Standard Disclaimer Applied
Warning! AU, OOC, Typo, Miss-Typo, Tidak terpaku pada EYD, Absurd dll
.
.
.
Sebuah Fanfiction Pelepas Lelah Karena Hidup di Jakarta Sungguh Butuh Perjuangan, Meeeenn! *Author lagi stress*
.
.
.
Enjoy Together!
.
.
.
Sepasang sepatu sneaker berwarna biru-putih itu berlari menerobos rimbunan manusia yang menyemut di halaman Pusat Studi Jepang dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI). Kepala merah mudanya menyembul di antara puluhan manusia yang berada di sekitarnya. Terlihat netra emerald-nya bergerak gelisah mencari sesuatu.
Badannya yang mungil terombang-ambing di lautan manusia. Kakinya sulit bergerak karena arus manusia yang sibuk dalam hiruk-pikuk berlawanan arah. Gadis itu merasa berada di tengah-tengah lautan tante-tante ketika berada di sebuah mall yang memberikan diskon sampai sembilan puluh persen saat menyambut lebaran idul fitri. Salahkan ibunya yang matanya berkilat tajam begitu melihat banner diskon besar-besaran di depan mall sehingga terpaksa Sakura menjadi korban Sang Ibu yang tak pernah melewatkan diskon.
Saat itu Sakura yang sedang berpuasa tentu merasa lemas akibat desak-desakan bersama tante-tante penggila diskon. Sungguh, ia merasa tante-tante dan juga ibunya itu berubah menjadi makhluk barbar ketika melihat tulisan diskon di sebuah toko. Sakura bahkan ditarik paksa ibunya masuk ke dalam sebuah toko pakaian dan menyuruh gadis bersurai merah muda itu untuk berebut mengambil kemeja yang berada di dalam rak baju.
Sakura yang merasa nasib puasanya berada di ujung tanduk memelas pada ibunda tercinta agar ia bisa keluar dari kebarbaran tante-tante penggila diskon.
"Mama, Sakura tunggu di luar saja, ya? Sakura nggak kuat. Nanti puasa Sakura bisa batal."
Dengan mata yang mendelik menatap putri semata wayangnya, Mebuki tentu saja menjawab, "Kamu nggak boleh nyerah gitu, Sakura! Ini demi lebaran nanti! Mama janji bakal beliin kamu baju baru lima stel kalau kamu bantuin mama ngambilin baju yang diskonnya gede-gedean!"
Dan Sakura hanya bisa menghela napas pasrah mendengar jawaban Mebuki yang berkobar-kobar seperti seorang komandan di medan perang. Apalagi ibunya itu sampai berjanji mau membelikan baju lima stel untuk Sakura, biasanya Sakura hanya mendapatkan dua stel baju baru setiap lebaran. Sungguh dahsyat efek kekuatan diskon bagi Haruno Mebuki.
Sakura saat itu berdoa semoga puasanya tidak akan batal. Lalu, tahun-tahun selanjutnya Sakura tidak pernah mau diajak belanja sama Mebuki ketika hari sudah mendekati lebaran idul fitri. Kapok, men!
"Sial! Aku tersesat!"
Gadis berusia dua puluh tahun itu mendecih kesal. Dengan susah payah ia menepi di trotoar jalan. Halaman Pusat Studi Jepang FIB UI terlihat lebih—atau sangat ramai dibanding hari-hari biasanya. Tentu saja demikian karena hari ini adalah hari terakhir Gelar Jepang UI, sebuah festival kebudayaan Jepang yang rutin diadakan setiap tahun.
Haruno Sakura mengembuskan napasnya dan menyenderkan punggung di dinding. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, berharap dapat menemukan teman-teman yang terpisah dengannya ketika mereka sedang asik melihat stand-stand aksesoris.
Tidak jarang ia menemukan para cosplayer yang berlalu-lalang di depannya. Ia menghela napas kembali. Sakura hanya mampu menggigit bibir dan menahan hasrat terpendamnya ketika melihat seorang gadis kecil imut yang memakai kostum Sakura Kinomoto dari anime Cardcaptor Sakura lewat di depannya.
