A RARE RED ROSE

Disclaimer: Kalau aku yang punya KH, aku bakal bikin Roxas jadi uke agresif! Hahay!

Pairing: Akuroku

Warning: Shonen ai. Aku ini seorang fujoshi XD

ENJOY MY LIFE!

PART 1: It's Name Is Axel

"Roxas! Roxas!" teriak seorang pria brunette spike yang datang sambil menggandeng tangan seorang laki-laki berambut silver. "Hng," jawab laki-laki berambut blonde yang sangat mirip dengan laki-laki brunette itu. Tentu saja, karena mereka adalah saudara kembar. Laki-laki blonde itu sedang sibuk menyalinkan pr-nya ke buku pr lelaki brunette itu. "Sudah selesai belum?" Tanya laki-laki brunette itu. Pemuda blonde yang bernama Roxas itu menggeleng. "Belum, 10 soal lagi." "Haah? Ini sudah jam 06.55! 5 menit lagi dan aku akan dibunuh Mr. Xemnas!" teriak pemuda brunette itu khawatir. Pemuda yang berambut silver hanya menghela nafasnya. "Harusnya kau menyalin pr milikmu sendiri, Sora. . ." ucapnya. Sora, pemuda brunette itu menggeleng. "Roxas tak apa 'kan? Kau tak keberatan mengerjakan pr-ku 'kan?" tanyanya. Roxas mengangguk sambil tetap menyalinkan pr-nya. "Tuh 'kan Riku? Roxas tak keberatan!" Teriaknya riang. Riku, pemuda silver itu hanya menghela nafasnya. "Terserah kau sajalah. . ."

Bel pun berbunyi tepat saat Roxas selesai menyalinkan pr milik saudara kembarnya itu. Mereka pun segera duduk di tempat masing-masing. Tak lama kemudian, Mr. Sepiroth-wali kelas mereka masuk dengan membawa seseorang yang sangat mencolok, apalagi rambut merah landaknya yang panjang dan mata hijau emeraldnya. Perawakannya tinggi dan atletis. Mata hijau emeraldnya itu memperhatikan seisi kelas dengan cueknya, hingga matanya terpaku pada seorang pemuda blonde yang sangat imut.

ROXAS POV

Orang yang mencolok. . . apalagi rambut merahnya. Ng? Perasaanku saja atau memang dia sedang melihat ke arahku? Aah, whatever, bukan urusanku.

NORMAL POV

Roxas segera mengalihkan mukanya. Si rambut merah itu hanya tersenyum sinis. "Namaku Axel Lawhorn. Got it memorized? A-X-E-L," ucap Axel-si rambut merah memperkenalkan dirinya. Iapun melangkah menuju bangku kosong yang ditunjukkan Mr. Sepiroth. "Thanks Sephi-chan" Ucapnya santai sambil terus berjalan.

Semua kaget.

Bagaimana bisa-seorang murid baru memanggil Mr. Sepiroth-yang galaknya setengah mati itu dengan sebutan SEPHI-CHAN?

Semua menoleh ke arah Mr. Sepiroth. Ia hanya diam dengan muka dinginnya, seperti biasa. Semua menoleh ke arah Axel. Ia hanya duduk santai sambil menaikkan kakinya ke atas meja. Mr. Sepiroth tetap diam. Padahal biasanya ia sudah men-skors anak itu. . .

Semua tak ambil pusing, karena setelah pelajaran MTK ini ada ulangan Fisika. Miss Larxene yang temperamental itu membuat segalanya lebih sulit. Mereka harus berusaha keras.

xoxoxoxoxoxoxoxo

Istirahat siang tiba. Kini mereka sedang berada di atap sekolah, menikmati saat-saat merdeka dari ulangan 50 soal milik Miss Larxene. "Buuh, susah bangeet!" teriak Sora sambil menggembungkan pipinya. Riku hanya tertawa kecil sambil menyeka sedikit mayonaise yang tertinggal di bibirnya. Roxas berkonsentrasi dengan roti melonnya.

