Chayyoooo, lama aku nggak apdet fanfic #gakadayangtanya T.T

Kali ini fui nggak sendiri, hahaha, yang ngetik fic ini tuh yang di facebook namanya 'Haruna Sakura' #bighug. Tapi tetep aja, crita ini n semua alurnya milik fui! *possessive mode on

Dan kali ini, karena permintaan dia #nunjuk haru'na, saya memainkan main-pair SasuSaku, bukan Naruhina. Huhuhuhu #lho?

Bisa dibayangkan betapa gatalnya jari-jari saya untuk terus menambahkan pair kesayangan saya is NaruHina! Kyaaaa…

But, I like SasuSaku too, ^_^

So, dozo minna-sama

This is my story (with the sweety typer Haru'na)… enjoy

Cherry's Scandal

A SasuSaku FanFiction for Haruna Sakura

Naruto©Masashi Kishimoto

Cherry's Scandal©Aiko Fusui

Pairing : SasuSaku, NaruSaku and another pairing

Warning :MissTypo(s), 'little'OOC, Alternate Universe, GAJE, garing?

Salam kenal! Aku Haruno Sakura, baru melepas rok SMP-ku. Upss— bukan berarti aku bugil lho ya! Aku baru masuk di Shogaku High School. Asyiik! Artinya aku sudah boleh pacaran! Oops..nggak deng, artinya aku sudah besar! Hehehe

Dua minggu lalu, saat pertama kali aku mengikuti masa orientasi siswa di Shogaku High School ini, mulutku terasa panas. Bukan karena aku minum kopi hot ayah ataupun mencium panci yang baru diangkat dari kompor. Bukan! Tapi karena panas pengen teriak. Huh.

"Heh anak baru! Hari pertama sudah berani nyemir rambut! Mau gue potong apa?"

Aku menciut ditempat, menunduk tak berani menatap mata senpai perempuan yang tomboi itu. Dengan secuil keberanian, aku pun menjawab bentakan si senpai itu.

"N-ndak s-s-senpai.I-ini w-warna alami.K-keturunan d-dari Ma-mama saya." Suaraku seperti kucing mau nangis. Hiks, abisnya si senpai seram sekali!

"Ho? Berani ngebantah rupanya? Udah nyata-nyata nih rambut warna illegal! Sono berdiri di depan tiang bendera!"

"Huweee…." Sudah -teman, aku ini baby huey, jangan heran yah *tersipumalu.

Udah kuduga, si senpai nggak bakal ngasih aku kelonggaran, malah dia makin garang saja. Gemes lihat air mata buaya aja, taringnya sudah tumbuh tuh #bergidik-ngeri.

"Kamu….!"

"Tayuya!"

Nah, ada yang ditindas, pasti ada yang jadi pahlawannya. Aku berharap pahlawan itu adalah seorang lelaki tampan yang bisa aku kecengin. Tapi sodara-sodara tak dinyana, dia seorang gadis dengan paras yang lembut nan keibuan yang banget halusnya *hantu kaleee*. Hati mencelos agak kecewa.

Kepalaku mendongak, melihat perempuan berambut indigo panjang yang berdiri di samping si senpai garang tadi. Dari seragam OSIS yang ia pakai, aku bisa melihat namanya. Hyuuga Hinata.

Dia tersenyum padaku, menenangkan.

"Sudah Tayuya, Pak Kepsek melarang kekerasan kan? Biar aku yang urus. Kamu ke bagian konsumsi saja ya?"

"Ta-tapii…"

Senpai garang tak berkutik lagi, tak membantah lagi ketika Hinata-senpai membisikkan sesuatu di telinganya. Sesuatu yang membuat pipi senpai itu memerah dan dengan segera meninggalkan kami.

Belakangan aku tahu kalau senpai garang itu mengidolakan Neji-senpai a.k.a saudara kembar Hinata-senpai yang laki-laki. Dan bisa kutebak apa yang dibisikkannya. Hihihihi.

"Kamu nggak apa-apa?" katanya lembut, menepuk pundakku, membersihkan kotoran—yangentahdarimana—, membenarkan dasiku. Keibuan banget kan? Cantik pula orangnya.

"I-iya" aku tergugup, menatap matanya yang , kukira aku menatap hantu karena mata Hinata-senpai putih, tapi detik berikutnya aku malah Hinata-senpai bening .

