Venus

Original Story by Phoebe

Starring:

Kim Jongin (GS) & Oh Sehun

with Park Chanyeol

Summary:

Jongin adalah sang venus dan Sehun adalah diplomat muda yang brengsek. Sehun yang membenci komitmen dan Jongin yang benci berbagi apa yang telah menjadi miliknya. Dan mereka berdua di satukan oleh sebuah tradisi kolot bernama perjodohan.

.

.

This is a remake novel by Phoebe with the same tittle.

.

.

.

~ Happy Reading ~

.

.

.

Prolog

Japan, As Beginning

.

.

Sehun menguap beberapa kali sambil menggosok-gosok hidungnya yang tersumbat. Ini hari pertamanya bangun pagi semenjak dirinya berkuliah di Todai, terlalu pagi untuk mengingatkanya mengamankan Minseok dari peloncoan teman-temanya sebagai seorang mahasiswa baru.

Ini adalah tahun terakhirnya dan tahun pertama Minseok di kampus. Sebagai seorang sahabat, mustahil bagi Sehun menolak permintaan Luhan untuk menjaga pacarnya yang temperamental itu.

Meskipun selama lebih dari tiga tahun Minseok sudah mendapatkan perawatan intensif tentang Alzheimernya, Sehun masih meragukan kalau Minseok sudah berubah.

Demi Tuhan dia tidak takut kalau terjadi apa-apa pada gadis itu, Sehun lebih takut bila Minseok yang melukai orang lain seperti yang seringkali di lakukanya di sekolah.

Sehun sudah yang kedelapan kali melirik Swiss Army-nya dan Luhan baru saja datang lengkap dengan topi dan kaca mata hitamnya untuk mengantar Minseok ke kampus.

Sebagai selebriti terkenal, Luhan mungkin sedang berusaha menyamar. Tapi bagi Sehun, Luhan malah lebih terlihat sangat mencolok. Kaca mata hitam berbingkai tebal dan jaket denim lusuh rasanya cukup bisa untuk membuatnya terlihat berbeda seperti yang di lakukanya dulu untuk bisa masuk ke sekolah asrama dan mengejar-ngejar Minseok si pujaan hatinya itu.

"Bagus sekali. Aku tidur sangat sedikit semalam dan harus bangun pagi karena menunggu kalian." Sehun menggerutu, Luhan dan Minseok datang dengan sangat terlambat daripada waktu yang mereka janjikan. Ia menguap sekali lagi, dan membayangkan kembali apa yang sudah di lakukanya tadi malam.

Bercinta dengan pacar baru setidaknya bisa membuatnya lebih semangat belajar. Hiburan yang baru di lakukanya beberapa tahun belakangan saat ia menyadari betapa banyak gadis-gadis di kampus yang menyukainya.

Di asrama Sehun tidak pernah melihat perempuan lain selain Kim Minseok dan Kakak perempuanya, Oh Joonmyun yang merupakan guru di asrama itu.

"Maaf, aku harus menghindari beberapa orang wartawan untuk membuat Minseok aman." Luhan berusaha membela diri, sebelah tanganya masih menggandeng erat tangan Minseok sejak mereka keluar dari dalam mobil dan sekarang berakhir di salah satu tangga kampus dimana Sehun duduk dengan tenangnya.

"Memangnya kenapa kalau Minseok di lihat wartawan? Kau takut kalau semua wartawan cidera karenanya?" Tanya Sehun dengan menyebalkan.

"Jangan sampai aku memukulmu Senpai*." Minseok mengerang. Sedangkan Luhan hanya tertawa ringan, dia sangat hapal kalau Sehun dan Minseok adalah rival yang seringkali berdebat dan bahkan beberapa kali dengan brutal Minseok melukai Sehun. Tapi hanya Sehun yang paling paham dengan Minseok bila di bandingkan dengan dirinya.

[Senpai = Senior dalam bahasa Jepang.]

"Aku hanya ingin merahasiakanya beberapa waktu lagi sampai aku siap untuk mengumumkan siapa wanita yang paling ku cintai di depan publik." Ucap Luhan pelan.

Sekarang giliran Sehun yang tertawa keras. Ia sama sekali tidak bermaksud mengejek tapi perutnya selalu terasa seperti di gelitik setiap kali ada seseorang yang mengatakan kata cinta. Baginya cinta itu masih sangat misterius dan belum di temukan olehnya sekarang, atau mungkin oleh siapapun di dunia.

Semua wanita yang di kencaninya selalu mengatakan bahwa mereka mencintai Sehun, tapi ia tau kalau semuanya hanya kagum terhadapnya, menyukainya karena ia cerdas, tampan dan sangat di kenal.

Ya, mereka semua hanya mengagumi atau menyukai seseorang, lalu mencari-cari nama yang tepat untuk menyebut perasaan yang mereka rasakan itu hingga pada akhirnya cinta terpilih menjadi kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan mereka.

PLAKKK

Bunyi tamparan itu terdengar sangat nyaring hingga membuat telinga Sehun berdenging. Senyumnya memudar dan berganti dengan keheranan dengan apa yang sudah terjadi padanya barusan.

Baginya, di tampar oleh perempuan bukanlah hal yang asing, tapi di tampar oleh orang yang tidak di kenalnya membuatnya benar-benar shock.

Ia memandangi seorang gadis yang berdiri di hadapanya, rambut panjang bergelombang berwarna coklat dengan bola mata hitam pekat. Wajahnya sangat berbeda dengan wanita-wanita asia pada umumnya. Dia lebih tinggi di bandingkan dengan wanita Jepang manapun yang pernah Sehun temui.

Tapi melihat wajahnya, Sehun yakin kalau gadis itu bahkan belum berusia tujuh belas tahun. Lantas untuk apa dia datang ke kampus ini dan menampar Sehun?

