Sumarry : Bagaimana bila seorang—mantan—ahli hukum yang memiliki hobi nge-drug bertemu dengan seorang gadis konglomerat yang lugu dan seorang business man muda kaya raya bertemu dengan seorang dokter magang berumur 27 tahun yang sudah merasa frustasi karena sang pacar tidak kunjung menikahinya.

BETWEEN US

Disclaimer By Merisshintia

Naruto Belong to Masashi Kishimoto

Main Character :

Sakura Haruno, Sasuke Uchiha, Naruto Uzumaki, Hinata Hyuga

Rated : T+

Genre : Romance, Drama, Hurt/Comport

Pairing? Tebak sendiri saja ya ~

.

[Don't be plagiarism, Indonesia People :D]

.

~Enjoy the story~

.

.

Entah sudah berapa lama waktu yang telah perempuan cantik bersurai merah muda ini buang secara cuma-cuma. Dia meminum kembali cosmopolitanpesanannya, salah satu dari tiga jenis minuman cocktail favorit yang disediakan di kafe ini. Emerald-nya kembali melirik jam indah yang melingkar di tangan kirinya. Dia berdecih, "sepertinya percuma." Gerutunya, kemudian bangkit setelah meletakan beberapa lembar uang di atas bill yang telah disediakan oleh pelayan kafe.

Membuang-buang waktunya lagi, ini sudah kesekian kalinya dia melakukan perbuatan melanggar janji yang disepakati untuk bertemu. Namun Sakura, si perempuan ini masih dengan setia dan kesabaran yang ekstra mau menunggu sang kekasih berharap kali ini datang dengan cengiran lebar dan senyuman hangat yang dulu sering diperlihatkan padanya, dulu, ya dulu. Sebelum orang itu merusak kepribadian kekasihnya.

.

Bruk! Tas selempengan yang belum sempat ditutup resletingnya itu jatuh hingga isinya berhamburan di depan pintu kafe, dengan kesal Sakura memungiti isi tasnya yang untungnya tidak terlalu banyak barang yang berceceran.

"dr. Haruno Sakura, ID Card anda." Suara baritone yang begitu dalam milik seorang pria menghentikan langkahnya, "ah terima kasih." Ucap si perempuan tanpa menghilangkan nada ketusnya, dan tanpa senyum yang biasanya selalu menghiasi wajah cantiknya, dia mengambil ID Card miliknya yang disodorkan oleh si pemuda yang ternyata sangat tampan dengan manik hitam legamnya yang kini menatapnya tajam seperti tatapan burung elang terhadap mangsanya. "Maaf sudah menabrakmu." Ucap pemuda itu singkat, dingin, tanpa ingin berbasa-basi, dan mutlak yang setelahnya pergi begitu saja masuk kedalam kafe tanpa menunggu jawaban permintaan maaf darinya. Sungguh, si pemuda tidak peduli sama sekali. Tapi perempuan ini sepertinya tidak asing untuknya, di mana dia pernah melihat gadis ini sebelumnya, ya?

"Tsk." Dengus Sakura, tidak mempedulikan si pemuda sama sekali. Dia berjalan menuju mobilnya.

.

.

oOo

.

.

"Tenten-san, apa Sasuke-kun sudah selesai rapatnya?" Perempuan tinggi bercepol dua itu menghela napasnya pelan. Ini yang tidak dia sukai dari bosnya itu, pergi begitu saja tanpa memberitahu pada sang kekasih kemana perginya dia, hingga harus dirinya lah yang berurusan dengan gadis lugu bersurai hitam kebiruan panjang yang sangat cantik ini. Senyuman manis tersungging di wajah chinese-nya seraya menjawab dengan tak enak hati, "maafkan aku, Hinata-sama, Sasuke-sama sudah pergi bertemu dengan klien satu jam yang lalu. Apa dia tidak menghubungimu?" detik itu juga Tenten merasa ingin mengubur dirinya dalam-dalam, betapa bodohnya dia basa-basi dengan pertanyaan seperti itu! Tentu saja bosnya tidak menghubungi kekasihnya ini, kalau menghubunginya untuk apa si cantik ini berdiri dengan sangat memprihatinkan di depannya? Lihatlah, raut wajah Hinata bahkan begitu polos mendengar penuturan darinya.

