Kenapa Bukan Aku?
Disclaimer: Naruto cuma punya Om Masashi.
Summary:
Uchiha bersaudara memiliki banyak kesamaan. Tapi bagaimana bila ternyata mereka mencintai wanita yang sama? AU.
...
Chapter 1
...
Sasuke Uchiha adalah seorang pemuda yang lihai menahan diri. Dia bukan tipe orang yang sabar, tapi wajahnya yang tanpa ekspresi bisa menutupi apapun yang berkecamuk di benaknya. Bahkan saat hatinya galau atau marah sekalipun, Sasuke tidak membiarkan perasaan-perasaan negatif itu muncul di wajah tampannya.
Pemuda berusia delapan belas tahun itu masih bisa menahan amarahnya saat melihat senyum yang tersungging di bibir Itachi, kakaknya, ketika melihat Hinata.
Sasuke bisa menahan rasa cemburunya ketika melihat binar cantik berkelebat di mata Hinata ketika Itachi menghampirinya.
Dengan wajah putih pucatnya yang tidak menunjukkan ekspresi apapun, Sasuke terlihat oke saja sewaktu Itachi dan Hinata berjalan bergandengan tangan menuju mobil Itachi. Yang tak terlihat oleh siapapun, di belakang punggungnya tangan Sasuke terkepal erat, beranggapan jika rasa sakit dari kuku yang menghunjam telapak tangannya akan membuat sakit hatinya berkurang.
Tapi ketika tanpa sengaja mendapati pemandangan Itachi melingkarkan lengannya di pinggang Hinata dan mencium mesra gadis itu, Sasuke tidak bisa bersabar lagi. Cepat-cepat dia mengalihkan matanya dari dua orang di beranda itu. Langkah panjangnya lekas membawanya ke kamar besarnya. Ketika sendirian itulah, Sasuke meluapkan marah, emosi dan rasa cemburunya. Kalau saja kaki ranjangnya bisa mengaduh, saat itu juga dia akan menjerit kesakitan setelah Sasuke menghantamnya keras.
Hanya di kamarnya, atau saat tak ada orang lain bersamanyalah Sasuke tidak menutupi ekspresi apapun yang dirasakannya. Sakit hati, kecewa, marah dan perasaan lain silih berganti menghiasi wajahnya.
Penyebabnya tak lain dan tak bukan bersumber dari dua nama: Itachi dan Hinata.
Para fangirl di kampusnya selalu bertanya-tanya, adakah wanita yang mampu merebut hati Sasuke? Nyaris seluruh mahasiswa tahu dia. Tampan, atletis, berotak encer dan kaya. Kombinasi maut yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Pemuda itu hampir sempurna di mata para fans maupun mereka yang iri padanya. Sudah banyak yang berlomba mendekatinya untuk mendapat tempat di hatinya, tapi semua usaha mereka sia-sia. Sasuke bahkan tidak menggubris perhatian dari gadis paling hot di kampus mereka, Sakura Haruno. Bukan rahasia lagi kalau dia memiliki perasaan khusus pada Sasuke. Berkali-kali ditolak, gadis cantik itu tetap gigih mengejar pujaan hatinya.
Sayangnya, hati Sasuke telah tertambat pada seorang gadis. Berbeda dengan para pemujanya yang cantik dan percaya diri, gadis yang dicintainya sejak masih SMU itu suka gugup, pemalu dan sering minder.
Barangkali kalau ada saja seorang pun teman atau fansnya yang tahu fakta ini, mereka akan membombardirnya dengan pertanyaan: Kenapa bisa suka Hinata? Apa yang menarik dari gadis itu? Apakah perasaan Sasuke terbalas?
Ironisnya, Hinata yang dicintainya tidak membalas perasaannya. Hmm, pria yang dicintai gadis berambut biru indigo itu memang berambut hitam, bermata gelap, tampan, tinggi dan menyandang nama Uchiha. Mirisnya, itu bukan dirinya. Yang dilihat Hinata hanya Itachi.