Sungguh, Sakura ingin sekali mengabadikan gadis cilik itu dalam kamera DSLR miliknya dan berfoto bersama. Tapi, sayang kamera kesayangannya itu sedang mengalung di leher sahabatnya, Uzumaki Naruto yang hilang entah ke mana bersama kekasihnya sekaligus sahabat Sakura, Hyuuga Hinata.
Gadis yang memiliki hobi mengoleksi foto copslayer itu hanya mampu mendesah kecewa karena tak ada satupun benda elektronik yang mendukung hobinya saat ini. Salahkan ponselnya yang mati di saat yang tidak tepat dan ia lupa membawa power bank.
Gelar Jepang UI adalah surga bagi Sakura. Karena di-event ini begitu banyak cosplayer yang berpartisipasi. Dan Sakura seperti tahun-tahun sebelumnya pasti akan melaksanakan hobinya dengan riang gembira. Tapi, kali ini terpaksa bibirnya harus manyun karena tidak atau lebih tepatnya belum dapat memenuhi hasratnya mengoleksi foto cosplayer.
"Aku harus mencari Naruto dan Hinata!"
Tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Sakura pergi mencari Naruto dan Hinata yang entah berada di mana. Gadis itu terus mencari dari stand makanan—karena ia pikir Naruto pasti ke sana mengingat pria itu suka sekali dengan ramen, ia juga mendatangi stand aksesoris, panggung hingga sampailah ia di sebuah halaman berumput yang terdapat beberapa cosplayer sedang melakukan photo shoot.
Sakura tersenyum masam melihat karakter dari anime Inuyasha sedang bergaya sambil difoto. Ah... seandainya kamera kesayangannya ada di tangannya saat ini... Dahinya berkedut mengingat kecerobohannya meminjamkan kamera kesayangannya pada Naruto.
"Awas saja kamu, Naruto! Kalau ketemu akan kujitak kepalanya!" Sakura menggeram dan berbalik.
Dengan kesal ia berjalan sambil menghentakkan kaki. Gadis itu terus saja berjalan sambil berkomat-kamit menyumpah-serapah Naruto dengan kepala menunduk. Ia tidak menyadari seseorang juga sedang berjalan ke arahnya. Pria dengan kostum Kirito dari anime Sword Art Online itu terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.
Keduanya terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke depan hingga insiden tabrakan pun tak dapat dihindari. Sakura mengaduh ketika pantatnya menyentuh rumput dengan kasar.
"Kalau jal—"
Sakura baru akan mengomeli orang yang bertabrakan dengannya jika saja penampilan pria di hadapannya ini tidak membuat mulut gadis itu terbuka dengan tidak elit. Tatapan klorofil memandang penuh kekaguman pada sosok yang menjulang tinggi di hadapannya. Lelaki yang memiliki netra sekelam malam dan rambut mencuat ke atas di bagian belakangnya itu telah berhasil menghipnotis Sakura.
"Kamu mau bilang apa?" suara berat pria yang memiliki netra hitam itu menyadarkan Sakura dari kekagumannya.
"I-itu... A-anu... Itu...," Sakura menggaruk pipinya yang tidak gatal sambil matanya bergerak gelisah karena gugup. Astaga Kiritonya keren banget sumpah! Kyaaaa! Batin Sakura mulai ber-fangirling.
"Minggir! Kamu menghalangi jalanku, pink!"
CTAK!
Perempat siku mulai muncul di jidat lebar Sakura. Gadis itu menatap pria yang sedang menatapnya dengan datar. Bukannya membantu Sakura berdiri, lelaki ini justru berkata tidak sopan yang membuat emosi Sakura meletup-letup. Imej keren buyar seketika dari pikiran Sakura.
"Hei! Bukannya membantuku berdiri dan minta maaf karena menabrakku, kamu malah menyuruhku minggir?"
"Karena kamu menghalangi jalanku, jidat lebar."
CTAK! CTAK!
"Sekarang kamu menghina jidatku lebar?" Sakura berdiri dan menatap onyx di hadapannya dengan sengit.
"Aku rasa pesawat Garuda bisa take off di jidatmu itu, pink,"
CTAK! CTAK! CTAK!