Ini pertemuan pertamanya dan Sehun belum pernah melihat gadis ini sebelumnya.

"Hei, nona! Kau salah orang?" Sehun bertanya dengan nada biasa, ia masih bisa bersabar.

"Oh Sehun. Itu namamu kan?" Ucap sang gadis dengan tegas.

Mata Sehun mebesar. Gadis ini tau siapa namanya?

"Mahasiswa Ilmu Politik semester sembilan. Dua puluh tujuh pacar dalam setengah tahun. Mengencani hampir dua puluh lima perempuan di Todai termasuk mahasiswa dan dosen. Kau fikir kau ini siapa?" Ucap gadis itu lagi dengan berang.

"Apa maksudmu, dan kenapa kau menamparku?" Tanya Sehun dengan heran.

"Hei, tuan. Kau baru saja memutuskan hubungan dengan Lee Taemin kemarin sore, dan semalam kau sudah tidur dengan perempuan lain. Dimana tanggung jawabmu? Taemin sedang mengandung anakmu dan sekarang dia sekarat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri." Jelas gadis itu berapi-api.

Lee Taemin, jadi itu masalahnya. Sehun tergelak sinis. Memangnya kenapa ia harus berbuat seperti itu. Sehun tidak melakukanya secara paksa, wanita itu yang memintanya dan dia tidak mungkin menolak. Hanya laki-laki bodoh yang akan menolak dan perlu di ingat bahwa Sehun tidak akan melakukan seks tanpa izin dan kesukarelaan dari pihak lawan dalam hal ini adalah pasanganya.

Lagi pula Sehun bukan orang pertama yang melakukan itu kepada Taemin kan?

"Lalu kau mau aku melakukan apa? Aku harus menemuinya dan mengatakan kalau aku akan bertanggung jawab. Begitu?" Tanya Sehun.

"Yang perlu kau lakukan adalah pergi ke laut dan tenggelamkan dirimu sendiri. Laki-laki sepertimu lebih pantas mati." Ucap gadis itu setelah mendengus keras. Dengan langkah penuh amarah ia menjauh dan meninggalkan Sehun yang masih terperangah.

"Anak itu!" Sehun menggeram.

Ia mengumpulkan tenaga untuk berteriak. "Hei, nona. Kau ingin aku mati? Kau yang nantinya akan mati jika tidak bisa bersamaku."

.

.

Bab 1

London, delapan tahun kemudian

.

.

Harusnya makan malam kali ini berlangsung sangat romantis.

Sehun sudah mengatur semuanya dengan maksimal dan malam ini seharusnya ia melamar seorang gadis Korea yang merupakan rekan kerjanya di kedutaan besar Jepang di London.

Meskipun bukan seorang wanita yang Sehun cintai, tapi Kyungsoo adalah wanita yang sempurna dan membuatnya sangat bergairah.

Kyungsoo juga wanita yang sangat ideal untuk menjadi istri Sehun karena wanita itu bukan tipe yang pencemburu. Ia mengetahui kebiasaan buruk Sehun dan selalu memahaminya. Do Kyungsoo juga berasal dari keluarga baik-baik dan pasti akan di sukai oleh keluarganya.

Tapi sekarang semuanya tinggal rencana karena saat ini Sehun hanya bisa merasakan nyeri di pipi kananya karena Kim Jongin menamparnya tepat di depan Kyungsoo.

Ini sudah yang kedua kali dalam kurun waktu setahun terkhir dan kali ini sangat mengesankan karena mereka bahkan di potret oleh beberapa orang wartawan.

"Diplomat brengsek." Cacinya.

"Kapan kau akan berhenti melakukan hal ini kepada perempuan? Kau sudah menyengsarakan banyak wanita." Tambah gadis itu lagi.

Sehun mengerang.

Lagi? Baru sekitar dua bulan yang lalu ia terbebas dari skandal dengan seorang perempuan yang merupakan putri seorang pengusaha besar dan juga artis kenamaan di London.

Pada saat itu ia merasa akan segera berangkat kesurga setelah terbebas dari Kim Jongin.

Wanita ini, Tidak bisa di pungkiri sangat menarik. Meskipun gayanya sedikit maskulin dan keras, Kim Jongin memiliki tubuh yang sangat menarik bagi laki-laki manapun yang memperhatikannya. Apalagi yang hidung belang seperti Sehun.

Sehun seringkali berfikir yang tidak-tidak setiap kali ia bertemu dengan pengacara muda ini, tapi kekejaman kata-katanya membuat Sehun melupakan semua minatnya.

"Kali ini siapa? Aku akan menyelesaikanya!" Bentak Sehun.

"Kau tidak perlu melakukan hal seganas ini, Bukankah kau seorang pengacara?" Ucap Sehun lagi.

Jongin menggigit bibirnya geram. Sebagai seorang pengacara, akan lebih baik bila menyerang seseorang dengan kata-kata saja di pengadilan nanti.

Tapi untuk seorang Oh Sehun adalah sebuah pengecualian. Walau bagaimanapun Jongin yakin kalau dirinya tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menyerang.

Jika tidak sekarang, pada akhirnya Jongin hanya akan gigit jari karena kasus yang berkaitan dengan Diplomat muda itu tidak akan pernah sampai kepengadilan begitu saja. Semuanya akan selesai dengan damai dan wanita-wanita bodoh itu selalu bersedia memaafkanya entah dengan cara apa. Seorang Oh Sehun selalu medapatkan apa yang dirinya mau.

"Kau akan terima suratnya di apartemenmu besok." Kata Jongin pada akhirnya dan memilih pergi meninggalkan Oh Sehun dengan membawa kekesalannya.

Sehun masih mengelus pipinya beberapa kali sambil memandangi punggung Kim Jongin dengan perasaan kesal.