Yup, dia baik sekali. Seperti peri yang datang ketika ibu tiri pergi. Hinata-senpai menanyaiku dengan lembut apakah aku mewarnai rambutku. Karena yeah, memang rambutku sedikit 'nyeleneh' sih..

Yang aku amat suka dari Hinata-senpai adalah dia sangat perhatian. Dia mau mendengarkan penjelasanku, menerima bukti-bukti dariku (aku mengeluarkan foto keluarga dari dompetku) yang mana mama dan nenekku punya warna rambut yang 'nyeleneh' yang sama denganku.

"Senpai suka orang yang jujur seperti jangan cengeng lagi ya. Kamu kan sudah SMA, sudah gedhe. Yah?"

Aku mengangguk, meng-iyakan nasehatnya. Dia bilang dia dulu juga bernasib sama denganku. Karena matanya yang dari jauh terlihat putih bening seperti hantu. Katanya dia dulu hanya bisa diam dan Neji-senpai lah yang memelototi mereka.

Tapi lambat laun, mereka mulai mengagumi Hinata-senpai. Mereka salah kira. Mereka baru sadar saat menatap langsung mata kedua Hyuuga kembar itu, terlebih Hinata-senpai.

Tak usah aku ulas lagi mengapa mereka bisa begitu. Aku sendiri pun merasakannya. Tak ada dendam dan benci di mata itu. Begitu damai, tenang, dan keibuan. Perlahan ada rasa iri pada gadis yang begitu baik itu. Namun segera kusingkirkan. Aku tak mau bermusuhan dengan Hinata-senpai.

Dan seperti Tayuya-senpai, beberapa teman baruku iseng bertanya tentang asal muasal warna rambutku itu.

"Ih, disemir."

"Kok nggak digundulin sih?"

"Aneh, kalau pirang sih itu?"

Halah! Anjing menggonggong. Sakura cantik stay cool berlalu. Dengan sabar aku jelaskan bahwa ini rambut asli. Bukan hasil permak salon yang asal mencampur warna.

Jadilah, mereka ber-oh panjang. Sedangkan diriku menghela napas panjang.

Itu tadi adalah dua minggu yang lalu, sekarang tidak lagi. Yeah, walaupun masih ada banyak mata memandang heran padaku sih. Ah tak apalah. Hitung-hitung latihan jadi artis terkenal. Hihihii…

(ɔ ˘⌣˘) -Cherry's Scandal- (˘⌣˘ c)

Diriku tentu punya sahabat baru. Namanya Yamanaka Ino. Cewek cantik berambut panjang dan berponi-tail hamper menutupi mata kanannya yang fashionable sekali. Dia duduk di sampingku. Deret satu baris ke tiga, sedangkan aku baris ke empat. Oh ya,di sekolahku ini kan system bangkunya individu gitu. Berasa anak kuliahan deh. Hhehe… tapi itu hanya untuk seminggu, ternyata kelas kami sama kayak kelas biasa. Bangkunya dua-dua. Hedeh.

Tak kusangka, aku dan Ino sepandangan, setujuan dan setanah air—yaiyalah—. Kami menyukai cowok manis. Aih, siapa juga cewek yang nggak suka sama tipe cowok begitu. Kalau ada cewek yang begitu, berarti matanya stereo tuh. *plak*

Seperti anak-anak gadis SMA tahun pertama—alias kelas satu— kebanyakan yang bertingkah layaknya anjing yang dilepas dari kandangnya. Berlari, kabur sesuka hati, berlagak sudah dewasa. Dan memang, kami anak-anak gadis pasti mengidolakan sesosok lelaki bak pangeran berkuda putih. Serasa jadi Putri Salju gitu.

Layaknya mereka, beginilah aku.

"Kyaaaaa…. Naruto-senpaiiii!" aku berteriak tertahan dari seberang lapangan basket. Yup, dia idolaku. Cowok manis kapten tim basket yang duduk di kelas XI Science 2, yang letak kelasnya tepat di atas kelasku.

Biasanya kalau lagi suntuk saat pelajaran, aku berkhayal lantai atas roboh, lalu menurunkan Naruto-senpai dan bangkunya, jatuh tepat disampingku. Hahahaha khayalan tingkat tinggi.

"Sai-senpai kereeeennnn…" lain diriku, lain pula Ino. Aku tidak tahu kenapa ia melawan arus selera kebanyakan anak perempuan normal sepertiku.

