A Namjin's Fanfiction

.

Kim Namjoon | Kim Seokjin | Jin Hyosang a.k.a Kidoh (just mention)

.

Note : buat yang belum tahu siapa itu 'Kidoh', silahkan searching dengan tambahan 'Jin BTS'. Selamat terkejut dengan fakta-fakta predebut mereka~

.

.

.


Lagi. Namjoon sampai di dorm setelah lewat tengah malam. Hanya dia dan salah satu manager yang menemaninya saat di gedung BigHit tadi, menyelesaikan beberapa urusan yang sungguh tak ingin di pikirkan lagi oleh otaknya. Namjoon membawa pulang dua hal, lelah dan mengantuk. Jadi yang ia butuhkan hanya tidur. Atau mungkin makanan jika Seokjin hyung-nya masih cukup peduli menyisakan beberapa untuk Namjoon. Member lain langsung pulang setelah menyelesaikan jadwal mengisi acara award di Hongkong semalam, sekali lagi, hanya Namjoon yang dipaksa mampir dahulu ke gedung BigHit.

Ia sudah sepenuhnya masuk dorm yang suhunya sangat nyaman, mungkin penghangat ruangan sudah di biarkan menyala cukup lama. Manager yang memasukkan password tadi, Namjoon terlalu malas melakukannya (oh Yoongi memang sangat berbakat menularkan virusnya), langsung berjalan lurus menuju kamarnya tanpa bicara apapun lagi. Lagipula Namjoon juga tak mengharapkan adanya percakapan lagi diantara ia dan manager yang sama lelah dengan dirinya. Yang Kim Namjoon butuhkan hanya tidur! Dan sedikit makanan. Jadi ia membelokkan langkah ke dapur dulu sebelum menyusul Jungkook yang diyakini tak akan bangun bahkan jika seseorang meniup terompet di telinganya.

"Jangan bercanda! Tak ada yang melarangmu untuk mampir kesini."

Lalu sebuah suara lembut favoritnya terdengar, menyadarkan Namjoon bahwa masih ada makhluk hidup di ruang tengah yang lampunya sudah padam.

Namjoon tidak bisa untuk tidak tersenyum. Fakta bahwa Kim Seokjin belum tidur membuatnya sedikit bersemangat.

"Ya, beberapa kali Yoongi menanyakan kabarmu, yang lain juga."

Setelah membuka lemari es dan meminum beberapa teguk air, barulah otak jeniusnya menyadari sesuatu. Jin hyung-nya sedang bicara dengan siapa? Namjoon hanya melihat satu siluet manusia dari gelapnya ruang tengah. Dan juga kenapa hyung-nya itu sama sekali tidak menyapa saat Namjoon tiba tadi? Oh dan ia juga baru sadar bahwa mereka memang tidak saling bicara sejak.. Rehearsal acara? Namjoon tidak begitu yakin.

"Hyung?" sapanya dari arah dapur, ia yakin suaranya sudah cukup kuat untuk di dengar Seokjin yang duduk di sofa ruang tengah sana. Dan sang objek juga langsung merespon dengan menoleh kearahnya.

"Ada apa?"

Namjoon mengeryitkan dahi, ada yang aneh dari nada suara sang hyung tersayang. Tapi ia tak mau ambil pusing untuk saat ini.

"Apa masih ada makanan yang tersisa? Aku lapar."

Di situasi seperti ini, biasanya Namjoon akan langsung mengecek lemari-lemari penyimpanan di dapur tempat biasa Seokjin menyimpan makan malam yang tidak habis dan bisa di hangatkan lagi besok paginya. Lalu sekarang tujuan utama Namjoon adalah mendapat perhatian dari Seokjin dulu.

"Sebentar, Hyosang-ah." Seokjin yang nyatanya sedang tersambung line telepon dengan seseorang yang baru ia sebutkan namanya. "Roti tawar dan selai strawberry ada di lemari atas nomer dua."

Lapar yang Namjoon rasakan hilang begitu saja mendengar nama yang di ucapkan Seokjin dengan nada teramat berbeda dibanding saat menjawab pertanyaanya. Jin Hyosang memang selalu berhasil membangkitkan kecemburuan seorang monster penghancur seperti Kim Namjoon.

Setelah meletakkan botol air mineral di atas meja makan, Namjoon melangkah cepat meninggalkan dapur. Menghampiri sang tuan putri Kim Seokjin yang sudah kembali larut dalam percakapan di line telepon.

