Kuroko no Basket © Tadatoshi Fujimaki
A – Anomali
Sekali lirik saja Kuroko tau. Ada perubahan pada cara kedua manik heterokrom itu memandang.
Atensi itu bukan lagi sepenuhnya untuk dia, mata itu tidak lagi selalu memandangnya. Bibir itu mulai lupa merapal namanya, dan kebiasaan lain bersamanya sudah mulai dia tinggalkan.
Kuroko memegang dadanya, rasanya sakit di sana.
Semua ini aneh.
Dan ketika kedua mata secerah langit musim panas itu sekali lagi menangkap pandangan tertarik yang diberikan sang mantan kapten kepada teman chihuahuanya, ia tau semua ini merupakan kesalahan.
B – Berkunjung
Adalah rutinitas Kuroko untuk membersihkan rumah dan membuat secangkir teh setiap Sabtu sore.
Biasanya, mantan kapten basketnya itu akan bertandang ke rumahnya setelah 'tidak sengaja lewat' sehabis mengurus sesuatu di salah satu perusahaan milik sang ayah. Dengan senyum modus, sang kapten akan melenggang masuk seenak jidat dan menumpang mandi—tidak jarang menginap.
Namun Sabtu ini berbeda, begitupun Sabtu depan, dan Sabtu depannya lagi, dan Sabtu seterusnya.
Kuroko tidak membersihkan rumah.
Kuroko tidak lagi membuat teh.
.
.
Akashi tidak pernah datang.
C – Chihuahua
Semua orang juga tau, Akashi Seijuuro dan anjing bukanlah kombinasi yang baik.
Pernah sekali Akashi hampir mengeksekusi produsen liur menjijikan milik seorang nenek-nenek yang tidak sengaja menjilat tangannya ketika ia sedang duduk di taman, setelah itu Kise dan Aomine harus mati-matian menahan Akashi agar tidak melempar gunting setiap melihat Nigou yang selalu Kuroko bawa ke acara reuni mereka.
Tapi hari itu jantung Kuroko serasa mencelos manakala ia melihat Akashi mengelus chihuahua berbulu cokelat di taman dengan penuh sayang.
D – Dare
Akashi merasa bodoh setelah ia memutuskan memilih dare dalam permainan Truth or Dare bersama Mibuchi dan Hayama.
Mibuchi hanya iseng meminta Akashi diam selagi lelaki flamboyan itu memeluk dirinya seperti seorang ibu koala memeluk anaknya. Sedangkan Hayama hanya meminta sesuatu yang simpel:
"Aku ingin melihatmu menyatakan perasaan kepada orang yang kau suka." Yang dikatakan dengan wajah tanpa dosa.
Tentu saja Akashi ingin menolaknya mentah-mentah, tapi harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan hal itu. Jadi, ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang pertama terlintas di benaknya.
"Mungkin ini terdengar aneh, tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa kau telah mencuri semua perhatianku. Dari pertama kali aku melihatmu gemetaran di hadapanku, kupikir kau orang yang menarik, dan lama-lama aku merasa jatuh cinta padamu." Tanpa jeda, dengan nada monoton.
Mibuchi terdiam, Hayama terpingkal.
Akashi melotot.
Di tempat lain dalam waktu bersamaan, Furihata membatu dengan wajah semerah kepiting rebus.
E – Embarrassed
Tidak ada yang lebih memalukan bagi Furihata Kouki selain menerima pernyataan cinta mendadak dari seorang laki-laki. Apalagi yang sudah membuatnya gemetar ketakutan sampai tidak bisa jalan dengan benar selama final Winter Cup.
F – Full
Selama ini Akashi selalu berpikir hatinya sudah di penuhi oleh indahnya langit cerah musim panas. Biru muda dan menenangkan, juga selalu memberi keceriaan tersendiri baginya.
Ia merasa tidak ada celah bagi apapun lagi untuk mengisi hatinya.
Namun faktanya, masih ada secercah tempat di dalam sana untuk menampung seekor chihuahua manis berbulu cokelat.
Hatimu tidak sepenuh itu Sei-chan.
G – Gunting
Kali ini mereka hanya duduk berdua di café itu. Akashi Seijuuro dan Kuroko Tetsuya. Tidak ada yang memulai pembicaraan, tidak ada yang niat berbicara. Hanya menyesap minuman masing-masing dan memandang salju di luar sana.
"Jadi, ada perlu apa memanggilku kemari?" Akashi yang pertama kali memecah kesunyian yang agak canggung itu, sedangkan yang di ajak bicara hanya membuka tasnya, mencari sesuatu.