Tenaganya sangat luar biasa untuk seorang perempuan. Kalau saja Kim Jongin dan dirinya tidak bertemu dengan cara seperti ini, Sehun yakin dirinya akan sangat menyukai gadis itu.

Sebagai seorang pengacara fresh graduate yang di kenal kejam, seharusnya juga semakin menabah sisi menarik dari Jongin jika saja gadis itu tidak bermasalah denganya.

"Kau tidak apa-apa?" Kyungsoo menyapanya.

Sehun mengusahakan senyumnya yang tebaik. Meskipun Kyungsoo adalah orang yang paling mengerti dengan keberadaanya dan segala tingkah lakunya, ia tidak ingin Kyungsoo merasa kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja.

Persahabatanya dengan wanita ini di mulai sejak ia di tugaskan di London lima tahun silam. Sebagai lulusan terbaik dengan cumlaude di Todai memberikan jalan bagi Sehun untuk melanjutkan magister dimana saja yang pada akhirnya mengantarkanya pada jalan ini; menjadi diplomat muda yang tampan dan di cintai banyak wanita.

Ini bukan salahnya kan? Tapi mungkin hanya Kyungsoo (dan Kim Jongin tentunya) yang terlihat tidak begitu tertarik pada keunggulanya.

Tidak, Kyungsoo yang seperti itu. Kadang-kadang adakalanya Kyungsoo tidak begitu tertarik meskipun ia dan Sehun sering bersenang-senang, sedangkan Kim Jongin sepertinya lebih dari sekedar tidak tertarik, wanita itu sangat memusuhinya.

"Fine. Tenanglah, ini hal yang biasa." Jawab Sehun sambil memandang beberapa orang Security restoran yang tengah mengusir para wartawan yang terus berusaha memotretnya dari jendela kaca.

Sehun mendesah lelah. Besok pagi namanya akan menjadi topik pembicaraan hangat di surat kabar pagi dan mungkin dirinya tidak akan bisa keluar dari apartement untuk beberapa hari.

Ia harus menghubungi Chanyeol. Pengacaranya itu harus segera menyelesaikan semua kekacauan ini dengan anggun seperti biasanya.

"Oh, yaa. Apa yang ingin kau bicarakan tadi?" Kyungsoo bertanya lagi.

"Oh, tidak. Aku hanya ingin merayakan ulang tahunmu saja." Sehun berdehem berusaha menyembunyikan kekikukanya. Ini bukan saat yang tepat untuk menyampaikan lamaranya karena Kyungsoo pasti tidak menginginkan lamaran yang seburuk ini.

"Selamat ulang tahun." Tambah Sehun lagi.

Kyungsoo tersenyum cantik. "Kau memang laki-laki yang romantis. Sayang sekali semuanya terjadi seperti ini tapi kau cukup membuatku gembira. Aku juga punya kabar baik untuk dirimu." Jawab Kyungsoo.

"Benarkah? Apa?"

"Aku akan segera menikah."

Senyum Sehun tiba-tiba memudar. Kyungsoo akan menikah dan meninggalkanya?

Jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam ia bersyukur Kim Jongin datang tadi, setidaknya Jongin menghindarkanya dari sesuatu yang lebih memalukan daripada berdebat dengan pengacara kejam itu.

Kyungsoo akan menikah dan Sehun baru mengetahuinya? Diam-diam ia melirik ke jari manis Kyungsoo dan disana memang sudah melingkar sebuah cincin perak yang indah.

Kyungsoo akan menikah dengan siapa? Dia tidak perlu tau dan tidak ingin tau.

"Kenapa dengan wajahmu itu?" Tanya Kyungsoo.

"Kau akan meninggalkanku? Kita tidak bisa bersama lagi? Bersenang-senang bersama, menghabiskan malam bersama." Jawab Sehun dengan wajah lesu.

"Kenapa semuanya harus berakhir? Aku menikah untuk menyenangkan kedua orang tuaku, tapi aku tidak akan bisa meninggalkan kesenanganku sendiri. Kita masih bisa memiliki Affair yang menyenangkan, kan?" Jawab Kyungsoo dengan ceria.

Sehun lagi-lagi berusaha tersenyum. Itu artinya Kyungsoo masih tertarik kepadanya meskipun hanya untuk bersenang-senang.

Baiklah, Kyungsoo yang meminta dan Sehun akan melakukanya. Dia akan membuat Kyungsoo senang hingga Sehun merasa bosan dan menemukan perempuan baru.

Lagipula apa yang sedang di khawatirkanya? Semua wanita menginginkanya kan? Tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pesona seorang Oh Sehun dengan ketampanan dan hartanya yang melimpah.

Dengan kebahagiaan seperti ini Sehun merasa ingin terus hidup selamanya dan tidak pernah menikah. Ia tidak pernah menyukai satu wanita dalam satu waktu, jadi tidak menikah adalah pilihan yang baik.

Tuhanpun sepertinya tidak mengizinkan Sehun untuk menikah karena satu-satunya perempuan yang di anggap pantas menjadi istrinya sudah di ikat oleh orang lain.

Bukan masalah, hal seperti ini tidak akan jadi masalah selagi dunia masih terus memproduksi makhluk bernama perempuan.

.

.

Bab 2

Last Miai. Have To Selecting

.

.

[Miai: Perjodohan yang sering di lakukan oleh keluarga Jepang.]

Pagi yang membuat Sehun merasa lesu. Ia tidak akan pergi kekantor hari ini dan Chanyeol pasti sudah mengurusnya.

Kepalanya agak pusing karena banyak hal yang mengganggunya. Dimulai dari Kim Jongin dan klienya, Kyungsoo yang sudah menolaknya bahkan sebelum Sehun menyatakan lamaranya, sampai berita yang mungkin sudah merebak luas di kalangan masyarakat.

