Bukan Uke Biasa by Fu For Fujoshi

Naruto by.. Masashi Kishimoto

Pair: NaruSasu, NejiGaa, KakaIta, SuiSai, dan pair-pair tak terduga lainnya.

Warn: BL/Sho-ai, AU, OOC, Abal, yaoi implist, dll.

._._. X ._._.

Waktu baru menunjukkan pukul 1 dinihari saat aku terbangun dari tidur malamku. Aku menggeliat sedikit, membuat teman seranjangku jadi terusik. Seseorang yang kini sedang tidur di atas dada bidangku yang tak tertutupi sehelai kainpun, sama polosnya dengan pemuda di atasku ini.

"enng..." ia menggerakan-gerakan kepalanya, jemari lentiknya ia tautkan pada jemariku, ia memang sedikit terusik oleh gerakanku, tapi tak butuh waktu lama untuk malaikatku ini kembali tertidur. Apalagi, tanganku yang lain sedang mengelus punggungnya yang sehalus porselen.

"Tidurlah yang nyenyak sayangku.." kukecup puncak kepalanya setelah berujar seperti itu. Dan reaksinya sebagai jawaban atas kata-kataku adalah, jemarinya yang makin menggenggam jemariku erat, menyamankan diri dalam pelukanku.

Aku tersenyum, melihat pola si raven yang baru saja bercinta denganku. Aku sangat menyukai adikku ini.. tidak, bukan suka, tapi aku mencintai adikku. Dan aku tau ia juga sama. Buktinya, ia tidak pernah menolak berhubungan sex denganku, hampir ditiap malam. Aku senang dapat melihat wajah meronanya saat aku mulai "memanja'nya. Suara desah yang meluncur mulus dari bibir mungilnya. Dan wajah memohon saat aku coba menggodanya di tengah 'permainan' kami. Meski aku tau jika adikku juga pernah menunjukkan raut seperti itu pada orang selain aku. Tapi aku tidak peduli, karena sesungguhnya, sebagai kakak, akulah orang yang dapat memiliki diri, hati, dan tubuhnya seutuhnya. Memiliki seorang Uchiha Sasuke dalam hidupku.

.

.

.

Pagi ini, giliranku yang membuat sarapan. Aku sengaja tidak membangunkan malaikatku karena sekarang adalah hari minggu.

Saat aku sedang memotong sayuran, tiba-tiba sepasangan lengan putih memelukku dari belakang.

"Ohayou.. Itachi-san.." tak perlu berbalik untuk mengetahui siapa sosok yang sedang menyandarkan kepalanya di bahuku, aku hafal betul pemilik suara ini. Dia juga bagian dari hidupku. Anggota lain dirumah peninggalan ayah dan ibuku.

"Ohayou Ne-chan.. bagaimana tidurmu semalam, nyenyak?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari kegiatan memotong wortel menjadi cube ukuran kecil.

"huu.. aku tidak bisa tidur... semalam dingin sekali..." rengeknya manja.

Aku tersenyum, kuhentikan kegiatan potong-memotong sayur untuk melihat wajah merengutnya. Ku elus pipi halusnya, sebelum mengecup bibirnya. Lembut tapi menuntut.

"hmmp.." ia mendesah, menikmati tiap detik sesi ciuman kami. Oh sungguh sambutan pagi yang benar-benar luar biasa. Melihat wajah di depanku merona menikmati permainan lidah kami, membuatku gembira. Kutelusupkan jemariku ke dalam bajunya, dan mulai menyapu lekuk tubuh indah Hyuuga di depanku.

"enngh.. mmph.." kudengar ia mengerang, jemarinya ia gunakan untuk meremas rambut hitamku, saat aku menggelitiki lekuk tubuhnya. Lagi-lagi, aku terpukau oleh wajah merona khas para Uke, sampai suara lain muncul...

"Oi..Oi.. ini masih pagi, tapi kalian sudah membuat udara di dapur panas.." kulihat lelaki berambut perak keunguan muncul bersama orang lain yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Pemuda berambut hitam dengan mata onyx khas Uchiha. Dia adalah Sai, sepupuku dan Sasuke, sementara bocah berisik yang menganggu sesi ciumanku dan Neji adalah Suigetsu, kekasihnya yang sudah sebulan tinggal disini.