Sebuah gunting sewarna biru langit, diikat dengan pita merah, dan ada sebuah kertas kecil bertulisan 'zum Geburtstag' menggantung di pita itu. Kuroko menyodorkannya sambil tersenyum singkat.
"Otanjoubi omedetou Akashi-kun—"
.
.
"—aku menyayangimu."
H – Hewan
Jika ditanya apa hewan yang paling Akashi suka, dengan bangga ia akan menjawab chihuahua. Terutama yang berbulu cokelat dan halus.
I – Ib
Akashi bukan tipe remaja yang hobi main game, mau itu game RPG ataupun Plants vs Zombies. Menurutnya main game itu kekanakan, membuang waktu, dan membosankan. Otaknya yang kelewat pintar membuatnya dapat menang mudah.
Dan suatu ketika ia dipeluk oleh Kouki yang ketakutan saat bermain game RPG horror bertitle Ib bersama di rumah sang chihuahua, Akashi merasa pandangannya selama ini salah.
Game itu tidak kekanakan.
Game itu tidak membuang waktu.
Game itu tidak membosankan.
Akashi cinta game, apalagi kalau itu RPG horror yang membuat Koukinya merinding.
I LOVE GAME. I LOVE RPG. I LOVE IB.
J – Jarak
Kuroko tau, ia bisa merasakan bahwa jarak antara dirinya dan Akashi sudah semakin melebar.
Mereka jarang bertemu, mereka jarang bicara, bahkan Akashi tidak pernah mampir ke rumahnya lagi.
Tapi Kuroko tidak ingin memperlebar jarak di antara mereka. Maka dari itu hari ini ia rela berdiri di depan gerbang Rakuzan, menunggu hingga jam belajar usai agar bisa bertemu sang mantan kapten dengan alasan tidak 'sengaja lewat'.
"Jarak dari Tokyo ke Kyoto itu jauh, Tetsuya."
K – Kouki
Aomine menganggapnya chihuahua.
Akashi menganggapnya pacar yang manis, ramah, dan setia.
Kuroko menganggapnya saingan cinta.
L – Long time ago
Dulu, sewaktu masih di Teiko, ada kalanya seorang Akashi Seijuuro menunjukkan sisi lemahnya.
Memeluk Tetsuyanya dari belakang sebagai penghilang rasa frustasi. Merengkuh pemuda yang lebih kecil darinya dalam sebuah dekapan, menumpahkan segala yang mengganjal pikirannya, menangis—
—dan Kuroko tidak pernah mempermasalahkannya.
Sekarang Akashi memiliki Kouki.
Tetsuya tinggal nama.
M – Movie
Memang bukan kencan pertama, namun baru kali ini Akashi berinisiatif mengajak Furihata keluar menonton film. Biasanya Reo-nee yang selalu memaksa Akashi menelepon Furihata untuk menghabiskan waktu berdua; entah hanya jalan-jalan di Tokyo, pergi ke café, atau sekedar one-on-one.
Akashi membiarkan Furihata memilih film yang akan mereka tonton, secara acak pemuda manis itu memilih film tentang seorang pemuda tak bertalenta yang ingin menjadi pemain basket profesional. Furihata cukup menikmati—bahkan ia sempat menangis haru di beberapa adegan—tanpa mengetahui Akashi sudah ingin keluar ketika sepanjang film diputar, yang ada di kepalanya hanyalah perasaan bersalah telah membiarkan pemuda dengan rambut secerah langit musim panas itu pergi dari hidupnya.
N – Need
Akashi Seijuuro tidak ingin menjadikan seorang Furihata Kouki sebagai kekasihnya, tapi ia butuh.
Harap catat itu.
O – One side love
Ketika Kuroko melihat kedua bibir itu bertautan, Kuroko tau bahwa kini ia sudah tidak memiliki kesempatan.
P – Pantai
Akashi yang bosan menelepon teman-teman Kisedai-nya, niatnya sih mengajak reunian sambil menghabiskan sisa libur musim panas mereka di pantai.
Sudah pasti Kise melonjak gembira sambil mengoceh tidak karuan tentang apa saja yang harus mereka lakukan di pantai. Aomine tidak mungkin melewatkan kesempatan pergi ke surga (?) oppai. Momoi harus ikut agar ia bisa menjaga Dai-chan dari berbuat tidak senonoh. Murasakibara ikut saja selama ada makanan. Midorima tidak punya alasan untuk tidak ikut. Kuroko tidak mengangkat telepon.