Pilihanya untuk tidak segera pulang sepertinya adalah pilihan yang sangat tepat. Sehun beruntung karena Chanyeol adalah seorang pengacara yang baik juga sahabat dan sepupu yang terbaik selama dirinya berada di London karena Chanyeol tidak pernah membiarkan Sehun kuwalahan dalam hal apapun.

Chanyeol membuka pintu kamarnya dan menatap Sehun yang masih duduk di atas ranjang sambil memegangi kepalanya. Sesekali ia menggeleng dan tersenyum melihat Sehun yang sudah sangat sering seperti ini. Mengesankan jika ia masih terkejut saat sepupunya itu pulang semalam.

"Kau sudah merasa baikan?" Tanya Chanyeol lalu kembali duduk ke meja makan.

Dengan malas Sehun keluar kamar yang di tumpanginya dan duduk di dekat Chanyeol lalu meminum air putih yang ada di hadapanya dengan brutal.

Itu gelas milik Chanyeol, tapi Chanyeol tidak protes, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya penuh kemakluman.

"Kau mabuk semalam. Sudah ingat?" Ucap Chanyeol pelan.

Sehun menyeringai. "Tentu saja. Semalam aku di tolak bahkan sebelum aku menyampaikan lamaran. Sudah sewajarnya aku mabuk."

"Kapan kau akan berhenti membuat skandal? Kau bahkan lebih terkenal di bandingkan artis internasional. Pejabat seharusnya menjadi panutan." Ucap Chanyeol.

"Sudahlah, aku sedang tidak butuh ceramah. Semuanya sudah kau urus kan? Bagaimana?" Tanya Sehun.

"Kali ini kelihatanya sulit. Pihak kantor bisa saja mengeluarkanmu jika skandal ini tidak selesai dengan mudah." Jawab Chanyeol dengan sabar.

"Tapi kau bisa menyelesaikanya kan? Wanita itu minta apa?"

"Tentu saja yang itu sama sekali tidak sulit, semuanya sudah selesai. Tapi kabar seperti ini bisa menjadi pembicaraan selama berbulan-bulan. Beberapa waktu lalu kau di maafkkan karena itu yang pertama tercium oleh media dan mungkin kau tidak salah sepenuhnya. Tapi kali ini berbeda, keledai bodoh saja tidak akan masuk kelubang yang samauntuk kedua kalinya. Sekarang cobalah untuk menyelesaikanya, atau dalam beberapa bulan kedepan kau akan di kembalikan ke Jepang dan usahamu untuk menjabat posisi yang lebih tinggi di Tokyo akan sia-sia." Jelas Chanyeol panjang lebar.

"Oh, tentu saja. Ini karena Kim Jongin. Gadis gila itu baru dua kali menangani kasus-kasusku tapi selalu melibatkan media. Sebelum dia menjadi pengacara semua masalahku bisa selesai tanpa skandal kan?"

Sehun berdecak kesal. "Lalu apa yang harus ku lakukan?"

"Menikahlah."

"Apa? Bukankah sudah ku katakan kalau aku sudah di tolak. Aku harus menikah dengan siapa?" Tanya Sehun kesal.

"Menikah dengan siapa saja dan skandal akan lenyap. Kau ingat Russel Graig kan? Skandal bahwa dirinya memperkosa artis itu hilang begitu saja saat masyarakat luas tau kalau ia sudah menikah. Semua orang bahkan melupakan kasusnya begitu saja dan dirinya bisa hidup dengan tenang sampai sekarang. Lagi pula sampai kapan kau akan menolak perjodohan yang di adakan Ayahku?" Ucap Chanyeol panjang lebar.

Sehun termenung. Walau bagaimanapun ia tetap tidak akan menikah dengan orang yang sembarangan. Tapi siapa calon yang tepat? Dia tidak mungkin ikut perjodohan begitu saja, Skandal kali ini benar-benar membuatnya jadi serba sulit.

"Kau punya ide? Wanita mana yang harus ku nikahi?" Tanya Sehun pada akhirnya.

Chanyeol tersenyum dengan sangat misterius. "Tenang saja, semuanya sudah ku atur. Demi kebaikanmu, berusahalah untuk kali ini. Berjanjilah, apapun yang terjadi kau tidak akan menyerah begitu saja."

"Maksudmu?"

"Aku menyerahkan calon istriku kepadamu." Kali ini Sehun tidak berkomentar. Keningnya berkerut tajam.

Sejak kapan Chanyeol punya calon istri? Dan lagi-lagi ia tidak mengetahui apa-apa, kelihatanya Sehun sangat banyak ketinggalan beberapa waktu belakangan ini.

Chanyeol memiliki kekasih, Sehun mengetahuinya dengan baik tapi dia dan wanita itu baru bertemu beberapa minggu sejak jatuh cinta pada pandangan pertama mereka terjadi.

Shana, wanita Asia dan masih sangat muda. Meskipun Shana cukup cantik dan menarik, Sehun tidak mungkin menikahi mahasiswi tahun kedua.

"Aku di jodohkan." Ujar Chanyeol berusaha menjawab keheranan Sehun.

"Dengan putri salah seorang kerabat ayah. Tapi dengan berbagai cara aku sudah berhasil membujuk ayah untuk menggantikan diriku denganmu." Jelas Chanyeol lagi.

"Katakan padaku seperti apa dia? Apakah dia cantik? Tubuhnya bagaimana?" Tanya Sehun antuaias.

"Sudahlah, kau pasti akan menyukainya, percayalah!" Jawab Chanyeol.

Sehun menelan ludahnya. Seperti apa wanita itu? Chanyeol bilang Sehun pasti akan menyukainya dan seharusnya ia percaya kalau Chanyeol sangat hapal dengan seleranya. Chanyeol tidak mungkin membohonginya.

.

.