"Hai, boleh gabung?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Axel. "Hee, kau si rambut merah itu ya! Ng. . . namamu XL 'kan? Simcard-ku juga XL lho!" sapa Sora sambil menghampirinya. Riku terlihat tidak suka dengan keadaan itu. "Namaku Sora Slythern! Oh ya, yang mulutnya belepotan mayonaise itu namanya Riku Hauntdone, dan yang mirip banget sama aku itu namanya Roxas Slythern! Oh, tentang Riku, Underwear-nya juga berukuran XL!" "Diam Sora! Apa kau tak tahu apa yang namanya sesuatu-pribadi-yang-hanya-sedikit-orang-yang-tahu?" Teriak Riku dengan muka merah. Sora hanya tertawa. "Namaku Axel, Axel Lawhorn. Bukan XL. Got it memorized?" tanyanya sambil tersenyum ke arah Roxas. Sayangnya Roxas sama sekali tak melihat senyum darilaki-laki itu. Axel menghela nafasnya. "Hai Roxy" ucapnya sambil menepuk pundak Roxas. "Jangan panggil aku Roxy," ujarnya datar. "Tapi Roxy terdengar imut! Oh ya, namaku. . ." "Gak butuh. Sora, Riku, aku ke toilet dulu," ujarnya sinis seraya meninggalkan mereka bertiga. "Axel, maklumi saja si Roxas itu ya, dia memang dingin," Ujar Sora sambil melipat tangannya. Axel mengangguk. Mereka pun mulai mengakrabkan diri masing-masing.

xoxoxoxoxoxoxoxoxo

"Roxas! Kami pulang duluan ya!" teriak Sora sambil memeluk erat tangan Riku. Roxas hanya mengangguk sambil terus merapikan buku-bukunya. "Oh, ya, jangan bilang papa kalau aku. . ." "Menginap di rumah Riku? Ya, selamat bersenang-senang." Muka Sora memerah. Riku tersenyum melihatnya. "Kalau begitu, kupinjam kakakmu dulu ya, Roxas," Izinnya sambil tersenyum sinis. "Ya. . . pergi saja kalian," ujar Roxas. Riku dan Sora pun menghilang dari balik pintu. Roxas menghela nafasnya. "Haaah. . . dasar pasangan bodoh." "Yo!" sapa seseorang di belakangnya. Roxas tak menoleh. Ia mengambil tasnya dan segera pergi meninggalkan Axel, si pemilik suara. "Kenapa dia sangat dingin padaku?" gumam Axel heran. Iapun segera berlari menyusul Roxas yang telah tiba di lokernya. Axel menyapanya kembali. "Kau mau mengajakku berkeliling?" tanya Axel pada Sora yang sedang mengambil sepatu dari lokernya. Menyembul beberapa surat cinta disitu. "Waah ternyata kau populer juga, ya!" seru Axel sambil mengambil 5 surat cinta yang ada di loker Roxas. Roxas hanya cuek sambil menaruh beberapa buku di lokernya dan memakai sepatunya. "Lets see. . . Hayner Wright dari kelas 2-2. Pence Laurette dari kelas 1-3. Seifer Swezt dari kelas 3-10. Tanpa Nama. Dan, waaw, bahkan ada Mr. Xemnas! Ini Mr. Xemnas yang tadi ngajar MTK 'kan?" seru Axel tak percaya. Roxas hanya diam saja. "Tampaknya semua orang mengakui muka imutmu itu ya, yaah meskipun semua laki-laki. Bagaimana? Ingin membacanya? Atau setidaknya bacalah surat tanpa nama ini. Takkah kau ingin tahu siapa orangnya?" tanya Axel sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna merah. Tercium aroma green tea dari amplop tersebut. Roxas menggeleng. "Tidak, baca saja sendiri. Paling isinya begitu saja," ujarnya datar sambil berjalan meninggalkan Axel. Axel mengembalikan amplop-amplop tersebut kedalam loker milik Roxas dan segera mengejarnya.

xoxoxoxoxoxoxoxo

"Bisakah kau berhenti membuntutiku?" tanya Roxas dingin tanpa menoleh sedikitpun. Axel, orang yang ditanyainya itu segera berlari, menjajarkan langkahnya dengan langkah Roxas. "Hmm. . . ternyata sudah ketahuan ya? Bagaimana kalau kau mengajakku berkeliling Roxy?" "Jangan panggil aku Roxy. Dan mengapa harus aku yang mengantarkanmu berkeliling?" tanya Roxas dingin. "Kan rumahmu lah yang paling jauh! Dan aku belum terlalu mengenal murid-murid yang lain." "Kau juga belum mengenalku 'kan?" tanya Roxas datar. "Oh ya? Bagaimana jika kubocorkan hubungan kakakmu dan Riku? Aku tahu, jika sebenarnya ayah anak itu adalah saingan terbesar ayahmu. . . pasti seru! Akan muncul berita dikoran: Pengusaha Besar, Cloud Slythern Memergoki Anaknya Sedang Melakukan Hubungan Intim Dengan Seorang Anak Dari Saingan Terbesarnya!" ancam Axel sambil menunjukkan HP-nya. Terdapat sebuah nomor telepon tercantum di layarnya. 0813xxxxxxxx. "Ini 'kan nomor telepon papa! Darimana kau mendapatkannya?" teriak Roxas syok. Axel hanya tersenyum sinis. "Naah, tinggal tekan tombol Call deh. . ." "Stop! Hentikan itu! Oke, aku akan mengajakmu berkeliling!" ujar Roxas pasrah. "Ok! Lets Go!" teriak Axel riang sambil memasukkan hp-nya ke dalam saku.