Ino menyukai Sai-senpai, seorang anak di komunitas seni di Shogaku gakuen. Orangnya tinggi putih, manis, murah senyum, tapi terlalu dingin—menurutku—. Layaknya es batu bernafas aje ni senpai. #dilemparsandal.

"Biarin, weekkk…" katanya sambil menjulurkan lidah.

Baiknya, aku dan Ino jadi tidak rebutan gebetan. Ahihihii~.Bukannya kami bermaksud genit, tentu saja BUKAN. Catat ITU!. Tapi apa salahnya jika seorang gadis mencoba mensyukuri nikmat Tuhannya dengan memuji keindahan yang Tuhan ciptakan? (dalam hal ini cowok manis) #plakk

Bagiku wajar saja. Olalaa~ kami baru saja menghirup udara Shogaku gakuen dan tak masalah jika kami punya sosok yang menjadi motivasi kami untuk belajar #ngeles

Sepertinya, kehidupan SMA ku akan begitu menarik.

(ɔ ˘⌣˘) -Cherry's Scandal- (˘⌣˘ c)

"Ino?" mataku berkeliling mencari satu sosok si Yamanaka pirang itu. Kusambangi toilet, namun NIHIL. Kutengok Perpustakaan, NOL BESAR. Kantin, kebanyakan orang dan tak ada orang semenonjol dia (Karena suara dan rambutnya tentu saja).

Aku hampir menyerah dan kembali ke kelas meneruskan tugas Kimia yang belum tamat. Ketika itu, di koridor gedung enam, Sekelebat bayangan muncul dan sukses mengurungkan niatku untuk kembali ke bangku kelas.

Tapi, hei! Siapa pemuda tinggi disebelahnya?

Hanya satu yang bisa membuatku bergerak saat itu, mengikuti naluriku untuk mengintip mereka.

Jinjit-jinjit dan mengendap-endap di koridor yang sepi ini membuatku merinding sendiri. Err~ barulah aku ingat! Jikalau gedung enam ini taka da satupun ruangan kelasnya. Hanya ada Gudang, Laboratorium Biologi, Doujo Karate dan empat baris toilet yang terlihat—glekk!— menakutkan. Rumor pun beredar jika di gedung enam ini ada— hantu…

Sedetik kemudian, bulu kudukku meremang. Kedua kaki dan lututku yang kecil gemetaran sampai aku hampir tak kuasa lagi untuk berdiri. Lalu, pikiranku menjelajah kemana-mana.

Bagaimana kalau di belakangku ada hantu?

Bagaimana kalau bayangan Ino tadi adalah hantu?

Atau apakah Ino yang diseret hantu lelaki tadi?

Tapi, bagaimana kalau mereka berdua hantu?

KYAAAAAAAAAAA…!

Dan akal sehatku akhirnya mengkomandokan tubuhku untuk mengambil jarak sejauh-jauhnya dari tempat itu.

Mama…. Help me!

(ɔ ˘⌣˘) -Cherry's Scandal- (˘⌣˘ c)

Dua jam kemudian barulah aku tahu kalau bayangan gadis berambut panjang tadi adalah benar-benar INO! Sedangkan lelaki tinggi disampingnya tak lain adalah SAI-senpai sodara-sodara!

Ino bilang bahwa dirinya baru jadian dengan senpai yang ia puja itu. Wajahnya tak berhenti tersenyum meskipun jam pelajaran sudah berganti dengan jam pelajaran Mr. Ibiki. Biasanya saat jam pelajaran yang di ampu Ibiki-sensei ini, Ino pasti mengkerut dan memilih bangku belakang yang paling pojok. Terasing.

Tapi entahlah, hari ini dia nekat (atau gila) duduk tepat di depan sang sensei yang sudah asem ngeliat Ino senyam-senyum dari tadi kek orang gila. Aku tak tahu nyalinya sebesar apa sampai-sampai ia berani bertingkah begitu di depan guru paling killer sepanjang abad dunia shinobi -?- Yang pasti, aku bersyukur tak da kejadian 'mengesankan' yang menimpa Ino.

Waktu kutanya, dia bilang, "Inilah cinta, sayang." Sambil menggapai-gapai angin. Duh Dramatis AMAT!

Oh ya, ketika dia cerita kalau dirinya dan Sai-senpai jadian, aku sempat tak percaya. Aku senang dia bisa menggaet idola kesayangannya itu, tapi semua orang di Shogaku gakuen tahu kalau Sai-senpai itu 'PLAYBOY'! sekali lagi catat itu penonton! Sai-senpai adalah PLAYBOY kelas KAKAP.