Bab 3

Different Person, Different Feeling

.

.

Kim Jongin memandangi surat kabar dengan senyum pahit.

Bagaimana mungkin dari sekian banyak wartawan yang meliput berita tentang Diplomat playboy malam itu, tidak ada satupun yang memuat beritanya kecuali siaran langsung saat ia menampar pria itu di restoran.

Ia ingin sekali melihat berita itu, tapi sayangnya Baekhyun yang merupakan teman se-flat nya tidak sempat merekam tayangannyakarena sibuk terperangah heran saat menonton televisi.

Lagi-lagi Oh Sehun melakukan hal yang sama. Ia menarik semua berita tentang skandalnya. Tapi percuma karena meskipun hanya segelintir orang yang menyaksikan siaran langsung itu, semuanya akan segera menyebar lewat angin seperti sebelumnya.

Oh Sehun sangat beruntung memiliki Chanyeol yang juga memiliki nama belakang Park sebagai pengacaranya. Laki-laki itu bertindak sangat cepat dan sangat menguntungkan kliennya. sebenarnya Jongin juga merasa sangat terkesan dengan laki-laki itu dan dirinya merasa sangat tertarik.

Perpaduan Korea dan Eropa membuat wajah Chanyeol berseri-seri dan sangat sulit untuk di lupakan terlebih saat dirinya tau kalau Chanyeol dan dirinya sudah di jodohkan.

Pemikiran kolot yang menguntungkan, Jongin seperti mendapatkan durian runtuh karena dirinya akan di nikahi oleh senior yang sangat di kaguminya sewaktu kuliah.

"Kau sudah berjanji pada Ibu untuk menikah dengan laki-laki itu kan?" Jongdae menyapanya.

Adik laki-lakinya itu adalah satu-satunya saudara yang menemani ibunya di rumah sedangkan Jongin hanya datang sesekali karena Districk Lake terlalu jauh dari jangkauan tempat kerjanya.

Pedesaan yang indah ini sudah menjadi tempat dimana Jongin tumbuh sebagai anak perempuan satu-satunya keluarga Kim karena semua saudaranya adalah laki-laki.

Dua orang kakak dan satu adik, Jongdae. Dan sekarang, atau lebih tepatnya beberapa saat lagi akan menjadi tempatnya bertemu dengan calon suaminya yang sudah begitu lama di kaguminya. Park Chanyeol.

"Berjanjilah, kali ini kau akan menikah. Ibu sudah sakit-sakitan dan sangat ingin melihatmu memakai gaun pengantin. Kau selalu memanipulasi semua miai yang di adakan sehingga semua laki-laki itu menolakmu. Meskipun Ibu tidak tau tapi aku tau kalau kau selalu pura-pura menerima dan mengusahakan agar semua laki-laki yang di jodohkan denganmu menolak, sesuai dengan keinginanmu. Ibu akan sangat kecewa kalau dia tau." Jelas Jongdae panjang lebar.

"Kau tenang saja. Kali ini aku tidak akan mengecewakannya." Jawab Jongin di sertai sebuah senyuman tipis di bibirnya.

Bunyi mesin mobil menderu dan berhenti di depan rumahnya yang bergaya khas pedesaan. Jantung Jongin tiba-tiba berdetak kencang. Ia mungkin memang akan menikah di usia muda dan semoga akan bahagia.

Demi ibunya, Jongin akan berhenti bersikap egois dan menjadi anak penurut kali ini.

Ini adalah Miai pertama yang di jalaninya semenjak ayahnya meninggal dunia beberapa bulan lalu. Jongin sangat tau kalau ibunya menaruh harapan yang sangat besar terhadap perjodohan kali ini dan Jongin akan menerimanya.

Ia bukanlah seorang gadis yang pandai bergaul untuk menemukan kekasih seprti teman-temanya yang lain. Selama di flat ia bahkan terlalu sering menghabiskan malam sendirian karena Baekhyun selalu pergi bersama pacarnya.

Sejak di lahirkan Jongin memang bukan seorang yang pandai untuk bersenang-senang. Ia lebih di kenal karena kekakuanya dan ketajaman tutur bahasanya.

"Kau tidak ingin mengintip dulu?" goda Jongdae.

Jongin menggeleng. Ia berlari cepat menuju kamar untuk berdandan agar bisa memberikan penampilan terbaik dan itu pasti akan memakan banyak waktu.

Lebih baik ia sedikit menahan diri untuk melihat calon suaminya. Ia sudah tau seperti apa wajahnya, yang ingin di ketahuinya apakah Chanyeol akan menerimanya dengan baik atau tidak.

.

.

Bab 4

Must be Sexiest Woman

.

.

Sebuah rumah sederhana di pedesaan Districk Lake, bagi Sehun pemandangan kali ini cukup menarik. Meskipun wanita di pedesaan Eropa tidak semanis wanita-wanita desa di Asia, tapi rata-rata mereka semua masih memiliki keindahan fisik yang luar biasa.

Memikirkan kalau dirinya akan menikah dengan seorang gadis desa, Sehun menjadi sangat berbinar-binar dan juga sangat antusias.

Tapi sejak kapan dirinya memiliki perasaan yang seperti ini? Bukankah dia tidak ingin menikah jika bukan karena di desak oleh keluarganya. Sehun tidak akan merencanakan lamaranya untuk Do Kyungsoo tempo hari jika menuruti kata hatinya.

Sekarang desakanya juga bertambah dan sepertinya pilihan untuk segera menikah tidak bisa di elakkan lagi. Tapi walau bagaimanapun mustahil bagi Sehun untuk berhenti, dia tidak akan berhenti menjalankan hobinya. Seorang istri dari desa seharusnya tidak akan bisa banyak membantah tentang hal ini.

"Paman, bagaimana orangnya?" Sehun berbisik kepada pamanya sambil membawa tas yang berisi pakaian mereka.