"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja?" celetuk Suigetsu sambil memakan yougurt dingin, pagi-pagi begini.

"Sudahlah Sui, jangan goda mereka. Jadi tidak kita jogging?" kudengar Sai berkata begitu.

"Tentu jadi Sai-koi.." keduanya pun berjalan beriringan meninggalkan dapur.

'Dasar..' umpatku. Kulihat Neji masih sedikit kesal karena acaranya diganggu, tapi mau bagaimana lagikan, diganggu oleh pasangan homo lain di rumah ini memang hal biasa.

"Neji.."

"Ya.." jawabnya ketus.

"Daripada kau merengut begitu, lebih baik kau membantuku menyiapkan sarapan, karena mungkin ada banyak bocah-bocah kelaparan yang akan bangun sebentar lagi," aku tersenyum mengingat adikku akan menjadi salah satu dari bocah kelaparan yang kumaksud.

"Uum.. baiklah.." Neji mulai mencuci tangannya sebelum mengambil beberapa tomat buah untuk dicuci, dipotong kecil dan diblender. Yup, tomat-tomat buah itu akan kuganakan untuk membuat Tomato Soup, appetaizer kesukaan adikku.

Itachi POV END...

.

.

.

Disinilah para penghuni rumah yang kebanyakan kelainan-penyuka sesama jenis- itu berkumpul. Meja makan di samping dapur.

"Uwaah.. baunya harum sekali.. Itachi-san memang pintar masak.." pemuda berambut silver, bermata violet itu mengusap-usap telapak tangannya, hidungnya mengendus-endus menghirup aroma wangi dari sup tomat buatan sepupu kekasihnya itu.

"Pantas saja Kakashi-san menyukaimu.." Sai mengiyakan pendapat Suigetsu sambil mengunyah makanannya.

Wajah Itachi memerah mendegarnya, tapi karena ia keturunan Uchiha, dia masih bisa menyembunyikan semburat itu dibalik topeng stoicknya.

"Mau dadar gulung Gaara? Aku yang buat lho," tawar Neji sedikit membanggakan diri.

Pemuda bermata seagreen, yang duduk disebelahnya hanya mengangguk, "Boleh..".

Segera, Neji mengambil satu gulung dadar dengan sumpit dan menaruhnya di atas piring Gaara yang kini wajahnya merona karena perhatian Neji.

.

.

.

"Ohayou minna.." seorang pemuda, berambut blonde acak-acakan muncul diantara mereka berlima.

"Pagi Naru, lho Sasuke mana?" tanya Itachi pada Naruto.

"Itachi-san aneh.. semalam yang tidur dengannyakan kau, kenapa tanya padaku.." sahut Naruto enteng.

"Maksudku, kau kan yang selalu membangunkannya.." Itachi tak mau kalah.

"Biar aku saja yang membangunkan dia.." timpal Neji. Di dalam otaknya sekarang ini, sudah melayang-layang pikiran mesumnya. Dimana ia dapat membangunkan Sasuke dengan cara 'unik'.

"Jangan.." perkataan Naruto otomatis membuyarkan pikiran ero Neji. "Biar aku saja, dia 'kan pacarku.." Naruto tersenyum rubah sebelum berlari menuju lantai dua, ke kamar Itachi.

"Ck," Gaara tidak sengaja mendengar suara decih Neji. Ia tau, pasti sekarang ini mod kekasihnya sedang tidak baik. Bayangkan saja, semalam ia menolak 'tidur' dengan Neji, dan lebih memilih 'tidur' dengan Naruto. Padahal kemarin adalah malam yang sangat pas untuk bercinta.

"Neji.."

"Apa?" jawab Neji ketus.

Gaara menghela nafas berat, ia paling benci melihat Neji sedang ngambek. Gaara segera membingkai pipi putih Neji, menyuruh pemuda berambut coklat ini menatap padanya.

Belum sempat Neji melayangkan protes, Gaara sudah memagut bibirnya dalam sebuah ciuman. Kalau kau bukan Suigetsu, Sai atau Itachi, pasti kau sudah mimisan melihat adegan hentai pagi-pagi begini. Tapi karena yang menyaksikan adalah mereka, jadi mereka tidak begitu kaget dengan adegan-adegan macam itu.

