-apa kok. Tadi ada sedikit incident," jawabnya santai.
Merekaa pun melanjutkan obrolan mereka dengan topic yang laik lagi. Jika sudah tidak ada jam kuliah, di sinilah mereka menghabiskan waktu ngobrol sambil makanmakanan favorit mereka.
Sementara di kelas piano, Orihime sedang memankan alunan melodi yang begitu indah. Tidak bisa dipungkiri, permainan pianonya memang sangat menakjubkan. Tidak heran kalu dia bisa mendapatkan beasiswa penuh untuk menyelesaikan sekolah musiknya di universitas ini.
To Be Continued…
Akhirnya, selesai juga chapter 1 ini. Sudah lama sebenarnya pengen menyelesaikan chapter perdana ini. Tapi, yang namanya malas memang tidak bisa terkalahkan ya. Di tambah lagi dengan tugas kuliah yang menumpuk. Jadi baru sempat nulis sekarang.
Berhubung ada masalah tinggi Ulquiorra dan Orihime, kuputuskan untuk menggantinya ke yang sebenarnya. He he..
Oh ya, jangan lupa selesai baca ini, review ya. Aku sangat membutuhkan review kalian.
Buat yang baca fic aku, thank ya.
Review please… ^_^