"Dia cantik tidak?"

"Tentu saja."

"Tapi tidak terlalu gemuk kan? Tidak terlalu kurus juga kan?"

Pamanya berdehem. "Berhentilah, apa yang sedang kau fikirkan sekarang? Ayo masuk."

Sehun mengulum senyum penasaranya. Seorang wanita tua berwajah oriental bersama anak laki-lakinya yang kelihatanya tidak asing menyambut mereka dengan bahagia.

Nyonya Kim adalah seorang wanita keturunan Korea dan putranya, Jongdae meskipun berwajah sedikit Eropa memiliki rambut dan bola mata yang berwarna gelap seperti ibunya.

Anak itu terlihat seperti seorang laki-laki Meksiko yang berkulit putih bersih, melihat wajahnya mengingatkan Sehun pada seseorang. Tapi entahlah, dia sama sekali tidak ingin mengingat-ingat, yang jelas siapa yang akan menjadi tunanganya lebih menarik perhatian di bandingkan apapun sekarang.

Jarak tempuh yang jauh membuat Sehun dan pamanya harus menginap disini paling tidak untuk semalam. Nyonya Kim sudah menyiapkan sebuah kamar sederhana yang hangat untuk menentang angin musim gugur yang berhembus di luar.

Setelah mengemasi barang-barangnya, Sehun dan pamanya turun memenuhi undangan makan siang. Hanya ada tiga orang anggota keluarga, tapi rumah ini memiliki banyak kamar.

Ketiganya sekarang sedang berkumpul di ruang makan dan seorang gadis yang sedang membantu ibunya dengan ceria itu membuat Sehun terperangah. Kim Jongin?

Sehun mematung tak menyangka. Kim Jongin untuk pertama kalinya terlihat lebih menarik. Ia menggunakan sebuah jeans ketat dan camisole tanpa lengan dengan bahan yang kelihatanya tebal berwarna violet.

[Camisole: Sejenis tank top dengan bahan yang lebih tebal.]

Dua pakaian yang membalut tubuhnya secara serasi, berbeda dengan sikap maskulin yang di tampilkanya selama ini.

"Kalian sudah datang? Silahkan duduk." Ucap nyonya Kim sopan.

Sehun tersenyum kepada nyonya Kim, ia dan pamanya kemudian duduk di meja makan dengan sangat bersahaja dan Jongin duduk di hadapanya. Tidak sekalipun Sehun memalingkan pandanganya dari Kim Jongin dan dirinya dapat melihat kalau Jongin mengalami keterkejutan yang sama.

Wajahnya yang ceria tadi tiba-tiba saja berubah menjadi wajah kaku seperti yang sering Sehun lihat.

Seandainya bukan dirinya yang duduk disini, seandainya Chanyeol yang datang, Sehun yakin kalau gadis itu akan terus berusaha untuk terlihat manis sepanjang hari.

Sepanjang waktu-waktu di meja makan Sehun tidak bisa menghindar untuk memperhatikan tubuh Jongin, kamisol itu benar-benar membuatnya tampak menggairahkan.

Cup 34DD. Sehun menebak unkuran branya. Menakjubkan. Penglihatanya sama sekali tidak salah saat melihat Jongin untuk pertama kalinya meskipun pada saat itu Sehun tidak bisa memperhatikan gadis itu berlama-lama.

Sehun tiba-tiba menyentuh pipinya, semua tamparan Jongin masih bisa di rasakan dengan sangat jelas.

"Jongjun dan Jonghyun dimana? Mereka tidak ikut makan?" Paman Park bertanya kepada siapa-saja yang bersedia menjawabnya.

Perhatian Sehun sempat beralih sementara. "Mereka tidak bisa datang, Jongjun dan Jonghyun tidak bisa meninggalkan kedainya karena sekarang sedang sangat ramai." Jawab nyonya Kim.

Paman Park menyenggol Sehun yang masih memandangi Jongin tanpa henti sambil terus melahap makananya.

"Lihat anak ini, nyonya. Sepertinya dia terus memperhatikan putrimu. Dia pasti sedang sangat tertarik." Ucap paman Park menggoda.

"Benarkah?" Ucap Nyonya Kim yang terlihat sangat antusias. "Kalau begitu syukurlah. Jongin selalu di tolak setiap kali melakukan perjodohan. Entah apa yang terjadi dengan semua laki-laki itu."

Sehun mendehem setelah menelan makanan yang di kunyahnya.

"Di tolak? Ku rasa aku tau sebabnya, dia terlihat sangat kaku." Ucap Sehun dengan datar.

"Oh, tidak. Mungkin karena dia sedang tegang sekarang. Dia berjanji akan menikah melalui perjodohan kali ini bila kau tidak menolaknya. Tidak, dia mengatakan janji yang sama setiap kali miai di adakan. Sayangnya seperti yang ku katakan kalau pada akhirnya semua laki-laki menjauhinya. Kau menyukai putriku?" Tanya nyonya Kim.

"Ibu." Jongin mendesah.

Melihat itu, Sehun menyunggingkan sebuah senyum tipis di sudut bibirnya. Hanya sesaat karena berikutnya Sehun berakting kebingungan.

"Apakah aku harus memberi jawaban sekarang?" Tanya Sehun sok polos.

"Tidak, tentu saja tidak. Kau bisa menjawabnya nanti setelah kau pulang ke London. Kalau kau memutuskan untuk menerima atau menolak, katakan saja pada pamanmu. Kalau kau menerimanya tentu aku akan sangat bersyukur sekali dan semuanya tetap akan aku serahkan kepada kalian berdua." Ucap nyonya Kim panjang lebar.

"Ibu, hentikan." Jongin mendesah lagi. Ia mungkin merasa malu dengan ucapan ibunya.