"hmmn.." Gaara yang mencoba menginvasi rongga basah Neji malah balik di dominasi. Maklumlah, karena ia adalah Uke Hyuuga Neji yang selalu kalah dan takluk pada pesona pemuda itu.

"Mau.. menikmati 'dessert' spesial Neji?.."

"Boleh juga.." Neji menyeringai, mencengkal tangan putih Gaara dan mengajaknya pergi meninggalkan meja makan.

Beberapa detik setelah mereka pergi, Suigetsu menatap Sai mesum, "Sai..." desahnya menggoda.

"Tidak!" balas Sai tegas. Ia sudah hafal seperti apa sifat pacarnya.

"Tapi.." Suigetsu berpuppy eyes, berharap kekasihnya berubah pikiran.

"Ti-dak!" lagi-lagi Sai menolak.

"Bhuu! Pelit!" Sai hanya menghela nafas berat melihat sikap kekanakan si perak.

Dan Itachi, dia lebih memilih untuk membereskan piring kotornya daripada melihat si double S bertengkar.

._._. X ._._.

Tempat berbeda dan di waktu yang sama, terlihat si pirang Naruto, sedang berjalan menuju kamar Itachi...

Naruto's POV...

Ckleek

Aku membuka pintu kayu bercat coklat di hadapanku. Bola mata biruku menyusuri ruangan berdominan putih.

"Hn?" pupilku mengecil melihat siapa yang sedang tidur diatas king size dengan posisi menggoda. Yup, menggoda, tentu saja. Karena saat itu, kulit putih bersihnya yang terekspos nampak makin cerah saat sinar matahari mengenainya. Wajahnya begitu manis dan damai saat tidur.

Aku berjalan mendekatinya, merangkak naik ke atas tubuhnya , tapi.. sebisa mungkin aku tidak ingin membuatnya terbangun. Kugunakan kedua sikuku untuk menopang tubuhku. Aku tersenyum. Menyeringai tepatnya. Kulihat dari dekat wajah manis Sasukeku nampak begitu sempurna. Pipinya sedikit tembem, kulitnya halus seperti kapas, bulu matanya lentik layaknya anak perempuan. Dan lihat bibir mungilnya, merah dan ranum, sangat cocok untuk dicium.

"nngh..." aku kembali menyeringai melihat kepalanya bergerak-gerak. Perlahan-lahan, ia mulai membuka mata.

"Pagi 'Suke.." aku menyapanya lembut.

"..Ruto?.." kudengar ia bergumam, ow.. manis sekali wajahnya saat bangun tidur. "Kenapa kau.. disin-" aku memotong perkataannya karena aku buru-buru meraup bibirnya. Menciumnya lembut. Kini kurebahkan badanku tepat di dadanya. Kedua tanganku kini menekan masing-masing sisi pipi Sasuke untuk memperdalam ciuman kami.

"hnng.." kudengar ia mengerang perlahan, tentu saja, karena aku sedang mengigit pengecapnya. Kubuka kelopak mataku yang sedaritadi terpejam hanya untuk melihat air mukanya yang kini dipenuhi rona pink.

"ahh.. haa.. Dobe!.." begitu aku menyudahi ciuman kami, dia segera menarik nafas dalam-dalam.

"Itu adalah ciuman selamat pagi untukmu, Teme.." godaku, sambil menjatuhkan kepalaku tepat disamping wajahnya, kugunakan jari-jariku untuk menyapu dada bidangnya. Sesekali kukecup pelipis dan pipinya, memenuhi hidung dan pikiranku dengan aroma khas seorang Sasuke.

.

.

.

"Kemarin kau 'main' dengan Itachi-san berapa lama?" tanyaku yang kini berubah posisi menjadi dibawahnya. Membiarkan Sasuke-ku, menyandarkan kepalanya di dadaku. Ehem.. sekarang ini, aku sudah sama-sama polosnya dengan Sasuke. Dan hanya selembar bedcover saja yang menutupi tubuh bagian bawah kami.

"Tidak tau.." jawabnya lemah, matanya nampak sayu dan terlihat lelah. Ya.. tentu saja, tiga jam yang lalu aku baru saja 'memanja'nya. Mengajaknya menuju dunia baru yang putih bersih tak bernoda.

"..kau sendiri, berapa lama kau 'memanjakan' Gaara?" tanya Sasuke dengan nada mengintimidasi.

