Unforgotten love
-Chapter 1-
Disclamair : Masahi Kishimoto
By : Karayukii
Pair: NaruSasu
Rat: T
WARNING: OOC, BL (YAOI)
.
.
.
Februari 2012, Konoha Daigaku
Mata kuliah kali ini selesai lebih cepat dari yang diharapkan Naruto. Ia mengepak barang-barangnya sementara mata birunya terus mengawasi gadis berambut panjang yang duduk dua bangku dari kursinya. Saat gadis itu beranjak, Naruto menarik tas slempangnya lalu mengejarnya dari belakang.
"Naruto!"
Seseorang memanggilnya, setengah malas ia berbalik dan menemukan Gaara tengah berdiri disisinya memberikan senyuman coolnya yang agak menyebalkan.
"Pesta, di rumahku malam ini." Undang Gaara.
Naruto menggeleng, "Hari ini aku ada janji." Tolaknya sembari kembali menoleh ke arah terakhir kali dia melihat gadisnya.
Di luar dugaan, gadis beramata violet itu sedang berdiri di depan pintu, tersenyum padanya sambil memeluk buku pedoman akademiknya. Naruto langsung nyengir padanya. Ia mengangkat kakinya untuk berjalan kepadanya.
"Kencan dengan Hinata, huh?" Gaara mengikuti Naruto dari belakang.
"Ini lebih daripada sebuah kencan, sobat." Balas Naruto ceria. Ia melihat Kiba dan Sakura berhenti didepan Hinata dan menyapa kekasihnya.
"Oh, apa kau akan melamarnya malam ini?" Tebakan Gaara, membuat Naruto berputar dan membekap mulut sahabatnya itu dengan panik.
"Jangan keras-keras! nanti dia bisa mendengarmu! Ini kejutan!" Hardik Naruto setengah melotot pada Gaara.
"mmhhowlly," Balas Gaara tidak jelas, mulutnya masih dibekap oleh Naruto.
Pemuda blonde itu akhirnya melepaskannya, "awas kalau kau bilang!" Ancamnya masih dengan melotot.
Gaara memberikan gerakan mengunci bibirnya. Naruto puas, lalu kembali berjalan menuju Hinata yang sedang mendengarkan Sakura dengan begitu kidmat.
"Jadi apa itu benar, Hinata?" Sakura masih berbicara saat Naruto sampai disisi kekasihnya, "Maksudku, aku sama sekali tidak sadar bahwa sepupumu gay!"
"Gay?" Celetuk Naruto di tengah pembicaraan. "Neji gay?"
"Ya, aku dengar gosip ia mencium salah satu mahasiswa dari jurusan musik." Jawab Sakura cepat, "Dia berciuman dengan Uchiha Sasuke!"
"Oh ya?" Balas Naruto dengan ekspresi tidak begitu tertarik. Ia lebih tertarik kepada gadis yang kini tengah berdiri disisinya, gadis yang sedang tersenyum polos padanya.
"Apa kau sudah makan, Hinata-chan?" Tanya Naruto seraya merangkul wanita itu.
Hinata mengangguk, "Naruto-kun bisakah kau mengantarku pulang?"
"Tentu saja, honey. Apapun untukmu." Balas Naruto dengan senyum menawannya yang langsung membuat Hinata memerah.
Hyuuga Hinata telah menjadi kekasih Naruto sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Gadis polos yang lembut dan rupawan, siapa yang tidak akan jatuh cinta pada gadis sesempurna itu. Perjalanan cinta mereka memang tidak berombak seperti dalam drama-drama, semuanya selalu mulus. Mungkin karena sikap Hinata yang bagaikan seorang putri dan sikap Naruto yang senang memanjakan sang putri.
Mereka bisa dibilang sangat cocok, pasangan yang cukup terkenal dan fenomenal. Keduanya tampan dan cantik, serta berasal dari kalangan atas. Dan malam ini Naruto memutuskan untuk membuat ikatan baru untuk menguatkan hubungan mereka. Ya, malam ini Naruto akan meminta Hinata untuk bertunangan dengannya. Setelah lulus Naruto akan menikahinya. Kemudian hidupnya akan menjadi sempurna.