2 JAM KEMUDIAN. . .

"Ini lapangan kosong. Dan ini, yang terakhir adalah kantor pos. Nah, urusan kita sudah selesai," Ujar Roxas sehabis mengantar Axel berkeliling. "Tunggu sebentar," ujar Axel kemudian, ia berlari sambil masuk kedalam kantor pos. Tak lama kemudian, ia pun kembali sambil membawa sekantung perangko. "Buat apa itu?" tanya Roxas. "Ini untuk mengirimkan surat kepada teman-temanku di desa. Disana belum ada hp," jawab Axel. "Oh ya? Kenapa kau bisa kenal mereka? Bukankah kau pindahan dari Yamanote?' tanya Roxas heran. "Haha, ternyata kau bisa penasaran juga ya? Aku mengenal mereka saat kegiatan bakti sosial dari sekolahku dulu. Aku sempat tinggal selama 1 minggu bersama mereka," Jelas Axel. Roxas mengangguk. "Eh, sudah dulu ya, aku harus pulang. Ini sudah jam 5 dan papa pasti akan memarahiku jika lebih dari ini. Bye, Axel!" pamitnya sambil berlari menjauh. "Hm, katanya namaku tidak penting. . ." gumam Axel sambil tersenyum sinis. Ia memperhatikan Roxas berlari hingga tak terlihat lagi. Ia pun segera pulang menuju rumahnya.

xoxoxoxoxoxoxoxo

ROXAS POV

Di rumah kediaman keluarga Slythern.

"Selamat datang, tuan muda Roxas" sambut pelayan-pelayan di depan rumahnya. Aku hanya diam, dan memberikan tas dan sepatuku kepada pelayan-pelayan itu. "Papa mana?" tanyaku. "Mari Tuan Muda, saya antar," sahut seorang pelayan wanita berambut merah. Menunduk, lalu berjalan dan akupun mengikutinya.

Kami pun sampai di sebuah pintu besar yang terlihat sangat mewah. "Mohon tuan tunggu sebentar," Ucap pelayan itu, menunduk, dan segera mengetuk pintu. Setelah itu, ia langsung menekan tombol yang ada di sebelah pintu tersebut. "A297D60 Slythern. Tuan, tuan muda Roxas ingin menjumpai anda." Terdengar sebuah suara. "Kairi, suruh dia masuk. Dan bawakan teh untuk kami." "Baik, saya mohon permisi," ucap pelayan itu sambil menunduk ke arah pintu, lalu menunduk ke arahku. Dan ia pun menghilang dari balik tangga. Pintu besar di depanku terbuka secara otomatis. Aku masuk ke dalamnya. "Ada perlu apa?" tanya seorang pria yang duduk di kursi kerjanya. Banyak buku-buku bertumpuk di meja kerjanya. Ia tetap membaca buku, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Orang ini adalah seorang pengusaha kaya yang perusahaannya sudah menyebar ke semua penjuru, sekaligus merupakan saingat terbesar keluarga Hauntdone, keluarga Riku. Ya, orang ini adalah pemimpin perusahaan Slythern sekaligus ayah dari Sora dan aku, Cloud Slythern. "Mana Sora?" tanyanya lagi. Aku menghela nafasku. "Ia sedang mempunyai tugas kelompok, jadi ia akan menginap hari ini," ujarku pelan. "Tidak dengan Riku, 'kan?" aku menggeleng. "Ya sudah, jika memang harus, tak apa. Kau boleh keluar." Aku mengangguk dan segera keluar. Kuhela nafasku. Aku tahu, bagi Papa aku hanya seorang pengganggu saja. Karena itu, aku harus membahagiakan Sora, bagaimanapun caranya. . .

xoxoxoxoxoxoxoxo

Dengan ini resmi sudah selesainya chap 1.

Mohon bantuannya ya, dan jika ada ide-ide segar silahkan lewat inbox aku.

Aku benci Kairi, makanya disini kujadikan dia pembantu XP

Akhir kata, Review. . .?