"Uum.. yang jelas, 'permainan'ku dan dia berbeda dengan cara 'permainan' kita.." kubelai rambut ravennya, agar ia makin menyamankan diri dalam pelukanku. Tak ada balasan atas kata-kataku barusan. Hingga menciptakan keheningan diantara kami berdua. Sampai akhirnya, akulah yang lebih dulu buka suara...

"Sasuke.." dia masih diam. "Sas..." sudut bibirku terangkat saat mendengar dengkuran halusnya. Saat aku mengangkat kepalaku, aku benar-benar yakin, jika Sasuke memang sudah tertidur.

"Selamat tidur.. my lovely.." setelah mengecup puncak kepalanya, aku ikut memejamkan mata dan tidur bersamanya.

Naruto's POV END...

._._. X ._._.

Pukul 18.23 saat para penghuni rumah megah peninggalan Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto, berkumpul di meja makan untuk makan malam.

Pemuda berambut raven, nampak beringas melahap makanan di piringnya, tanpa peduli pada pandangan heran yang lain.

"Pelan-pelan makannya Ototou.." Itachi menepuk pundak adiknya perlahan.

Sasuke menoleh, menatap Itachi dengan pandangan tidak suka, "Kau tau 'kan, daritadi pagi aku belum makan apa-apa.." balas Sasuke. Ia mengerucutkan bibirnya, sementara pipinya sedang dipenuhi makanan nampak menggelembung. Itachi terkikik melihat ekpresi lucu adiknya yang sedang belepotan nasi.

Ia mengambil selembar napkin, mengelap sudut bibir Sasuke yang duduk di depannya, "..aku tau, tapi sopanlah sedikit, my lovely Ototou.."

Wajah Sasuke memerah, ia yakin jika ia sekarang menjadi pusat perhatian karena cara makannya yang seperti orang yang kelaparan.

"Huuh, Itachi-san selalu saja mendahuluiku.." celetukan Naruto itu membuat duo kakak beradik itu menoleh "Kalau saja aku lebih cepat, pasti aku yang akan menghapus sisa nasi di bibir Sasuke, dengan lidahku.. ow.. itai 'Suke.." pemuda pirang itu meringis kesakitan saat Sasuke mendaratkan jitakannya tepat di ubun-ubun Naruto.

"Pervert.." geram Sasuke, tapi ia yakin, kalau wajahnya sekarang ini sudah semerah tomat yang disiapkan kakaknya untuk pencuci mulut.

NejiGaa, SuiSai, hanya dapat menarik sudut bibit masing-masing karena keribut kecil di meja makan.

.

.

.

Bruugh

Sasuke mendudukkan dirinya di atas empuknya sofa ruang tamu, dan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

"Tumben kau belum tidur? Sasuke.." Neji yang sedaritadi sudah menempati kursi kosong di sofa itu, mulai buka suara.

"Belum ngantuk.." Sasuke menjawabnya singkat.

Neji yang sedang menyaksikan film tengah malam, menatap Sasuke yang sedang memejamkan mata, lalu ia berujar, "Mau ku'bantu' untuk tidurkah?" tawar Neji.

Sasuke membuka matanya, lewat sudut matanya, ia melihat ke arah Neji yang sedang tersenyum genit padanya, "dasar mesum," dengusan Sasuke itu malah membuat Neji terkekeh geli.

"Apa?" Sasuke menatap Neji kesal. Ia sedikit tidak terima karena merasa jika tawa Neji itu terkesan menghina.

"Kemarilah.." Neji menepuk-nepuk, tempat kosong di sebelahnya, mengintrupsi Sasuke yang berada di single sofa pindah dan duduk di sampingnya.

Sasuke mengikuti gerakan tangan Neji, lalu berdiri dan menuruti komando pemuda beriris lavender itu.

Neji mengecup pelipis Sasuke, saat pemuda itu menyandarkan sebagian tubuhnya di dada bidangnya. Dan mendudukkan diri diantara kedua kakinya yang sedang selonjoran diatas sofa.

"..kau sendiri, kenapa belum tidur?" tanya Sasuke sambil memejamkan mata, saat itu ia ingin menghirup aroma mint yang menguar dari tubuh Neji. Aroma yang berbeda dengan yang selalu dipakai Naruto dan Anikinya. Aroma khas Hyuuga Neji.