Naruto mengantar Hinata pulang. Ia tersenyum ceria lalu mengecup bibir Hinata cepat. "Jangan lupa, jam tujuh di tempat biasa." Bisik Naruto.
Hinata mengangguk dengan malu-malu, lalu keluar dari mobil. Ia melambai pada Naruto yang kembali menginjak gasnya dan berlalu.
.
Cincin yang penuh dengan berlian itu berkilauan di dalam genggamannya. Naruto akan menyiapkannya untuk nanti malam. ia akan memasukkannya ke dalam ice cream kesukaan Hinata, menunggu gadis itu memakannya lalu menemukan cincinnya.
Rencana yang sangat masak. Ia tidak sabar melihat ekspresi Hinata. Apa gadis itu akan menerimanya? Atau menolaknya?
Jangan berpikir terlalu banyak Naruto! Batinnya menenangkan diri. ia selalu merasa takut ketika membayangkan Hinata menolaknya.
Naruto mengembalikan cincin itu kembali ke kotaknya, lalu menyembunyikannya di dalam laci kamarnya.
Ia menghempaskan dirinya ke ranjang. Melipat tangannya ke belakang kepala sembari memandang langit-langit kamarnya. "Semuanya akan berjalan sesuai rencana." Gumamnya pada diri sendiri.
Waktu berjalan begitu lambat, masih ada 3 jam lagi sebelum ia bersiap-siap ke tempat yang sudah dijanjikannya dengan Hinata. Perlahan tapi pasti Naruto jadi agak mengantuk, menunggu adalah hal yang sama sekali tidak bisa dilakukannya apalagi dalam keadaan berbaring dan tanpa kerjaan seperti ini. Yah sedikit tidur mungkin akan membuatnya terlihat lebih segar.
Oktober 2015
Naruto terbangun dengan kaget. Nafasnya terengah-engah dan tubuhnya seperti remuk. Ia memimpikan sesuatu yang sangat mengerikan. Dalam mimpinya, mobilnya ditabrak oleh sebuah mobil besar. Dia yang tidak mengenakan seat bellnya, terbanting ke samping dan terguling bersama dengan mobilnya. Entah bagaimana, ia bisa memimpikan kejadian semengerikan itu. tapi yang pasti semuanya terlihat sangat nyata dimatanya.
"Naruto?"
Naruto bisa mendengar seseorang menahan nafas saat memanggilnya. Ia memfokuskan pandangannya dan menemukan Ibunya tengah menatapnya dengan pandangan yang penuh dengan kelegaan.
"Naruto, kau tidak apa-apa?" Tanya Ibunya sembari berjalan ke sisinya, ia meraih tangan Naruto lalu menggengamnya erat.
Naruto menatapnya dengan bingung. Ada apa ini? Kenapa ibunya terlihat panik begini? Beberapa detik kemudian, ia merasakan sengatan kuat dikepalanya, seperti di pukul dengan keras, rasanya sakit sekali. Naruto memegangi kepalanya sambil mengernyit menahan sakit.
Kemudian ia tersadar kepalanya telah diperban.
"Naruto, ada apa? Ada yang sakit?" Suara ibunya terdengar panik. Ia memegang bahu Naruto dengan gemetar.
"Ibu, apa yang-" Kata-kata Naruto tertelan ditenggorokannya. Ia baru menyadari bahwa ruangan itu bukanlah kamarnya. Tempat itu seperti kamar rumah sakit, bau obat menyengat di indra penciumannya dan ada tiang infus di ranjangnya yang kecil.
Naruto semakin bingung. Kenapa dia bisa berada disini. Ia ingat dirinya sedang berbaring dikamarnya. Menunggu malam, dimana ia akan melamar Hinata.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka dan tiga orang pria masuk. Salah satu diantara mereka adalah Namikaze Minato, ayahnya. Yang satunya lagi adalah Gaara, sahabatnya. Ekspresi mereka sama dengan ibunya tampak khawatir.