Jika menilik The Law Of Attraction yang mengatakan hanya kutub berbeda yang mampu menarik kutub lain, Sasuke lebih percaya sebaliknya. Orang berasumsi hanya gadis periang dan ceria yang bakal bisa merebut hatinya. Nyatanya, Hinata –yang memiliki kriteria sebaliknya- yang mampu membuatnya mengenal rasa cinta. Gadis yang kalem,lembut dan tenang.
Adik Itachi itu mengenal Hinata ketika mereka SMP. Beberapa kali mereka, Sakura dan Naruto berada dalam satu kelompok belajar. Jika dalam hati Sasuke terganggu dengan ulah Naruto yang berisik dan Sakura yang selalu menempel padanya, Sasuke merasa sedikit lega karena paling tidak, teman ceweknya yang satu lagi tidak berwajah seperti tomat saat dekat dengannya. Yah, tentu saja karena ketika itu Hinata naksir berat pada teman pirangnya.
Itachi mengenal Hinata ketika kelompok belajar adiknya kerap mengerjakan tugas di rumahnya. Seringnya ketika empat remaja tanggung itu selesai, Itachi akan mentraktir mereka es krim di toko es terdekat. Sejak saat itulah Itachi dan Hinata akrab.
Sasuke mulai merasakan perasaan yang lain pada Hinata di bulan pertama gadis itu jadian dengan Itachi.
...
"Hinata, pulang bareng, yuk," ajak Sasuke begitu keluar dari kelas perkuliahan mereka.
Langkah Hinata terhenti. Gadis itu menoleh pada adik kekasihnya. "Eh, Itachi-san sudah berjanji akan menjemputku," ujar Hinata pelan.
Sasuke tersenyum. Wajahnya semakin terlihat menawan. Tanpa Hinata tahu, hanya padanya Sasuke memperlihatkan wajah seperti ini. Di kejauhan beberapa gadis berseru takjub dan tak percaya mendapati pemandangan langka itu. Namun seperti yang sudah diduga Sasuke, Hinata bahkan memandangnya tanpa rasa grogi.
"Lho, barusan saja Itachi mengirim pesan ada kerjaan yang harus diselesaikannya di kantor. Karena itulah dia memintaku mengantarmu," ujar Sasuke memberi informasi.
"Benarkah?" tanya Hinata ragu.
"Tengok saja ponselmu."
Segera saja Hinata merogoh tasnya, mencari alat komunikasi kecil itu.
Diam-diam Sasuke mengagumi profil Hinata. Gadis itu sedang menunduk mengaduk-aduk kantong tas depannya. Helaian rambutnya yang panjang menuruni bahunya. Sasuke ingin sekali membenamkan jemari panjangnya di antara rambut itu. Dia bertanya-tanya, apakah helaian rambut itu sehalus sutra seperti yang selama ini tampak olehnya. Tangannya nyaris terulur untuk membelai kepala Hinata. Untungnya Sasuke sanggup menahan diri. Tangannya kembali memainkan kunci mobilnya, cara cerdiknya supaya hasratnya tidak sampai jadi nyata. Bagaimanapun, pikirnya sedih, hanya Itachi yang punya hak untuk menggenggam tangan mungil Hinata. Hanya kakaknya yang boleh mengusap kepala gadis itu. Itachilah yang boleh mengusap pipi dan mencium Hinata.
Itachi!
Sasuke tidak ingin bayangan kakaknya merasuki kepalanya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Hinata. Dia berusaha mematri raut dan gerak-gerik gadis di hadapannya di otaknya. Sebersit rasa bersalah menyusup hatinya. Salahkah bila dia mencintai kekasih kakaknya?
"Ah iya, kau benar Sasuke," suara Hinata menyentak Sasuke. Gadis itu mengamati pesan di ponselnya sekali lagi.