"Karena tidak ada yang menemaniku tidur.." balas pemuda itu enteng. Telapak tangannya yang halus sedang membelai pipi Sasuke, sedang tangan kirinya mulai menelusup ke dalam T-Shirt biru Sasuke, meraba perut datar bungsu Uchiha.

"Gaara kemana?" tanya Sasuke, sesekali ia menahan nafas agar tak mengeluarkan desah saat jemari Neji yang dingin bermain di sekitar pusarnya.

"Dia sedang ingin sendiri.." jawabnya singkat.

"Ow.. hnnm.." Sasuke menggigit bibir bawahnya saat jemari Neji menekan salah satu putingnya. Membuat tubuhnya berdesir aneh.

"Neji.. ahh..." Sasuke mengatupkan bibir dan kelopak matanya erat-erat saat lidah Neji menjilat dan mulai mengulum cuping telinganya. Meraupnya dan menggigit kecil disana.

"Neji.. jangan, enngh.. aah..." tubuh Sasuke bergetar sedikit saat jemari Neji mulai bermain di daerah selakangannya, menari-nari sejenak di pahanya, sebelum meremas milik Sasuke yang sudah menegang di balik celana panjangnya.

"Tapi.. yang satu ini berkata lain 'Suke.." goda Neji dengan suara yang dibuat se-sexy mungkin. Sasuke tak membalas, ia sibuk menahan dirinya agar tak mengeluarkan erangan.

"Mau, kita lanjutkan dalam kamar 'Nona'?"

Sasuke membuka kelopak matanya, nampak menimbang-nimbang.

Kemudian ia berujar, "Ba-baiklah.. tapi satu ronde akh.." Sasuke terhenyak karena dalam gerakan cepat Neji sudah menggendongnya ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam kamar milik pemuda berambut coklat panjang itu. Begitu sampai dalam kamar, yang terdengar hanyalah, suara kecipak, rintihan, desah, dan erangan yang meluncur secara berurutan dan bergantian dari bibir SasUke.

._._. X ._._.

Matahari terasa begitu cepat sekali terbit, setidaknya itulah yang Neji pikirkan sesaat setelah bangun dari tidurnya.

"Hoaah.." ia menguap lebar, sebelum melirik ke arah seorang pemuda yang tertidur dengan posisi terkelungkup di balik bedcover warna lavender miliknya. "..'Suke.. bangun, sudah siang, hari ini kau sekolahkan.."

"nng.." ia bergumam tidak jelas dan makin merapatkan selimutnya.

"Hey... Sasuke, bangun.." Neji terus mnengguncang-guncangkan bahu pemuda itu.

"Ck.. kuso.." pemuda itu akhirnya membuka mata, ia menyambut ucapan selamat pagi Neji dengan decih dan umpatan.

"'Suke.. tidak baik berbicara seperti itu, sudah ayo mandi. Ow.. apa kau ingin aku 'memandikan'mu?" Neji mulai lagi.

"Brengsek, semalam kau sudah 'mengerjai'ku sampai tiga ronde, Pervert!" Neji hanya tersenyum mendengar ia dihina oleh kekasih Naruto itu.

"Kau sendiri tidak menolakkan saat aku melakukannya?" wajah Sasuke kontan memerah.

"huh!" Sasuke melengos, ia berdiri dan berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Yah, sakit dibagian bawah tubuhnya memang sangat tidak tertahankan, karena 'permainan' Neji yang memang sedikit liar.

.

.

.

"Sasuke, aku titip bekal ini untuk Kakashi-san ya!" Itachi memberikan satu kotak bento pada adiknya yang akan memasuki mobil.

"Tidak mau," tolaknya.

Kepala Itachi berkedut, kesal pada kata-kata adiknya, ia menarik nafas sejenak dan menghembuskannya. Dan, dia berkata, "Berikan ini, atau kupotong jatah tomatmu selama seminggu..." ancam Itachi dengan smirk-nya yang membuat Sasuke merinding.

Dengan berat hati Uchiha bungsu itupun menerimanya, dan dengan langkah geram ia masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan gerbang dimana sudah berada Gaara dan Naruto di dalam mobil sedan hitam tersebut.

"Kami berangkat dulu Itachi-san.." Naruto nyengir, dan segera melajukan mobil itu. Yah, hari ini dia yang menyetir.