"Naruto," Ayahnya memanggilnya lalu berjalan ke sisi ranjangnya. Ia tersenyum dengan penuh kelegaan, "syukurlah kau baik-baik saja."
"Ayah, apa yang terjadi?"
"Kau kecelakaan, tapi tenang saja, dokter bilang kau akan baik-baik saja." Jelas Minato menenangkan.
Tapi Naruto semakin bingung. Bagaimana mungkin dia kecelakaan, ia ingat ia sedang tertidur di kamarnya. Apa dia sedang bermimpi? Tapi itu tidak mungkin, sakit dikepalanya masih terasa menyakitkan. Semakin ia berpikir, ia semakin kehilangan arah.
Otaknya tidak mampu mencerna apa yang sedang terjadi. Tapi jika benar ia kecelakaan lalu begaimana dengan rencananya malam ini yang akan melamar Hinata? Naruto terkesiap. Benar, Hinata! Bagaimana dengan gadis itu. ia menatap sekelilingnya, tapi tidak menemukan wanita itu. Apakah dia tahu kalau Naruto kecelakaan?
"Dimana Hinata?" Tanya Naruto sembari memandang sekelilingnya.
"Hinata?" Ibunya menatap Naruto dengan kedua alis mengerut.
"Aku janjian akan bertemu dengannya malam ini. Aku bermaksud melamarnya." Jelasnya dengan panik.
Naruto melihat Ibunya bertukar pandang dengan ayahnya. Wajahnya memucat lagi dan tatapannya memancarkan ketakutan. Saat ia berbalik menatap Naruto lagi, ia berkata dengan begitu hati-hati. seakan-akan takut Naruto akan meledak jika ia mengatakan hal yang salah.
"Naruto, apa yang kau katakan? Kau sudah menikah nak."
Naruto mengerutkan alisnya. sepertinya telinganya tidak bekerja dengan baik. "Apa ibu bilang tadi?" tanyanya lagi.
Ibunya menarik nafas, lalu menatap Naruto dengan cemas, "kau sudah menikah."
Naruto terpaku. Dia sudah menikah? Apa maksudnya? Kapan dia menikah? Apa ibunya sudah gila?
"Apa sih yang ibu katakan? Mana mungkin aku sudah menikah." Katanya dengan tampang bodoh. ibunya pasti sedang bercandakan? Dia pasti ingin membuat lelucon. Tapi itu sama sekali tidak lucu. Dia bahkan belum memberikan cincinnya pada Hinata.
Kushina melirik Minato, kecemasan pada ekspresi wajahnya semakin menjadi-jadi. Jelas ibunya tidak terlihat sedang bercanda. Naruto menoleh ke ayahnya, meminta penjelasan. Dirinya berharap ayahnya tiba-tiba berteriak padanya dengan senyum sumringah sambil mengatakan 'april moop'. Tapi ayahnya menatap Naruto dengan serius. Tidak ada canda dalam tatapan itu, "Kau memang sudah menikah Naruto. kau sudah menikah dengan Sasuke."
"Sasuke…?" Naruto mengulang nama itu. Nama yang tidak asing, tapi ia tetap tidak tahu siapa tepatnya orang itu. "siapa Sasuke?" Tanyanya sambil menatap keluarganya dengan kebingunan. Apa mereka serius, apa dia benar-benar sudah menikah?
Tidak ada yang menjawab. keduanya menatap Naruto masih sama kagetnya, lalu dengan perlahan menolehkan kepalanya kepada seseorang yang berdiri di ujung ranjang. Seorang pemuda berambut raven yang tadi masuk bersama ayahnya dan Gaara. Pemuda raven yang sedari tadi diam saja dengan wajah yang pucat pasi.
"Dia Sasuke…" Gumam Ibunya.
Naruto menatap pemuda itu dengan wajah horror. Mereka saling pandang dan Naruto tidak bisa menyembunyikan keguncangannya.
"Ba-bagaimana mungkin aku menikah dengan laki-laki!" Teriak Naruto tidak percaya.
Ini semua pasti mimpi!
-TBC-