Sakura sudah tidak dapat menahan emosinya lagi. Wajahnya sudah merah karena kesal. Hidungnya kembang kempis dan jika bisa pasti sudah keluar asap dari sana. Giginya bergemelutuk seperti mengunyah permen lolipop. Level emosinya sudah pada tingkat waspada. Secara tak kasat mata sudah muncul tulisan di jidat gadis itu "Awas Sakura Galak!".
SRET!
Sakura menarik kerah kostum Kirito di depannya hingga si empunya terpaksa menunduk dan wajahnya sejajar dengan wajah Sakura. Dapat ia rasakan napas Sakura yang keluar dengan tidak teratur karena kesal. Bukannya takut, pria itu masih menatap Sakura dengan datar seolah menantang.
"Dengar, Kirito gadungan yang sama sekali nggak cocok jadi Kirito! Kamu merusak imej karakter anime favoritku ini dengan tingkah lakumu yang nggak sopan dan tampangmu yang tengil!"
"Terus, masalah?"
Emosi Sakura sudah sampai di ubun-ubun ketika pria tampan, tapi tengil di hadapannya ini mengatakan dua kata itu dengan gayanya yang super duper menyebalkan. Lihat saja itu bibir tipisnya yang menyeringai dan tatapan matanya yang seolah meremehkan Sakura.
"KAMU!"
Sakura makin mencengkram kerah kemeja pria di hadapannya hingga wajah mereka semakin dekat, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Pria di hadapannya sama sekali bergeming, tidak berniat melepaskan diri atau melawan Sakura.
"Sasuke!"
Seruan seseorang dengan suara cempreng yang Sakura sangat kenali membuat gadis itu melepas cengkraman tangannya di kerah Kirito gadungan tersebut. Ia segera berbalik dan melihat Naruto serta Hinata berlari ke arahnya.
"Loh, Sakura-chan kenal sama Sasuke?"
BLETAK!
"Aduh sakit, Sakura-chan!" Naruto mengelus kepalanya yang dijitak kekuatan penuh oleh Sakura. Hinata yang berada di samping Naruto memandang ngeri Sakura yang emosi.
"Kamu ke mana saja, bodoh!" Sakura memberikan jitakan sekali lagi di kepala Naruto walau tidak sekeras yang sebelumnya tentu saja diiringi dengan rintihan Naruto, "aku mencari kameraku ke mana-mana!"
"Jadi, kamu lebih khawatir pada kameramu dibandingkan aku, sahabatmu dari SD?" Naruto menatap Sakura dengan disendu-sendukan.
"Geez! Aku nggak butuh kamu! Sahabat macam apa yang meninggalkan sahabatnya di tengah kerumunan, hah?"
"Ma-maafkan kami, Sakura-chan," Hinata menunduk menyesal.
Sakura menghela napas memandang Hinata yang merasa bersalah, "Aku nggak menyalahkanmu, Hinata," ujarnya lembut, "tapi, baka Naruto ini yang sudah membuatku susah!" Sakura menendang kaki Naruto.
"Aduh! Aduh!" Naruto meloncat-loncat merasakan nyeri di tulang kering kakinya.
"Na-Naruto-kun," Hinata bergerak gelisah melihat kekasihnya kesakitan.
"Gadis monster,"
CTAK!
Kekesalan Sakura tidak kunjung mereda. Sekarang ditambah oleh satu orang lagi. Gadis itu lupa jika ada laki-laki menyebalkan yang masih berdiri di belakangnya. Salahkan Naruto yang membuat emosinya meluap begitu saja hanya dengan mendengar suara cemprengnya itu.
"Apa katamu?" Sakura mendelik menghadap Sasuke yang memasukkan tangan ke dalam kedua saku celananya.
"Gadis monster berkepala pink dengan jidat lebar."
"Kamu mau mati?" Sakura melipat kemeja panjang kotak-kotaknya sampai siku, bersiap menghajar Sasuke.
"Aku nggak akan mati di tangan gadis monster sepertimu,"
"KAMU!"
Sakura hendak melayangkan tinjunya ke wajah tampan Sasuke jika saja Hinata dan Naruto tidak sigap menahan gadis itu. Sontak Sakura meronta-ronta minta dibebaskan.
