"Anda tidak bisa seenaknya saja menggoyahkan keyakinan hati rakyat Indonesia, pak, Anda tidak memiliki hak untuk itu."
Ucapan barusan hanyalah didengar sebagai bualan yang tidak bermoral. Li Mei yang mereka anggap sebagai jembatan antara ormas menuju takhta kepemerintahan negara ternyata salah.
Li Mei dengan beribu jumlah kata menolak. Mentah-mentah. "Ada alasan lain, mengapa Anda menentang?"
Kedudukan Li Mei dalam kepemerintahan negara sangat tinggi. Dipercaya oleh seluruh pihak 'positif' untuk menaungi sebuah tugas besar.
"Ideologi komunis bertentangan dengan Pancasila," kata Li Mei, semilir angin menyelinap, membelai surai cokelat gelapnya.
"... dan Pancasila tidak boleh sembarangan saja diganti oleh dasar negara apapun, terutama bagi dasar negara yang memiliki pertentangan dengan poin-poin pada kelima sila Pancasila!"
Rasa hormat Li Mei hilang, toh, siapa pula yang peduli?
"Tidak. Saya tidak akan pernah membantu Anda-Anda semua untuk mencapai takhta kehormatan Pancasila, sebesar apapun imbalan yang akan Anda berikan kepada saya!"
DAR!
"BE-RES-KAN!"
.
Haru dalam pilu,
... malam dalam redam...
...
...
...
a/n: Karya keseratus, persembahan untuk satu tahunnya akun ini tanggal 17 September kemarin. Yey.