Untuk selanjutnya, tanpa aba-aba dan secara paksa Namjoon merebut ponsel flip berwarna pink yang berada dalam genggaman sang pemilik, membuat earphone yang di pakai Seokjin ikut tertarik lalu lepas dari indra pendengarnya. Tak cukup dengan itu, Namjoon juga melepas casing ponsel untuk ia copot baterai di dalamnya. Lalu tanpa beban melempar ponsel yang sudah terpisah dari baterainya itu ke sofa kosong di dekatnya.

"Yak! Kim Namjoon! Apa yang kau lakukan, bodoh?!" sebuah teriakan melengking yang cukup khas bersamaan dengan Seokjin yang bangkit berdiri dari duduk cantiknya di sofa. Berhadapan dengan sosok yang beberapa centi lebih tinggi darinya. Emosi yang ia rasakan bercampur dengan milik Namjoon yang sudah lebih dulu tersulut.

Sosok yang di teriaki malah tersenyum sinis, seolah bangga dengan apa yang baru saja ia lakukan pada ponsel Seojkin. Membuat laki-laki manis yang sudah memakai pakaian tidurnya mendesis semakin kesal.

"Lalu kau, hyung, apa yang kau lakukan? Memancing pertengkaran dengan kekasihmu sendiri?"

Ruangan masih gelap, tapi Namjoon bisa dengan jelas melihat mata Seokjin yang sedikit melebar karena terkejut. Dan Namjoon berusaha untuk tidak memikirkan kalau Seokjin terlihat sangat manis dan cute dan lucu dalam ekspresi itu. Tidak saat Namjoon sedang sangat kesal dan lelah dan.. cemburu?

Harapan bahwa Seokjin akan segera membalas pertanyaan sinisnya, tak terwujud. Karena Seokjin memilih menggigit bibir bawahnya untuk menahan kesal sembari menyingkir dari hadapan yang lebih tinggi. Seokjin mencari ponselnya yang tadi di lempar Namjoon ke sofa.

"Hyung, jawab aku!"

"Jawaban macam apa yang kau inginkan?" kali ini langsung di jawab. Tapi Namjoon tak merasa lebih baik karena nada yang Seokjin gunakan bahkan lebih dingin dari Min Yoongi yang sedang dalam mode sensitifnya.

"Kenapa jadi seperti kau yang kesal denganku? Aku satu-satunya yang di buat kesal olehmu."

Seokjin masih sibuk mencari, meraba-raba sofa dengan gerakan asal karena gelapnya ruangan tidak membantu sama sekali. Namjoon yang mulai muak di abaikan, mengambil tindakan. Melangkah mendekat untuk meraih pergelangan tangan kanan yang lebih tua dan ia genggam seerat mungkin dengan tangan kirinya. Mengembalikan posisi saling berhadapan mereka, namun kali ini lebih dekat. Hingga Namjoon sadar mata Seokjin yang memerah dengan satu aliran air mata yang menetes jatuh dengan cepat.

"Oh, shit. Kenapa sekarang kau menangis?!"

Karena seorang Kim Seokjin yang menangis adalah kelemahan terbesar dirinya.

"Lepaskan."

"Tidak, sebelum kau menjelaskan padaku apa yang terjadi."

"Tidak ada yang terjadi, Namjoon. Hanya tiba-tiba Hyosang menghubungiku dan kami saling bicara." kali ini tanpa air mata. Seokjin hyung-nya sudah jauh lebih tenang dan Namjoon mensyukuri itu. Dirinya yang memang secara umur lebih muda menjadi yang selalu egois di situasi seperti ini.

"Membicarakan apa? Masa lalu?"

Merasa cengkraman di tangannya mengendur, Seokjin bisa dengan mudah melepaskannya, Namjoon juga tidak masalah untuk itu.

Tapi senyum kecil dari yang lebih tua selalu berhasil terlihat menyedihkan di mata Namjoon, "Memang masa lalu seperti apa yang pantas kami bicarakan?"

Dulu sebelum Bangtan debut secara resmi, Jin Hyosang lah yang ada di posisi Namjoon sekarang. Menjadi yang terdekat dengan Seokjin dalam artian romantis. Meski Namjoon tidak tahu pasti apa mereka benar-benar pernah menjalin hubungan roman yang sesungguhnya, seperti apa yang ia jalani sekarang.