.

"O-oh? Sasuke-kun sepertinya belum sempat menghubungiku, Tenten-san. Ka-kalau begitu aku permisi dulu." Sakit, itulah kira-kira yang Hinata rasakan saat ini. Selalu saja pergi tanpa sempat menghubunginya walau hanya berupa pesan singkat. Tanpa terasa cairan bening lagi-lagi membasahi pipi mulusnya, "Nii-san, aku tidak sanggup lagi." ucapnya putus asa memandangi langit cerah di atasnya. Berharap kakak sepupu yang sangat disayanginya yang entah berada di mana saat ini mampu mendengarnya. "Nii-san kapan kau pulang.."

.

.

oOo

.

.

"Oh shit! Aku lupa mempunyai janji dengan Sakura-chan!" pria keturunan Jepang – Amerika ini dengan segera meraih jaketnya yang tersampir di kursi tempatnya 'bermain' dengan teman-temannya. Bibirnya berkomat-kamit menyumpah serapahi dirinya yang mungkin akan semakin membuat kekasihnya itu marah, hubungan mereka sudah diambang batas, dan yang menyebabkan ini semua adalah dirinya sendiri tapi dia tidak pernah sekalipun mencoba untuk memperbaikinya. Dia merasa dirinya tidak pantas untuk perempuan seperti Haruno Sakura—

Deg, kakinya berhenti berjalan. Dia memandang pintu yang baru saja dilewatinya, mata shappire blue miliknya mendadak menjadi gelap. Raut wajahnya mengeras, "ya, untuk apa aku pergi kesana? Aku, si pria gagal, tidak pantas untuk bersanding dengan gadis seperti Sakura." Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum getir dan kembali masuk untuk 'bermain' dengan teman-temannya lagi, tanpa memikirkan bagaimana keadaan sang gadis yang tengah menunggunya hampir dua jam lamanya. Tanpa memikirkan bagaimana sabarnya perempuan yang sangat mencintainya itu.

Melihat sosok pria bule kembali berkumpul bersama mereka, banyak yang bersorak sorai penuh kebahagiaan karena tambang uangnya tidak jadi pergi. Naruto, dia memang menyadari bahwa selama ini dia menjadi atm berjalan untuk teman-temannya tapi selama mereka tetap bisa membuat dirinya melupakan seluruh kepenatannya, it's okay! Pewaris Uzumaki dan Namikaze Enterprise ini benar-benar belum bisa membuat kedua orang tuanya yakin untuk menyerahkan perusahaan raksasa mereka pada putera yang satunya ini. Hanya Menma Namikaze, saudara kembarnya yang selama ini berhasil menangani perusahaan milik orang tua mereka.

Bukannya Naruto tidak menyadarinya bahwa dirinya semakin jauh dari orang-orang yang disayanginya terutama dari kedua orang tuanya semenjak dia menolak untuk meneruskan bisnis perusahaan mereka, dia sadar, teramat sangat sadar. Tetapi dia tidak ingin menggunakan uang kedua orang tuanya. Percuma gelar Doktor yang diraihnya itu bila tidak digunakan dengan semestinya, itulah pemikiran seorang Naruto Uzumaki, sang Ahli Hukum yang hampir berhasil mendapatkan jabatannya sebagai Mahkamah Agung harus pupus, sirna begitu saja karena seorang pewaris Uchiha Enterprise—perusahaan pemegang saham terbesar di Jepang dan Asia serta beberapa perusahaan di Eropa— yang sekaligus menjabat juga sebagai Jaksa dengan kecemerlangan otak para Uchiha, membeberkan keburukan dirinya pada media sebagai seorang yang pecandu obat-obatan yang tidak layak untuk menjadi seorang Hakim Agung.

Tentu saja berita itu tidak benar—kebenarannya tidak separah yang diberitakan—, dia tidak bisa membela dirinya karena sialnya orang tua Naruto tidak mau membantu, mereka memang tidak menginginkan anaknya itu untuk menjadi Hakim. Mereka menginginkan otak cerdas anaknya untuk memimpin perusahaan mereka bersama dengan saudara kembarnya, Menma Namikaze.

