Waiting For You


All Characters is not Mine

Storyline is Mine


Pairing : Sai x Ino

Genre : Romance, Hurt/Comfort


Warning :

OOC, Typo(s), DLDR


Author Space :

Hai, Minna…

Miann ya,, soalnya Author lagi WB berat dengan ff yang masih menunggu untuk diupdate. So, hadirnya ff ini semoga menjadi sedikit obat buat kerinduan para readers. Cerita ini murni fiksi dan imajinasi Mika. Setelah baca jangan lupa review ya… :)


Ein-Mikara present


1. Prolog

"Kau ikut senang kan? Aku terpilih menjadi perwakilan dari Konoha untuk misi itu", seru Ino sambil mengepalkan kedua tangannya yang gemas. Parasnya yang memang sudah cantik kini terlihat berseri-seri.

"Siapa saja anggota Timmu?", tanya Sai datar menanggapi berita yang disampaikan Ino.

"Aku dan Shikamaru saja kok", jawab Ino bangga. Pipinya sedikit merona.

Sai memalingkan muka sejenak. "Hn", tanggapnya sambil lalu. "Kapan kau akan berangkat?".

"Besok pagi-pagi sekali", jawab Ino sambil mengangguk. "Kami akan menuju Sunagakure sebelum matahari terbit. Aku sudah tak sabar".

"Berapa lama?", tanya Sai sambil menatap mata Ino.

"Entahlah", jawab ino sambil mengedikkan bahunya. "Kurasa cukup lama. Mengingat ini penemuan baru Shikamaru yang akan diuji cobakan pada tanah Sunagakure. Doakan saja semuanya lancar. Tapi menurut Shikamaru, mungkin akan memakan waktu beberapa tahun".

"Kau akan pulang sekarang?", tanya Sai sambil memalingkan wajahnya.

"Sebenarnya aku butuh waktu untuk menyiapkan perbekalanku besok", sahut Ino sambil menunduk. "Apa kau keberatan jika aku pulang sekarang?".

Sai bergeming. Cahaya mentari sore menyinarinya dengan sinar jingga yang lembut. Wajahnya masih datar seperti biasa. Namun bias cahaya mentari tak bisa menutupi raut kecewa yang perlahan terpeta diwajahnya.

"Apa kau akan melupakanku?", tanya Sai masih menolak untuk menatap Ino.

Perlahan Ino memajukan langkahnya dan berhenti tepat dihadapan Sai.

"Apa kau memintaku untuk selalu mengingatmu?", tanya Ino sambil tersenyum.

"Tidak", jawab Sai singkat.

"Kau adalah teman yang baik. Mana mungkin aku akan melupakanmu?", jawab Ino masih menyunggingkan senyum.

"Kau masih menyukainya kan?", tebak Sai. Pipi Ino kembali merona kemudian menunduk. "Tidak apa-apa", ujar Sai lagi.

"Maafkan aku", sahut Ino. Tangannya meraih kedua tangan Sai dan menggenggmnya. "Sekali lagi kau adalah teman yang baik. Dan tidak ada yang lebih baik lagi daripada itu. Kau adalah pendengar yang baik, yang tak pernah memotong kata-kataku ketika aku sedang bercerita seperti yang sering Shikamaru dan Chouji lakukan. Kau juga tak pernah mengacuhkanku. Aku sangat berterimakasih untuk itu".

"Hn", jawab sai lebih dingin daripada biasanya.

"Apa kau akan bertahan dan menungguku?", tanya Ino memberikan harapan. "Siapa tau aku berubah pikiran dan merindukanmu?".

Sai hanya mengangguk. Kemudian kakinya meloncat meninggalkan bukit tempat mereka berdiri.


~Ein-Mikara~


Pagi masih belum menunjukkan sinarnya ketika seorang pria bersurai hitam meninggalkan apartemennya. Ia keluar melalui jendela kamarnya dan segera meloncat menuju bukit dimana ia biasa melukis dan mengawasi penduduk dari bahaya yang mengancam Konoha.

Ia menunggu dua sosok manusia berjalan melewati gerbang desa. Beberapa lama menunggu, maniknya menangkap sosok wanita berkuncir kuda sedang berjalan dibelakang seorang pria bersurai nanas. Ino dan Shikamaru terlihat berjalan pelan sambil membawa ransel dimasing-masing punggung mereka. Setelah berbincang sebentar dengan para penjaga, Shikamaru dan Ino langsung melesat pergi meninggalkan Konoha dan meninggalkan sosok yang sedari tadi memerhatikan mereka.

Sai masih memerhatikan kedua sosok tersebut menghilang dikegelapan. Meskipun sudah tidak Nampak namun laki-laki itu masih tetap bergeming dan mencoba berdamai dengan pikirannya. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menyukai adalah hal yang rumit.