Pertanyaannya belum terjawab saat Seokjin memilih untuk mengambil ponselnya di sofa. Namjoon hanya memperhatikan dalam diamnya, otak geniusnya yang lelah sedang berusaha berpikir jernih agar situasi tidak semakin memburuk.

"Hyung, jangan menjawab panggilannya lagi jika itu menyakitimu."

Seokjin menatapnya dengan senyum yang terlihat sedikit lebih baik, manis seperti biasa. Salah satu hal yang membuat Namjoon bersumpah tak akan melepaskan sosoknya dalam hal apapun.

"Aku bukan lagi anak delapan belas tahun yang payah, Kim Namjoon. Ada cara yang lebih baik daripada terus menghindar." tak ada tatapan mata yang bertemu saat Seokjin mengucapkan kata-katanya, ia sibuk memasang lagi baterai pada ponselnya. "Lagipula aku sudah punya dirimu, tak ada yang perlu di khawatirkan."

Hanya Namjoon sendiri yang tersenyum dengan pandangan yang tak bisa lepas dari princess-nya. Lalu sebuah pelukan hangat menjadi balasan dari Namjoon untuk Seokjin hyung-nya yang manis. Tangannya melingkari bahu lebar Seokjin dan menenggelamkan wajahnya diantara helaian lembut rambut kecoklatan milik yang lebih tua.

"Ah nyaman sekali."

"Mengalihkan pembicaraan ya?"

"Apa Hyosang hyung pernah memelukmu seperti ini juga?" suara Namjoon yang dasarnya memang berat sedikit teredam. Terdengar semakin seksi di pendengaran Seokjin.

"Pernah." Seokjin menyamankan dirinya dalam pelukan itu. Kepalanya ia sandarkan pada bahu Namjoon. "Tapi pelukanmu tetap yang terbaik."

Jika saat itu Hyosang tetap bertahan dan pada akhirnya ada bergabung bersama mereka di grup, apa Seokjin masih tetap ada dalam pelukannya seperti sekarang?

"Kau lapar kan? Ayo ke dapur, kubuatkan sesuatu yang lebih mengenyangkan di banding lembaran roti."

Seokjin anehnya sedikit banyak mengerti apa yang sedang di pikirkan Namjoon. Hal terbaik untuk membuat pikiran sang Rap Monster beralih adalah dengan makanan.

Tapi pelukan itu tidak terlepas, malah Seokjin merasa Namjoon semakin mengeratkannya.

"Aku tidak akan melepaskanmu untuknya, bahkan jika kau memohon sekalipun."

Mungkin ini berlebihan. Tapi Namjoon ada disana, pernah melihat secara langsung kedekatan Kim Seokjin dan Jin Hyosang yang terlalu intens. Setelahnya Hyosang memilih pergi tanpa alasan yang jelas. Namjoon juga melihat Seokjin yang terpuruk saat itu. Sampai akhirnya mereka debut dan Hyosang pun debut tak lama setelahnya dengan grup yang berbeda. Lagi-lagi Namjoon ada ketika Hyosang mulai mencoba memperbaiki hubungannya kembali dengan Seokjin, tanpa tahu bahwa Namjoon sudah sepenuhnya mengganti posisinya di hati Seokjin.

Dari semua yang ia lihat dulu, ketakutannya hanya satu. Seokjin-nya yang memilih kembali bersama Jin Hyosang.

"Well, aku juga tak pernah minta untuk di lepaskan. Dan jangan berharap aku memohon untuk hal itu."

Namjoon tahu satu hal, bahwa ia selalu mempercayai Kim Seokjin lebih dari siapapun.

.

.

.

.

.

.

.

"Omong-omong, Kim Namjoon, tolong jangan terlalu dekat dengan orang yang sepertinya terobsesi denganmu. Jackson contohnya."

Bonusnya, Namjoon jadi tahu alasan kenapa ia di acuhkan sedemikian rupa saat acara award di Hongkong kemarin.

Ingatkan Namjoon bahwa pilihannya untuk tak pernah mengangkat panggilan dari Jackson adalah hal yang paling tepat.

.

.

.

.


Heol! First time I write Namjin's fanfiction. So, how? Mind to give me your review?

Ps : Adegan terakhir karena penulis cemburu sama Jackson yang ngerangkul mesra Namjoon di backstage MAMA 2015. Err Seokjin juga pasti cemburu kayanya.