Meskipun dia seorang ahli hukum yang terpandang, derajatnya turun drastis setelah pemberitaan tersebut, tidak ada yang bisa membantunya dan dia tidak bisa membela dirinya. Perlahan client miliknya menjauh dan tidak lagi mempercayai dirinya sebagai seorang lawyer. Kebaikan segunung miliknya mampu diruntuhkan hanya oleh setetes keburukan yang terlalu dilebih-lebihkan. Dia hanya seorang pemabuk, tidak sampai obat-obatan apalagi narkoba! Dia orang yang mengerti hukum, tidak mungkin melanggar hukum yang sangat dihormatinya. Tetapi pandangan masyarakat terhadapnya sangat mempengarui karirnya.

Sampai pada titik di mana status darahnya yang bukan murni pribumi, bukan asli keturunan Jepang menjadi permasalahan besar. Dia dicap sebagai anteknya Amerika untuk mengambil alih kekuasaan Jepang dengan menjadi Hakim Agung negeri matahari itu. Tetapi, dia merasa bersyukur karena bunganya selalu menyemangati dirinya, selalu memberikan makanan sehat untuknya agar terhindar dari depresi dan tekanan mental akan musibah yang sedang dihadapinya ini, tapi perlahan perlakuan serta kebaikan gadisnya membuatnya risih.

Bukan apa-apa, Sakura Haruno adalah dokter muda yang sangat berbakat dan memiliki paras wajah yang elok, walaupun saat ini statusnya masih magang, tetapi cepat atau lambat dirinya akan menjadi orang yang hebat, sangat berbeda dengan Naruto Uzumaki. Cepat atau lambat seluruh masyarakat akan mengunjing kehidupan pribadinya juga, yang secara langsung akan merusak reputasi kekasihnya. Itulah yang membuat Naruto Uzumaki menjadi pribadi yang berengsek, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang berengsek 'kan? Fine! Aku akan mengabulkannya untuk kalian, sialan!

.

.

oOo

.

.

"30 persen adalah saham terbesar yang kami tawarkan untuk kalian, Uchiha. Tidak pernah ada sekalipun perusahaan lain yang kami berikan kesempatan untuk menanam modal sebesar itu di Sabaku Group. Tanda tangani di sini, atau aku akan lebih memilih perusahaan Uzumaki untuk mengisinya." Sabaku Gaara, jangan remehkan usianya yang baru menginjak 25 tahun. Walaupun usianya terbilang sangat muda, justru itu kelebihannya.

Dia benar-benar bisa membuat perusahaan besar seperti Uchiha Enterprise terdiam membisu. Uzumaki adalah perusahaan saingannya dibidang Industri, meskipun untuk beberapa bidang mereka bekerja sama namun tetap saja. Mereka tidak lebih dari rekan bisnis yang sama-sama bersaing untuk menjadi lebih unggul.

"Hn. Baiklah" Sasuke, si bungsu Uchiha yang saat ini tengah bersaing ketat dengan pewaris-pewaris Uchiha lainnya meskipun saingan terberatnya adalah kakak kandungnya sendiri. Pada akhirnya rencana untuk mendapatkan 45 persen saham di Sabaku Group gagal total, kehilangan 15 persen adalah suatu pukulan telak untuknya, sebelumnya dia tidak pernah gagal dalam mendapatkan saham diperusahaan-perusahaan yang sedang berkembang, yang sedang banyak-banyaknya membutuhkan dana. Tapi sialnya, dia tidak ingin mangsanya ini jatuh ke tangan Uzumaki Enterprise yang saat ini sedang berada di tangan dingin seorang Menma Namikaze.

.

.

Membuka layar handphonenya, hatinya berdetak tidak karuan saat dia menyadari bahwa dirinya belum membalas pesan kekasihnya sama sekali, bahkan seharian ini dia belum memberikan kabar apapun pada Hinata. Bukannya memberikan kabar yang Sasuke lakukan saat ini, tapi dia justru berjalan menuju depan kafe minimalis namun suasananya mampu memberikan ketenangan untuknya, terutama menu minuman yang disediakan di kafe itu.