Setelah nyonya Kim diam gadis itu dan adiknya Jongdae saling pandang penuh makna. Mungkin Jongin sudah menginjak kaki adiknya di bawah meja karena pemuda itu ikut menertawainya.

.

.

Bab 5

First Temptation

.

.

"Aku hampir kena serangan jantung saat dia mengatakan kalau kau sangat kaku." Nyonya Kim mengomentari putrinya yang membantunya di bagian belakang rumah.

"Dia sangat tampan dan seorang diplomat, dia sangat cocok denganmu!" Tambah nyonya Kim lagi.

"Bukankah seharusnya Park Chanyeol yang datang? Kenapa harus dirinya?" Tanya Jongin dengan suara pelan.

"Apa kau ini bodoh? Kau masih menginginkan pengacara itu untuk datang? Ayahnya bahkan menganggap kau sangat berharga untuk di pasangkan dengan putranya. Dia menggantinya dengan laki-laki yang lebih baik. Seharusnya kau berterima kasih." Jawab nyonya Kim.

Jongin mendengus pelan. Lebih baik? Inilah akibatnya bila ibunya tidak suka nonton televiso dan terlibat dengan dunia luar, semua orang di daratan Inggris saat ini sedang berbisik-bisik tentang betapa bajinganya seorang Oh Sehun.

Dengan wajah tampan dan karir yang gemilang itu, dia sudah menjadi penggoda yang cukup sukses untuk menghabisi entah berapa orang perempuan di atas ranjangnya setiap malam. Tapi sayang sekali hanya sedikit yang menuntut keadilan dari Sehun.

Jongin sangat ingin membuka mulut tentang semua ini, tapi sepertinya bukan waktu yang tepat. Ia tidak akan membuat ibunya khawatir karena Oh Sehun pasti menolak, atau Jongin yang akan membuat Oh Sehun menolak perjodohan ini.

"Dia cukup tampan, kan? Dan yang paling penting laki-laki itu menyukaimu." Ucap nyonya Kim antusias.

"Benarkah? Semua laki-laki yang datang juga bersikap seperti itu pada awalnya." Jawab Jongin dengan nada bicara datar.

"Itu karena kau sangat egois. Alasan mereka semua sama saat menolak, kau terlihat sangat kaku dan kata-katamu itu sangat kejam. Berusahalah menjadi wanita yang dia inginkan dan menikahlah."

Nyonya Kim kemudian menyerahkan dua tumpukan selimut kepada Jongin dengan hati-hati. "Kau antarkan ke kamar mereka, sana."

Jongin lagi-lagi mendesah. Dengan malas dirinya mengantarkan kedua selimut itu kelantai dua, mungkin ia akan membawa selimut itu kekamarnya dulu untuk mengganti pakaian meskipun itu harus membuatnya bolak-balik.

Dan apa kata ibunya tadi? Jadi wanita yang di inginkan Oh Sehun? Che. Apa dirinya harus membuka pakaianya di depan laki-laki itu? Ibunya juga akan segera kena serangan jantung kalau dia mengetahui seperti apa wanita yang di inginkan Sehun.

Jongin menggenggam selimut dengan erat. Begitu menaiki tangga genggamanya mengendor saat melihat Sehun keluar dari kamar tamu, ia sudah berganti pakaian dan mungkin akan menyusul pamanya kehalaman.

Yang bisa Jongin lakukan sekarang hanya pura-pura tidak tau dan berjalan lurus menuju kamarnya, barulah ia akan kembali lagi untuk mengantarkan selimut.

Gadis itu memaki dirinya sendiri dalam hati karena merasa gugup, kenapa ia gugup seperti sekarang. Karena Sehun sedang memandanginya dan menghalangi jalanya sebisa mungkin.

Jongin menghela nafas lalu memandang Sehun kesal.

"Tidak bisa minggir?" Jongin berkata dengan nada sinis meskipun suaranya tidak selantang yang biasa di lakukanya terhadap Sehun.

"Kebetulan sekali, Aku ingin menemuimu." Jawab Sehun.

"Untuk apa? Kau tidak boleh terlalu berharap. Aku tidak akan menikah denganmu apapun yang terjadi. Jadi lakukan apa yang kukatakan. Tolak perjodohan ini dan menyingkir dari hadapanku sekarang. Aku harus segera kekamarku." Ucap Jongin dengan sinis.

Sehun memandang ke belakang sekilas, pintu yang berada di ujung itu ternyata milik Jongin? Tapi melihat selimut yang Jongin bawa, Sehun menduga kalau seharusnya selimut itu di bawa ke kamar tamu. Jongin hanya berusaha menghindar dan tidak ingin melihat wajahnya, Sehun bisa merasakanya.

"Selimut itu, harusnya kau bawa ke kamarku kan?" Tanya Sehun dengan nada menggoda.

"Tidak, ini untukku sendiri!" Jongin segera menutup mulutnya. Kenapa ia mengatakan hal seperti itu? Seharusnya ia memberikan selimut itu kepada Sehun agar tidak perlu masuk kekamar tamu dan meletakkanya sendiri di tempat tidur laki-laki itu.

"Untukmu sendiri? Kau kekurangan selimut?"

"Tentu saja, musim dingin akan segera tiba dan aku sudah mulai merasa kedinginan. Aku butuh tambahan selimut."

Lagi-lagi Jongin berbohong. Bukan orang yang pandai berbohong karena kegugupanya sangat terlihat jelas. Jongin menunduk saat melihat Sehun tersenyum padanya. Senyuman yang sudah membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Sejak kapan ia menjadi bodoh saat berhadapan dengan orang ini?

"Kalau begitu biarkan aku menghangatkanmu." Sehun beraksi cepat. Karena sesaat kemudian Jongin sudah di tarik kedalam kamar dan merasakan bunyi pintu tertutup di belakangnya.