Ia menyukai Ino. Gadis cantik keturunan klan Yamanaka yang periang dan percaya diri. Sikapnya yang ramah dan ceria membuat Sai penasaran. Berbeda dengan Sakura, Ino adalah sosok yang netral. Gadis itu mudah bergaul dengan siapa saja. Bahkan ia berani mencoba bertegur sapa dengan Sai yang kurang mendapatkan kepercayaan dari rekan-rekannya. Ino berbeda dari yang lain. Gadis itu ramah tanpa dibuat-buat. Dan cantik. Meskipun banyak yang menganggap ia suka bergosip, yah memang begitulah sifat gadis itu. Tapi apa boleh buat, hal itulah yang semakin membuat Sai menyukainya. Lebih dari itu, mengesampingkan sifat jahilnya, Ino juga seorang yang peduli. Ia bahkan juga peduli pada Sakura. Gadis yang menganggap Ino sebagai saingan.

Mentari sudah menampakkan cahayanya ketika Sai tersadar dengan lamunannya. Ia mendesah perlahan, hal yang baru-baru ini sering ia lakukan, kemudian berdiri dan beranjak pergi dari tempat itu.


~Ein-Mikara~


Satu tahun Kemudian. Era Hokage keenam baru saja dimulai. Konoha telah dipenuhi gadis-gadis pecinta naruto yang berisik.

Naruto sedang mengadakan pesta penyambutan untuk Shikamaru dikedai ramen. Ia mengundang Sai turut serta. Ketika Sai sudah hampir sampai di kedai itu sudah nampak Naruto berserta beberapa rekannya yang lain. Sebut saja Chouji, Lee, Kiba, Sakura, Tenten, Shino, gadis pemalu (Hinata), dan tentu saja Shikamaru. Tidak lupa pula beberapa gadis yang kini seringkali mengekori Naruto kemana-mana. Jika Naruto mau peka sedikit saja, ia pasti mampu melihat perhatian dari gadis pemalu disebelahnya. Yang menurut Sakura itu bukan rahasia umum jika Hinata sudah menyukainya sejak mereka masih dibangku akademi.

Masih bergeming dikejauhan, mata Sai memicing mencoba mengenali siapa saja rekan mereka yang berkumpul. Ia menyisir kembali dari bangku paling ujung. Tidak, pandangannya tidak mungkin salah. Ino tidak ada disana.

Sai mempercepat langkahnya. 15 bulan merupakan waktu yang lama untuk menunggu seseorang. Ia selalu menanti dan mengamati dari atas bukit. Berharap Ino segera datang. Berjalan dan masuk melalui gerbang Konoha. Tapi saat-saat itu tidak kunjung datang. Beberapa hari yang lalu Hokage keenam member missi kesebuah desa yang terletak agak jauh dari Konoha. Dan membuat ia menjadi orang terakhir yang mendengar berita kesuksesan Shikamaru.

"Hei, Sai", teriak Naruto dengan suara yang meling tinggi. Sai sudah berada didepan mereka saat ia bertanya.

"Apa Ino terlambat?", tanya Sai menatap datar pada Si Kuning.

"Oh", jawab Naruto sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Aku tidak mendengarnya pulang".

Sai tertegun. Kenapa Ino tidak pulang? Bukankah mereka bilang proyek Shikamaru sukses.

"Aku tidak tau apa yang ada dipikiranmu", sambung Shikamaru yang merasa ditatap oleh Sai. "Tapi Ino masih harus bertahan disana beberapa lama untuk menguji proyek bendungan yang kubuat. Selain itu ia juga harus mengurusi perkebunan baru yang ia ciptakan disana".

Perkebunan. Sai mengerti. Kecintaan gadis itu pada tanaman mungkin sudah mendarah daging. Sunagakure adalah tempat yang sangat kering dan tandus. Tentu saja beberapa lama disana akan membuat Ino merindukan tanaman-tanamannya. Mungkin ketika ia mencoba bercocok tanam yang kemungkinan besar berhasil mengingat pengetahuan gadis itu terhadap ilmu botanical, maka bukan tidak mungkin masyarat Suna memintanya untuk mengembangkan perkebunan.


~Ein-Mikara~


"Aku dengar Shikamaru akan kembali ke Sunagakure bersama Ibunya dan beberapa anggota klannya", ujar Naruto dipertemuan mereka hari berikutnya.

"Hn", tanggap Sai seperti biasa dengan muka datar.

"Aku juga melihat kedua orang tua Ino ada bersama mereka", timpal Sakura.

"Wah sepertinya sebentar lagi kita akan mendengar kabar yang baik, Sakura", seru Naruto.

"Benar, Naruto", timpal sakura. "Tak kusangka Shikamaru seromantis itu pada Ino. Sialan kau Ino. Bahagia sekali dia".

Mereka berdua sama sekali tidak menyadari perubahan Sai. Lelaki itu masih tetap memasang wajah datar meski hatinya terasa tercabik mendengar berita itu. Apa ini rasanya patah hati?

Perlahan Sai mengusap dadanya sambil menatap dikejauhan. Berharap apa yang dialaminya hanya mimpi.


.

TBC

.

Review = Next

Thank You