"Lepaskan aku!"
"Nggak heran ada gadis sebarbar dirimu. Kamu berteman dengan Naruto sih," Sasuke berucap tenang melihat Sakura yang meronta-ronta ingin menghajar Sasuke. Diam-diam dalam hati pria itu menikmati semua ini.
Cewek ini lucu juga, batin Sasuke cengengesan.
"Oy, Sasuke! Kenapa mengaitkannya denganku?" Naruto berteriak tidak terima.
"Karena kalian sama-sama berisik," sahut Sasuke datar.
"Naruto, lepaskan aku! Biar aku robek mulutnya yang menyebalkan itu!"
Sakura masih meronta, tapi Naruto dan Hinata tetap berusaha menahannya karena mereka tahu kekuatan Sakura itu tidak main-main. Jika sampai gadis Haruno itu melukai secuil saja keturunan Uchiha, hidup gadis itu pasti langsung jungkir balik.
"Tsk, tsk, tsk," Sasuke menggelengkan kepala dramatis memandang Sakura yang keras kepala. Cewek yang menarik. Batinnya berbisik.
"Sasukeeeeee!"
Seruan lantang seseorang membuat Sasuke menghela napas berat. Muncul deh orang yang membuatnya sengsara hingga terpaksa berada di sebuah event yang tidak begitu ia sukai dan ia dipaksa memakai kostum konyol. Ia berusaha kabur, tetapi kakaknya itu selalu saja bisa menemukannya.
"Akhirnya aku menemukanmu!" Itachi merangkul bahu Sasuke membuat bungsu Uchiha itu risih dan melepas dengan kasar rangkulan kakaknya.
"Aku mau pulang, Itachi!"
"Ya sudah, pulang saja! Tapi, kamu mau pulang naik apa? Mobil aku yang bawa, dompet dan pakaianmu ada di tangan Deidara. Kalau kamu mau pulang jalan kaki sambil memakai kostum keren ini sih nggak apa-apa," Itachi kembali merangkul Sasuke dengan cengiran kemenangan.
Sasuke mengusap wajahnya frustrasi. Ia benar-benar sial menjadi boneka mainan Itachi dan sahabatnya, Deidara. Kedua pria itu memang sangat hobi sekali dengan yang namanya cosplay dan Sasuke terkena imbasnya.
Tak seharusnya Sasuke mempercayai Itachi dan Deidara yang mendadak bilang ingin melanjutkan S2 mereka di kampusnya, Universitas Indonesia. Padahal Deidara saja belum tamat-tamat dari kuliahnya dan Itachi akan tinggal beberapa tahun di Amerika untuk memegang salah satu perusahaan ayahnya di sana. Logikanya jika Itachi ingin melanjutkan S2 pasti ia akan melanjutkannya di Negara Paman Sam tersebut. Otak jenius Sasuke mendadak tumpul oleh kedustaan kedua pria jomblo ngenes itu.
"Nah, sekarang kita tinggal mencari pasanganmu untuk jadi Asuna, hm," Deidara menggerak-gerakkan pakaian kostum Asuna di depan wajah Sasuke membuat pria berusia dua puluh tahun itu menggeram tertahan.
Sakura yang sibuk memberontak berangsur-angsur menjadi tenang ketika kedua orang yang berbeda warna rambut itu berhasil membuat Sasuke terlihat frustrasi. Diam-diam ia menyeringai melihat Sasuke yang tidak mampu berkutik.
"Kak Itachi, Kak Deidara," sapaan Naruto membuat Itachi dan Deidara segera menoleh ke arahnya. Seketika mata Itachi dan Deidara berbinar terang.
"Itachi, kita menemukan orang yang tepat, hm!" Deidara masih memandang ke arah Naruto tanpa berkedip sedikit pun.
Itachi mengangguk antusias, "Benar! Dia yang paling cocok jadi Asuna!" seru Itachi semangat.
"Oy! Apa maksud kalian?" Naruto mulai berkeringat dingin merasakan tatapan terlalu berbinar dari kedua pria itu.