Q – QWERTY
Furihata Kouki memang terkenal suka memperhatikan hal-hal kecil yang jarang orang pedulikan. Entah itu penting ataupun tidak.
Kebiasaannya itu cukup berguna terutama bagi tim basket Seirin, karena ia bisa mengobservasi lawannya dari bangku pemain cadangan. Sehingga Aida bisa menyusun rencana baru dan rencana-rencana cadangan dari hasil pengamatan pemainnya itu.
Kali ini kegiatan observasi kembali dilakukan.
Bukan, bukan di lapangan basket. Melainkan pada laptop yang baru Akashi berikan kepadanya.
Sejenak Akashi berpikir kalau pemuda itu tidak suka, sampai ia angkat bicara.
"Kenapa harus Qwerty?"
Akashi mengernyitkan kening, kenapa harus qwerty? Pertanyaan macam apa itu?
"A-ano, aku hanya merasa itu seperti nama seorang gadis barat."
R – Room
Hampir setahun ini Akashi selalu memimpikan hal yang sama—sebuah padang bunga di mana hanya ada dia dan Kouki menghabiskan musim panas bersama.
Berlari-lari di lautan bunga matahari, atau menikmati secangkir teh bersama di tengah hamparan tulip.
.
.
Kali ini mimpinya berbeda.
Tidak ada padang bunga. Tidak ada Furihata Kouki—
—yang ada hanya sebuah ruang putih kosong dengan Kuroko Tetsuya meringkuk di salah satu sudutnya sambil menangis dan mengucapkan selamat tinggal.
S – Seijuuro
"Aku mencintai Akashi—tidak, aku mencintai Seijuuro-kun."
.
.
"...—maaf."
T – Tetsuya
Akashi terbangun dari tidurnya.
Peluh membasahi tubuh.
Air mata mengalir menuruni pipi.
Ia bermimpi Tetsuya pergi meninggalkannya. Tetsuya. Pergi. Meninggalkannya... selamanya.
Akashi menghapus air matanya, mencengkeram kepalanya, ia tertawa. Ini tidak mungkin kan? Tetsuya akan setia di sisinya seperti Kiseki no Sedai yang lain kan? Menjadi anjing penurut di bawah ancaman gunting.
drrrrt
"Ya?"
"A-Akashi-kun..." Momoi. Dari suaranya yang bergetar, Akashi tau gadis itu berusaha tidak histeris. Perasaan takut yang janggal segera menyergap pemuda merah. "Tetsu-kun... Tetsu—"
...
Jantung Akashi melewati satu detakan.
Dari tangisan Momoi yang pecah dan suara-suara berisik macam umpatan Daiki dan tangisan Ryota, Akashi tau ada hal buruk yang terjadi. "Akashi," kali ini Midorima yang bicara, Akashi menyimak. "Kusarankan—" ada keraguan dalam kalimat itu "—kau menonton televisi pada channel xx."
.
.
Jam digital di ponselnya masih menunjukkan pukul 11.15 p.m, namun Akashi tidak memiliki niatan tidur kembali. Matanya begitu terpaku pada sebuah berita. Terpaku pada jasad seorang pemuda korban tabrak lari yang ditutupi kain putih.
Terpaku pada Tetsuyanya yang sudah mati.
.
.
Langit penuh awan kelabu. Pemakaman sudah mulai sepi.
Momoi masih menangis.
Kise juga menangis.
Midorima ikut meneteskan air mata.
Aomine berusaha kuat.
Murasakibara memeluk rekan-rekannya.
Akashi tidak datang.
U – Useless
Sejak kematian Kuroko, Akashi belum pernah keluar dari kamarnya.
Ia tidak ingin makan, ia tidak ingin pergi sekolah.
Ia hanya meringkuk di dalam kamarnya—terkadang menangis sambil menggumamkan beribu-ribu maaf entah pada siapa, terkadang tertawa sendiri seolah sedang bersama Kuroko Tetsuya.
Furihata takut Akashi akan menjadi gila. Ia sudah menghubungi semua anggota basket reguler Rakuzan untuk membantu menenangkan Akashi, namun sang Emperor hanya menatap tajam mereka dengan pandangan tak suka.
Furihata juga menelepon Kiseki no Sedai—bahkan mereka membawa Nijimura ikut serta, berharap dengan adanya orang-orang yang lebih mengerti Akashi daripada dirinya dapat membawa pemuda itu kembali pada kenyataan.