"Kalau begitu, ayo segera ke mobil," kata Sasuke. Normalnya pemuda manapun bakal bersorak riang saat berhasil mengajak gadis yang disukainya, tapi Sasuke bukan pemuda kebanyakan. Dia adalah seorang Uchiha yang cerdas dan pintar mengatur ekspresinya. Hanya senyum kecil di bibirnya yang mewakili hatinya.
"Uhm...Sasuke, aku tidak ingin merepotkan. Aku bisa minta Neji mengantarku atau naik taksi," sahut Hinata.
Sasuke menatap tajam gadis di sampingnya. Terlihat jelas keraguan dan perasaan tak enak berkelebatan di wajah putih Hinata.
Helaan napas keluar dari hidung Sasuke tanpa sempat ditahannya. Gadis manapun, tanpa ragu, bisa pingsan saking bahagianya jika Sasuke mengantar mereka pulang. Terlebih bila pemuda jangkung itu sampai menawarkan diri. Tapi sekali lagi, Hinata adalah contoh kasus yang tak biasa. Gadis itu malah sungkan, bukannya senang atau sumringah. Tentu saja, bisik Sasuke getir. Di mata Hinata hanya ada Itachi.
Wajah keras Sasuke rupanya menimbulkan salah paham pada Hinata karena gadis itu kemudian minta maaf. "Maaf, bukannya aku tidak suka..."
"Hinata," potong Sasuke cepat. "Kau tidak merepotkanku. Aku senang mengantarmu pulang. Jadi, berhentilah merasa tak enak," pinta Sasuke.
"Uhm, iya deh," pungkas gadis Hyuuga itu, mengenali nada tegas Sasuke yang tak bisa dibantah.
"Kau lapar? Kita bisa makan dulu," ucap Sasuke.
"Aku belum lapar," balas Hinata.
"Kalau begitu, temani aku minum kopi ya," sambar Sasuke cepat. Dia tak mau menelaah kemungkinan bahwa mengajak pacar sang kakak bisa dikategorikan licik, jahat, atau ungkapan lain. Berbeda dengan fantasi yang dibangun para pengagumnya, Sasuke bukanlah seseorang yang sempurna. Dia manusia biasa yang punya keinginan dan hasrat.
"Aku baru tahu kau suka kopi," kata Hinata seraya tertawa kecil. Sesaat Sasuke berhenti, terpana mengamati profil cantik Hinata dengan tawanya. Mungkin bagi orang lain Hinata tidak cantik luar biasa. Sakura dan Ino masih jauh lebih menawan dibanding gadis pemalu itu. Tapi bagi Sasuke, saat itu Hinatalah yang jauh lebih menarik. Itu yang terpenting, Sasuke tidak peduli dengan anggapan orang lain. "Kukira jus tomat adalah minuman favoritmu," lanjut Hinata, tidak sadar dengan keadaan pria yang sudah dianggapnya sahabat yang menjejeri langkahnya.
"Yah, kalau begitu nanti aku pesan jus tomat saja," tutur Sasuke. Dia gembira karena Hinata tahu minuman yang disukainya.
Senyum Hinata menyambutnya ketika Sasuke meliriknya. Menyerah pada keinginannya, Sasuke mengulurkan tangan dan meraih bahu Hinata. Pemuda itu hanya berharap Hinata tidak mendengar degup jantung yang bertalu-talu di dadanya. Dia mengacuhkan tatapan heran Hinata ketika tangannya dengan kokoh bersarang di bahu kecilnya, tidak rela untuk melepasnya.
Maafkan aku, Itachi, bisiknya pahit. Biarkan aku merasa memiliki Hinata. Setidaknya untuk sore ini.
...
TBC
A/N: Saya berterima kasih pada teman-teman yang telah membaca dan memberi feedback pada cerita saya sebelumnya. Akhirnya saya membuat SasuHina. Yah, onesided sih. Cerita ini saya persembahkan untuk kalian dan teman-teman yang bersedia membaca cerita ini. (^_^)