Naruto menahan napas ketika Itachi dan Deidara berjalan dengan semangat ke arahnya. Ia bisa merasakan wajahnya memucat melihat tatapan terpesona kedua pria itu yang seolah menemukan harta karun berharga di laut Jawa.
"Eh?"
Namun, Naruto merasa seperti orang bodoh ketika Itachi dan Deidara tidak berdiri di hadapannya melainkan berada di hadapan Sakura. Gadis bersurai merah muda itu sendiri hanya dapat menatap bingung ketika kedua pria aneh yang tidak dikenalnya menyentuh wajah dan mengusap rambutnya dengan pandangan terpesona.
"Kawaii!" Itachi menjerit seperti fanboy sambil menyentuh bahu Sakura dan memandang gadis itu begitu dekat, membuat Sakura risih setengah mati.
"Itachi, dia sempurna! Dia harus jadi Asuna, hm!" seru Deidara yang mencocokkan kostum Asuna di depan tubuh Sakura, "ukurannya pasti pas, hm!"
"Ah! Aku setuju!" Itachi menepuk tangannya sekali, "gadis manis, siapa namamu?"
"Ha-Haruno Sakura," sahut Sakura canggung.
"Nggak usah takut begitu. Kami orang baik. Kami teman Naruto dan Sasuke, hm!" Deidara yang merasakan kecanggungan Sakura menatap gadis itu meyakinkan. Sakura hanya mampu membalas dengan mengangguk kikuk.
"Nah! Sakura-chan, kamu mau kan jadi Asuna?" Sakura baru mau membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Itachi, tapi lelaki berusia dua puluh empat tahun itu keburu menyelanya, "ah! Kamu pasti mau! Ayo, Deidara kita bawa Sakura-chan ke ruang ganti!"
"Ayo, hm!"
"Ta-tapi," Sakura hendak menolak tetapi kedua tangannya sudah diapit oleh Itachi dan Deidara. Mereka membawa Sakura pergi ke sebuah gedung yang berada di sebelah kiri.
"Sakura-chan pasti sempurna jadi Asuna,"
"Kamu pasti cocok banget jadi pasangannya Sasuke, hm,"
"Ta-tapi, se-sebentar," Sakura menoleh ke belakang. Kakinya berusaha bertahan untuk tidak melangkah, tetapi Itachi dan Deidara terus menyeretnya, "Hi-Hinata, Na-Naruto, bantu aku!"
Hinata dan Naruto tidak mampu berbuat apa-apa. Sepasang kekasih itu hanya menatap bingung Sakura yang dibawa kabur oleh Itachi dan Deidara. Sedangkan Sasuke kembali menghela napas sambil mengusap wajahnya frustrasi. Hari ini hidupnya akan berantakan karena Itachi, Deidara dan gadis pink yang bernama Haruno Sakura.
.
.
.
Tsuzuku
.
.
.
Pojok curhat penulis:
Halo! Sebelumnya maaf nih karena janji saya ingin membuat side story atau sequel Beautiful Man, tapi malah fiksi nggak jelas ini duluan yang dipublish. Belum ada ide buat bikin side story atau sequel BM. Maaf ya yang nungguin *ojigi*
Oh ya, setting fiksi ini berlatar di Gelar Jepang UI. Saya sering banget ke sana. Pokoknya ini event wajib yang sangat saya nanti tiap tahunnya. Ada yang pernah ke sana?
Jika ada yang bertanya-tanya, "Kok Naruto, Deidara, Itachi sama Hinata manggil Sakura itu Sakura-chan?" atau Hinata yang manggil Naruto itu Naruto-kun, jawabannya karena udah nggak asing lagi bagi yang suka dengan jejepangan gitu manggil temen deketnya pake embel-embel chan atau kun walaupun orang Indonesia. Soalnya saya juga begitu di kehidupan nyata tapi khusus sama temen-temen yang suka jejepangan aja. Kalo koreaan sih biasanya manggil pake panggilan informal mirip kayak –ah. Hihi...
Intinya semoga fiksi ini bisa menghibur readers-sama! Kritik, saran, masukan, pujian dan komentar saya tunggu di kotak review. Sampai jumpa di chapter selanjutnya! Cuma 2 chapter kok nggak banyak-banyak. Bubye~ hihi... XD