Tapi semua sia-sia.
Hingga akhirnya Kagami yang mendengar cerita Furihata mendatangi apartemen sang Emperor. Membuka semua tirai yang hampir seminggu ini ditutup. Menyingkap selimut tebal dari tubuh Akashi—
—membentak pemuda itu. Mengatakan semua yang ia lakukan sia-sia. Hanya akan semakin menyakiti dirinya, teman-temannya, Furihata, dan... mungkin juga Kuroko di sana.
Sontak Akashi menangisi kebodohannya.
.
.
Di balik pintu Furihata menangisi betapa tidak bergunanya dirinya.
V – Vanilla Shake
Sekarang ia tau kenapa seminggu belakangan Akashi selalu menyibukkan diri di dapur tiap ia berkunjung ke apartemen sang kekasih. Senyuman penuh arti terbentuk di wajah Furihata ketika melihat segelas Vanilla Shake di antara buket-buket lili putih di makam Kuroko.
"Akhirnya kau berani datang eh Sei-kun?"
W – Wardrobe
Seperti ruang kosong yang selalu Akashi sediakan untuk semua hadiah Kouki di dalam lemarinya, selalu ada ruangkosong yang selalu Akashi sediakan untuk mengenang Tetsuya di hatinya.
X – XXX
Akashi sedang bermain dengan ponselnya ketika ia menemukan sebuah video porno di sana.
Tidak ingin Koukinya tau, ia cepat-cepat menghubungi Kisedai plus Momoi demi menyelidiki siapa yang memasukkan video nista itu ke ponselnya.
"Pasti Erominecchi-ssu! Dia kan yang paling mesum."
Semua mengangguk menyetujui argumen Kise, bahkan Kuroko ikut mengangguk dari surga sana.
"Jadi kau pelakunya, Daiki?" gunting sudah keluar dari tempat penyimpanan.
Aomine menggeleng kuat-kuat, "Kapan aku menyentuh ponselmu? Bukannya kita baru bertemu sekarang semenjak kau mengajak kami semua ke pantai? Bahkan kau tidak datang ke pemakaman Tetsu."
Sebuah keheningan canggung menyelimuti seketika.
Aomine salah bicara.
Drrrt drrrt
Getaran halus dari ponsel Akashi menjadi penyelamat mereka dari keheningan canggung yang tercipta. Pesan masuk. Akashi tersenyum singkat sesaat setelah membacanya.
"Kalian boleh pulang sekarang, aku telah menemukan pelakunya."
Para remaja warrna-warni di sana saling berpandangan heran, sedangkan kapten mereka melenggang begitu saja keluar café dengan senyum nakal di wajah.
"Mungkin kita juga perlu membuat satu video seperti itu Kouki."
.
.
(Sei-kun maaf, aku yang memasukkan video porno itu ke ponselmu.
Kau terlihat murung akhir-akhir ini, jadi ku pikir itu bisa menyegarkan pikiranmu.
Sekali lagi, maaf.)
Y – You only live once
Mungkin ini batasnya, ketika Akashi merasa depresi dan ia sadar tidak ada lagi Tetsuya sebagai tempat untuk bercerita. Ia tidak ingin berkeluh-kesah pada Kouki lagi. Kekasihnya itu sudah terlalu banyak menderita selama ia depresi berat semenjak kematian Tetsuya.
Oh iya, mungkin kematian Tetsuya itu kesalahannya juga.
Jadi di sinilah Akashi, berdiri di atap gedung salah satu perusahaan milik ayahnya. Ia terkekeh, orang-orang di bawah sana bagai semut. Tidak ada yang memperhatikan dirinya.
Sesaat perut Akashi terasa tidak enak. Takut? Tentu saja tidak. Tinggal bayangkan saja sedang berjalan di trotoar sambil menutup mata, lalu ada lubang dan kau terjatuh.
Gampang kan?
Akashi hampir saja benar-benar menutup matanya dan berjalan menuju udara jika ia tidak melihat tangan pucat dan sekelebat rambut biru langit imajiner yang menariknya kembali.
Z – Zebra
Hitam dan Putih.
Tetsuya dan Kouki.
Seperti zebra yang tidak akan pernah tau lebih banyak mana warna hitam atau putih yang ada di kulitnya, Akashi tidak akan pernah tau lebih banyak mana Tetsuya atau Kouki telah mengisi relung hatinya.
Fin.
Sebelumnya mohon maaf kalu jelek, saya baru pertama nulis ;-; tapi makasih banget buat yang udah baca.