"Kau 'main' berapa ronde dengannya Sasuke?.." seagreen Gaara menatap Sasuke yang mencoba menyamankan kepalanya di atas pahanya. Saat itu, Sasuke memang merebahkan tubuhnya di atas jok, maklumlah, ia masih merasa lelah dan ngantuk.

"..tiga," balas Sasuke. "Kekasihmu itu brengsek sekali, aku sampai capek.." ia memejamkan mata sambil mengumpat-umpat dan mengutuki Neji.

"Kau masih mending, biasanya dia akan 'main' denganku sampai lima ronde tau," Gaara mengelus-elus rambut Sasuke. Naruto yang menyetir jadi tidak bisa konsentrasi karena pacarnya sedang bersama pemuda lain.

"Tidurlah, nanti kalau sudah sampai sekolah aku akan membangunkanmu!" ia mencium bibir Sasuke, dan Sasuke membalas ciuman itu. Sampai akhirnya, ciuman mereka terhenti karena mendengar teriakan frustasi Naruto.

"CURAAAAANG... CURANG-CURANG! SEHARUSNYA AKU YANG ADA DISITU, DAN MENCIUM SASUKE, GAARA! DAN KAU ADA DISINI MENYETIR.." ia merengek-rengek tidak jelas karena Gaara sudah merebut posisinya.

Tapi Gaara tak menyahut, dia hanya menyeringai, puas karena membuat bocah pirang itu cemburu.

"Bhuu.. awas saja kau!" umpat Naruto, ia akhirnya kembali konsentrasi pada kemudinya, setelah dihadiahi jitakkan keras oleh Sasuke tepat di kepalanya. Bagaimana ia tidak dijitak, Naruto sudah menganggu acara ciuman pengantar tidurnya. Tentu saja ia sangat kesal.

.

.

.

Setiba di sekolahan, ketiganya berjalan berlawanan arah, GaaNaru berbelok ke kanan dan naik ke lantai dua, sementara Sasuke ke koridor sebelah kiri, langsung menuju ke kelas 11-A, tapi karena ia teringat pada titipan Itachi ia memilih untuk ke ruang guru terlebih dahulu.

"Selamat pagi.." Sasuke mengetuk pintu beberapa kali, sebelum masuk ke dalam.

"Oh, Sasuke-chan ya," kening Sasuke berkedut karena pria paruhbaya di depannya memanggilnya dengan embel-embel 'chan' yang sangat ia benci. Untung saja ia diajari Sai untuk tersenyum palsu disegala kondisi, jadi dia dengan sabar membalas ucapan guru Matematikanya itu dengan senyuman lebar.

"Kakak menitipkan ini untukmu, Sensei.." ia mengeluarkan sekotak bento dan memberikannya pada Kakashi.

"Waa.. maaf sudah merepotkanmu ya, Sasuke-chan.." Kakashi, pria bermasker itu menerima kotak bekal itu dengan suka cita.

"Uum, sudah ya Sensei, saya harus kembali ke kelas.." ia tersenyum dan keluar meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Sasuke berjalan meninggalkan ruang guru, karena sakit perut ia memutuskan untuk ke toilet lebih dulu.

"haa..." Sasuke mencuci tangan begitu selesai dengan ritual menabungnya. Bel baru saja berbunyi, lima menit yang lalu. Tapi Sasuke tidak peduli karena jam pertama hari ini diisi oleh pelajaran Sastra Jepang, yang diajarkan oleh pamannya sendiri, Uchiha Obito.

Baru saja beberapa langkah ia keluar dari toilet, seeorang yang ntah siapa, tiba-tiba memukul tengkuknya keras.

"Agh..." dan tak butuh banyak waktu untuk membuat Uchiha muda itu tak sadarkan diri. Seorang siswa yang sedang membawa pemukul, menyuruh rekannya untuk segera menggendong dan membawa Sasuke pergi dari tempat itu.

._._. X ._._.

Dan, disinilah Sasuke sekarang. Terbaring pasrah, dengan posisi terlentang tanpa busana di atas tempat tidur yang terbuat dari besi dan terkesan jauh dari kata empuk dan nyaman, karena benda itu lebih cocok disebut meja. Masing-masing tangan dan kaki Sasuke dipasangi rantai yang sudah diikatkan pada kaki meja. Mata Sasuke ditutupi oleh sehelai kain warna emas.