Bruk!

Mata hitam kelam seperti malam tak berbintang itu menatap tajam sosok yang tengah ditabraknya, hei! Jangan salahkan aku, salahmu sendiri kenapa memiliki badan kecil. Ingin Sasuke menyumpah serampahi perempuan yang tengah ditabraknya hingga mengakibatkan beberapa barang milik si perempuan berhamburan di bawah kakinya. Si perempuan tidak menggubrisnya sama sekali, tidak membentaknya ataupun meminta pertanggungjawaban seperti 'ambilkan barang-barangku' atau apapun itu yang normalnya perempuan lakukan.

Tapi, si gadis yang ternyata memiliki surai merah muda ini malah memunguti barangnya sendiri bahkan sepertinya tidak sudi untuk memandang siapa yang telah menabraknya. Belum sempat si perempuan melangkah lebih jauh, Sasuke melihat sebuah benda persegi tergeletak di dekat kakinya yang ternyata sebuah ID CARD. "dr. Haruno Sakura, ID Card anda." Langkah si gadis terhenti, dia membalikan badannya hingga kini mereka dapat bertatapan wajah secara langsung. Sasuke terdiam dibuatnya, gadis ini.. dia seperti terasa familiar untuknya. Tidak ada semburat merah menghiasi wajahnya yang biasanya perempuan-perempuan lain lakukan tatkala melihatnya, Sasuke cukup tertegun dengan wajah datar si perempuan yang seakan tidak tertarik pada pesonanya.

"Ah terima kasih." Jawab Sakura seadanya, seakan benar-benar tidak terjerat akan pesona sang Uchiha bungsu ini. Lagipula, memang apa yang kau harapkan, eh Sasuke?

"Maaf sudah menabrakmu." Sebuah penghargaan patut diberikan pada Sakura, si dokter muda ini mampu membuat seorang Uchiha Sasuke mengatakan permintaan maaf untuk kesalahan yang awalnya tidak diakui olehnya, meskipun ucapan maaf darinya tidak terdengar tulus tapi itu sudah suatu kemajuan untuk sosok Sasuke. Sasuke mengepalkan tangannya ketika tidak mendapatkan respon apapun dari si gadis, dia berjalan membelakangi Sakura masuk kedalam kafe. "Tsk." Dengus Sasuke ketika melihat punggung Sakura menjauh dari balik pintu kaca, benar-benar tidak tertarik pada pesona seorang Uchiha.

.

.

.

.

[Bersambung..]

.

.

Curhatan Author :

Maafkan saya yang sudah mem-publish lagi cerita baru :( padahal masih banyak utang fict yang belum diselesaikan wkwk. Entahlah ide cerita ini mengalir begitu saja, bahkan sampai terpikirkan dengan endingnya juga. Tadinya ingin membuat oneshoot, tapi tangan ini sudah tidak kuat untuk mengetik :'( Maklum, beberapa hari yang lalu baru selesai mengerjakan tugas Pengantar Ilmu Hitam—Hukum— sebanyak 3000 kata dengan 11 buku referensi, 7 lokal dan 4 asing T-T Alhamdulilah akhirnya libur telah tiba libur telah tiba~

Sukses untuk yang natalan, maaf sebelumnya tapi di Islam terdapat prinsip "agamamu, agamamu, agamaku, agamaku." Jadi tidak bisa mengucapkan "selamat" karena itu sama saja dengan ikut dalam merayakan natal. Toleransi umat beragama bukan dengan ikut-ikutan dalam perayaan agama lain, kan. Cukup menghargai mereka yang berbeda dengan kita agar mereka bisa merayakan perayaan agama dengan sukses. ^_^

Oh ya, akhirnya aku tahu apa yang harus kulakukan selama liburan panjang ini~ Kyaaaaa! Menyelesaikan utang-utang fanfic nyehehehehe...

JANGAN SEGAN-SEGAN UNTUK ME-REVIEW YAAAA!

Salam hangat,

Meris Shintia