Gadis itu menggenggam selimut yang di bawanya semakin erat, tidak lama karena selimut itu segera terjatuh kelantai ketika menyadari Oh Sehun sudah memandangi setiap inci tubuhnya.

Sehun bergerak selangkah demi selangkah mendekati Jongin tapi gadis itu tidak bergerak sedikitpun, Jongin sedang berusaha mempertahankan diri dengan memasang wajah tergalaknya.

Jongin mulai merasa terintimidasi meskipun ia terus berusaha menantang dan memandang wajah Sehun dengan pandangan tidak suka. Perlahan-lahan ia mundur dan berusaha menjaga jarak.

"Kau sedang apa?" Tanya Jongin dengan sinis.

"Lihat dirimu. Ternyata kau sangat cantik. Kau berdandan seperti ini untukku?" Ucap Sehun menggoda.

"Kalau aku tau yang datang adalah kau, aku tidak akan memakai pakaian seperti ini."

"Jadi, kau berdandan seperti ini demi Chanyeol?" Sehun tertawa, tawa yang terdengar sangat menyeramkan.

"Harusnya kau tidak menggunakan camisole dengan bahu selebar ini." Ia menyentuh pundak Jongin dengan satu jarinya sehingga Jongin mundur selangkah lagi dan membuatnya jatuh ke tempat tidur.

Gadis itu terpekik kecil saat Sehun sudah merangkak di atas tubuhnya dan menyentuh dadanya.

"Tapi aku suka tali yang ini." Ucap Sehun dengan sebuah seringai di bibirnya.

"Kau juga mau memakai camisole? Aku punya banyak." Jawab Jongin dengan sinis.

Sehun tertawa lagi. Jongin masih berusaha mengejek dalam situasi segawat ini.

"Kau punya banyak? Menarik. Bagaimana kalau tali yang ini ku buka?" Sebelah tangan Sehun terangkat menarik ikatan camisole satu demi satu dan berhenti ketika Jongin menepis tanganya.

"Kau mau bersikap kurang ajar padaku?" Tanya Jongin dengan pandangan tajam.

"Lalu kenapa tidak teriak? Kau menyukainya kan? Katakan saja." Pandangan mata Sehun semakin terlihat bergairah. Terlebih saat melihat leher Jongin yang bergerak sensual karena menelan ludah.

Pandanganya kemudian turun ke camisole yang sudah terbuka sebagian dan memamerkan payudara besar Jongin lebih banyak lagi.

"Kau sangat pandai menuntut di pengadilan kan? Kalau di tempat tidur, sekuat apa tuntutanmu?" Sehun menarik tangan Jongin yang menghalangi pandanganya dan menekanya kuat keatas ranjang.

Ia kemudian menarik tali camisole yang ketiga dan keempat dengan giginya. Menggairahkan sekali dan sekarang dirinya sangat terangsang.

Tapi bunyi pintu terbuka membuat Sehun menarik dirinya dari ranjang dan berdiri menghadap pamanya dengan nafas tergengah-engah.

Jongin juga melakukan hal yang sama, ia berdiri dan menghadap dinding untuk mengikat kembali ikatan camisolenya yang di lepaskan oleh Sehun.

"Kalian berdua sedang apa?" Paman Park menatap Sehun dan Jongin bergantian dengan sangat heran. Tidak ada seorangpun yang menjawab hingga Jongin berbalik dengan pakaianya yang sudah kembali utuh lalu mengambil selimut yang berserakan di lantai.

"Aku hanya mengantarkan selimut, Paman." Meskipun Jongin berusaha untuk tampak biasa tapi dari suaranya barusan paman Park bisa merasakan kegugupanya yang luar biasa.

"Tapi selimutnya terjatuh, aku akan menggantinya. Permisi." Lanjut Jongin lagi.

Paman Park tersenyum kecil dan membiarkan Jongin keluar dari kamar itu, kemudian ia memandang Sehun lagi dan menutup pintu.

"Kau mau melakukan apa? Bagaimana kalau aku tidak datang tadi?" Tanya paman Park.

"Aku hanya bermain-main sedikit. Tenanglah paman, aku tidak akan melakukan apa-apa." Jawab Sehun dengan santai.

"Tidak melakukan apa-apa apanya?! Kau nyaris menelanjanginya."

"Paman, ia menyukainya. Buktinya ia tidak berteriak kan?"

Paman Park memukul kepala Sehun keras sehingga laki-laki itu mengaduh.

"Ia wanita terhormat. Mana mungkin ia akan berteriak begitu saja di rumahnya sendiri. Ibunya bisa kena serangan Jantung kalau mengetahui kelakuanmu ini." Ucap paman Park geram.

.

.

.

~ To Be Continued ~

.

.

.

Author Note:

Hai, saya datang bawa remake novel milik salah satu penulis favorite saya, Phoebe. Walaupun si Phoebe ini tidak diketahui identitasnya. Ada yang bilang dia ini orang Inggris, Jepang, Perancis bahkan Indonesia. Tapi entahlah, Phoebe sendiri gak pernah mengkonfirmasi tentang identitasnya. Saya jadi ingat dengan karakter Siwon di drama She Was Pretty sebagai Ten, si penulis misterius. Hehe.

Saya sengaja post remake novel karena saya -jujur- lagi buntu ide dan gak punya banyak waktu luang. Sedangkan menulis adalah salah satu hobi saya. Hehe.

At last, saya cuma mau mengingatkan lagi kalau cerita ini adalah remake novel berjudul Venus karya Phoebe. Jadi saya gak mau nerima komplain yang bilang saya plagiat atau apapun karena cerita ini 100% milik Phoebe. Saya hanya mengganti nama-nama dari karakternya saja.

Wanna Review? Thanks Before. :D

.

.

.