"Dia janji bakal setia sama aku kok. Lagian aku duluan kok yang nembak." Ujar Ino dengan PeDe-nya. Eittts—tadi apa katanya? Aku ga salah denger kan? Ino nembak Sai-senpai duluan?

WHATT THE—? Ada dua alasan yang membuatku sebeku dinding sekolah.

Satu, playboy gak bakal setia meskipun dia bilang bakal setia dunia akhirat. Dan Sai-senpai itu playboy kelas kakap di Shogaku gakuen! Parahnya, Ino buta akan hal itu..!

Dua, cewek nembak duluan?O-M-G! harga diri kita gimana? Ini nggak sopan, nggak bisa dibiarin. Yang harusnya agresif itu COWOKnya. Bukan CEWEK!

"Jangan begitu, mungkin dengan cara yang sama sepertiku kau bisa mendapatkan Naruto-senpai." goda Ino. Pelan, namun terdengar menjanjikan.

Aku terdiam. Naruto-senpai? Otakku beku hanya dengan mengingat namanya. Aku tak akan berani menyapa apalagi nembak si cowok manis, gagah nan ganteng bak pangeran itu. Kutatap mata Ino dalam, kesalahan besar. Dia semakin meyakinkan aku.

Dalam sekejap aku berubah pikiran. Plin. Plan. Sekali.

Tapi, demi Naruto-senpai, apa aku bisa?

(ɔ ˘⌣˘) -Cherry's Scandal- (˘⌣˘ c)

Tidurku mala mini tak nyenyak. Berkali-kali aku pindah posisi, tapi tetap saja tak ada PeWe a.k.a Posisi Weenaaakk. Mataku terus saja merem-melek, bukan dalam artian sedang makan sesuatu yang nikmat. Ya Tuhan, aku jadi galau setengah mati!

Sungguh, aku ingin segera tidur dan bermimpi. Apalagi jam kamarku sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi, sesuatu mendilemakan hatiku, mencegahnya.

"Emansipasi. Sekarang cewek itu banyak yang ambil langkah duluan. Jangan takut." Bisikan Ino terngiang kembali.

Aku menggeleng kuat. Duh, tapi kan cewek itu biasanya dikejar, bukannya malah MENGEJAR . Ini benar-benar membuat kepalaku 'nyut-nyutan'.

"Mengejar itu asyik " wajah Ino muncul lagi. Dengan seringaian dan tatapan yang amat menjanjikan.

Sempat yakin sih tadi, tapi kembali hilang. Bagaimana lagi? Gadis remaja labil kan memang plin-plan. Selimut kutarik menyelimuti seluruh wajahku. Aku menghela nafas, bersiap tuk 'merem'. Walaupun masih bimbang.

"Kalau berhasil, Naruto-senpai jadi milikmu." Aku ingat lagi kata-kata itu. Lagi-lagi dari Ino.

Seketika mataku melebar membuka. Selimut tadi kusibak cepat. Aku menatap langit-langit kamarku. Membayangkan wajah Naruto-senpai yang tersenyum manis padaku.

"Naruto-senpai…" bisikku entah pada siapa. Kemudian, secepatnya aku tidur. Secepat itu pula keyakinan diriku muncul, tumbuh dan meninggi.

"Agresif sedikit, tak mengapalah…"

(ɔ ˘⌣˘) -Cherry's Scandal- (˘⌣˘ c)

Siang ini setelah pulang sekolah, aku tak berencana untuk langsung pulang. Aku ingin pergi melihat latihan tim basket sekolah, yah kalian tahu sendiri tujuan utamaku 'kan? Tapi hari ini berbeda. Berbekal sejumput nyali, secuil akal, dan semangkuk besar keberanian, aku akan menjadi—stalker.

Hanya untuk hari ini saja.

"Sas, lempar ke aku." Teriak Naruto-senpai pada teman se-timnya yang berambut 'jigrak'. Mencuat keatas dibagian belakangnnya, seperti err—pantat ayam.

"Hadang Naruto! Cepat!" kali ini cowok berambut cokelat yang dikedua pipinya terdapat plester segitiga merah yang berteriak. Ugh, mau menghalangi Naruto-senpai, heh?

Seketika aku berkomat-kamit, menyumpahi mereka yang mau menghalangi gerak Naruto-senpai. Enak saja mereka, lapangan luas, kenapa menghadang ruang Naru-senpai. Huhh! Menyebalkan.