Tiba-tiba, seorang pria berambut hitam muncul dengan seringainya. Ia mendekati Sasuke, mengangkat dagu mungilnya, lalu ia berujar, "Akhirnya.. aku dapat membalas dendam.. Tuan Muda.." ujar pria itu, ia menjulurkan lidahnya, menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. Orang itu merendahkan wajahnya, lidahnya terjulur dan mulai menjilat pipi dan bibir Sasuke penuh nafsu. Membasahi wajah tampan itu dengan salivanya.

"Orochimaru-sama," pria yang dipanggil Orochimaru itu menoleh ke belakang, melihat pengikutnya yang berambut perak berkacamata minus bundar.

"Ada apa?"

"Semua sudah siap, tinggal menunggu bocah itu sadar," pemuda bernama Kabuto itu menaikan sedikit kacamatanya. Orochimaru tersenyum jahat, melihat peralatan yang ada dimeja dorong belakang Kabuto.

"Baguslah kalau begitu.." pria yang tidak diketahui berapa usianya itu, membalik badannya untuk menatap Sasuke dari ujung rambut sampai ujung kaki.

'Sebentar lagi, dendammu akan aku balaskan anakku, kau jangan khawatir..' pikirnya.

Yah, dia, orang bernama Orochimaru itu memang menaruh dendam pada Sasuke, atau lebih tepatnya pada ayahnya, Uchiha Fugaku.

20 tahun yang lalu, Orochimaru memiliki seorang anak perempuan. Anak gadisnya sangat mencintai Fugaku, begitu pula sebaliknya. Hubungan keduanya lancar-lancar saja, sampai hari itu tiba. Hari dimana Fugaku, merenggut keperawanan anaknya. Anak perempuan Orochimaru hamil tak lama kemudian. Ketika itu, anaknya meminta Fugaku bertanggung jawab, dan Fugaku menyanggupinya. Tapi belum sempat mereka menikah, ternyata Fugaku sudah lebih dulu dinikahkan dengan Mikoto ibu Itachi dan Sasuke.

Anak Orochimaru depresi berat setelah itu, Orochimaru berusaha membuatnya bangkit, atas luka hati karena hamil diluar nikah dan dikhianati oleh orang yang berjanji banyak padanya. Tapi, berkali-kali Orochimaru berusaha membuat anaknya yang stres berat itu untuk bangkit, dan mulai menjalani hidupnya dari awal. Tapi, anak perempuannya tetap saja seperti itu. Dan akhirnya, satu-satunya keturunan Orochimaru itu meninggal tak lama setelah melahirkan, dan anak yang dilahirkan ternyata juga tak dapat bertahan hidup lama karena kelainan pada paru-parunya. Sejak saat itulah, Orochimaru menaruh dendam pada Uchiha Fugaku sekeluarga. Ia terus mencari cara agar ia dapat membalas dendam anaknya. Tidak hanya itu, ia menyuruh beberapa suruhannya untuk terus mengawasi Fugaku sekeluarga.

10 tahun yang lalu saat ia mendengar berita jika kedua anak Fugaku adalah laki-laki, niat untuk membalas dendam dengan cara yang seperti Fugaku lakukan pada putrinya menguap ntah kemana. Niat balas dendamnya lenyap sudah. Tapi.. beberapa tahun setelahnya, sebuah ide gila muncul di otaknya. Dan sejak itupula, ia mulai melakukan penelitian dan percobaan Manusia. Apapun untuk mencari suatu cara untuk membuat anak dari Uchiha Fugaku menderita. Dan semuanya sampai pada hari ini...

"Hahaha... Uwahahaha.. Akhirnya.. aku bisa membalaskan dendam anakku.." Orochimaru tertawa, tawanya terdengar menggema di ruangan yang minim penerangan itu. "Sebentar lagi.. kau akan merasakan seperti apa penderitaan anakku Fugaku, aku akan membuat bocah ini menderita seperti anak gadisku.. lihat saja.." Orochimaru lagi-lagi lagi menjilat bibir bawahnya. Tidak sabar menunggu Sasuke untuk segera siuman.

._._. X ._._.

TBC

._._. X ._._.

Langsung direview aja ya, no flame tapi... *nyumpel hidung pake daun sirih dan ngacir entah kemana*…