"Sas, terima ini. Hyaaa…"

Naruto-senpai melempar bola, jauh sekali. Mataku mengikuti bola yang seolah di slow-motion-kan khayalanku.

Hup! Yes, berhasil ditangkap si rambut ayam. Dia berlari, melompat dan—

"GOOOLLL….!"

Mendadak permainan berhenti. Semua mata manusia yang ada disana melihat ke arahku yang… coba kulihat diriku—

OH MY GODNESS! Ngapain aku berdiri dengan pose yang tidak elit seperti ini? Kaki diangkat satu, kedua tangan menjulang keatas dengan mulut yang membulat seolah berkata 'gol'. Cepat-cepat aku menurunkan tangan dan kakiku. Lalu ber-ojigi cepat.

"Gomenasai, gomenasai, gomenasai" kataku seraya membungkuk.

"Hei Nona, kau pikir ini sepak bola? Dasar bodoh!"

Aku berhenti membungkuk, kucari siapa yang berani mengumpatku. Hue, ternyata si rambut ayam. Niat ingin membalas umpatannya kuurungkan karena dia mengirim 'deathglare' mematikan padaku. Aku menciut ditempat.

"Gomen," terpaksa ojigi lagi deh.

"Pergi sana, mengganggu saja!" bentaknya lagi, dingin sekali. Dibentak begitu, tentu saja aku yang berjiwa lemah ini menangis. Buru-buru aku berlari keluar sambil mengusap air mata dan ingusku yang 'meler'.

Aku berhenti di depan tiang bendera karena ada yang memanggil. "Hey, adik kelas!" Tubuhku kaku, suara itu… aku mengenalnya! Kuputar tubuhku, melihat siapa yang datang.

Olala, Naruto-senpai! Dia berlari dengan masih memakai seragam basket putih, berkibar seperti bendera di atasku. Dia berlari menuju diriku.

'Aku harus gimana nih?' batinku panik. Segera kuusap air mata dan ingus dari mukaku.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya begitu ada di depanku. Lembut dan tampak peduli sekali. Kudongakkan kepala karena dia jauh lebih tinggi dariku.

Oh Kami-sama, dia manis sekaliii… Untuk beberapa detik, aku bengong dengan pandangan mata berbinar cerah melihatnya.

"Hey, Kouhai-chan? Are you here?" tangan kanannya melambai-lambai di depan mataku, buru-buru aku sadar dari ke-terpesona-anku padanya.

"Eh, Em—Naruto-senpai?"

"Kamu nggak apa-apa?"

"Eh? Soal apa?"

"Tadi. Kamu fine-fine aja kan?"

"Tadi kenapa?"

"Yah, tadi kamu kan nangis sambil lari atau lari sambil nangis abis dibentak sama Sasuke."

"He?"

"Kamu gegar otak?"

Huaaaa! Kenapa aku enggak connect pas di depan Naru-senpai? Malu-maluin! Dengan sigap, cepat dan tanggap aku menjelaskan bahwa "I'm fine" kepada Naru-senpai.

"Maafin Sasuke, ya… orangnya emang gitu, suka bentak-bentak. Tapi orisinilnya dia baik kok." Kata Naruto-senpai. Hoo, jadi si rambut ayam tadi namanya Sasuke.

Tuh kan, idolaku itu baik banget. Buktinya yang ngebuat aku nangis itu Sasuke-sial, yang mintain maaf si Naruto-senpai. Bagaimana tidak aku semakin suka sama dia coba?

Dan waktu aku bertanya *dengan-amat-sangat-gugup-sekali* tentang gadis idamannya, Naruto-senpai bilang, "Aku suka cewek cheer-leader." Dengan sedikit lirih sambil melirik ke barisan anak-anak cheer yang sedang latihan di barat lapangan basket.

Saat itu juga, dikepalaku terantuk satu ide yang luar biasa.

Aku akan masuk klub cheer-leader!

(ɔ ˘⌣˘) -Masih Bersambung- (˘⌣˘ c)

Wew? Berhasilkah Sakura-chan masuk club cheer sekolah untuk menggaet pujaan hatinya?

Nantikan kelanjutan critanya yah. ^ _ ~

Ops, jangan lupa REVIEW. Sekali

Arigato gozaimashita

Salam peluk cium pukul#lho

Aiko fusui (stay with the sweety typer)