Destiny of Us
PROLOG
Main Casts : Park Chanyeol and Byun Baekhyun (GS)
Other Casts : Find it by yourself
Genre : AU, Drama, Family, Marriage Life, Romance
Length : Multichapter
2016©Summerlight92
TAP! TAP! TAP!
Suara ketukan pantofel memenuhi sepanjang lorong lantai tertinggi gedung perusahaan Park Corporation. Raut cemas mendominasi wajah sosok pria berkulit pucat itu yang beberapa kali kedapatan menghela napas. Ia abaikan sapaan formal beberapa staff yang berpapasan dengannya. Sikap yang wajar, mengingat otaknya sekarang hanya dipenuhi oleh satu orang.
Seseorang yang mampu membuat seluruh staff di perusahaan ini dilanda ketakutan hanya karena kemarahannya.
"Sehun?"
Pria berkulit pucat itu baru berhenti, menoleh sebentar pada sosok wanita dengan tinggi badan semampai yang sedang berdiri di dekat pintu sebuah ruangan. Raut wajah wanita itu tak jauh berbeda dengan wajahnya, sama-sama terlihat cemas.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Eunjung-noona?"
Kerutan samar muncul di dahi Eunjung, "Kau belum mendengarnya?"
"Bukan, aku sudah mendengarnya. Hanya saja," Sehun terdiam sejenak, "aku masih belum percaya pada lelucon itu, Noona."
"Sayangnya itu bukan lelucon."
Mata elang Sehun membeliak lebar, "Jadi benar Seohyun melarikan diri?" tanyanya dengan nada sedikit meninggi.
"Itu yang kudengar dari orang-orang suruhan Chanyeol." Eunjung menarik napas pendek, "Mereka ditugaskan untuk menjemput Seohyun, mengingat hari ini adalah jadwal Chanyeol dan Seohyun untuk melakukan fitting busana pengantin. Akan tetapi, begitu mereka sampai di rumah keluarga Byun, mereka mendapat laporan dari Tuan Kyuhyun dan Nyonya Yoona jika Seohyun menghilang sejak kemarin."
Sehun hendak bertanya, tetapi Eunjung dengan cepat mengangkat tangannya. Memberi isyarat pada Sehun agar menunggu sampai ia selesai bercerita.
"Tuan Kyuhyun dan Nyonya Yoona sudah berusaha menghubungi Seohyun, tetapi nomor ponsel Seohyun tidak aktif dan ..." Eunjung mengedikkan bahunya, "tidak ada satu orang pun yang tahu di mana keberadaan wanita itu sekarang."
"Oh, sial! Ini benar-benar kabar buruk!" Sehun mengumpat secara spontan, "Bagaimana reaksi Chanyeol?"
"Kau masih bertanya?" Eunjung tertawa mengejek, "Ayolah, Sehun. Di antara kami semua, jelas kau yang paling hafal dengan sikap Chanyeol."
Sehun memutar bola matanya jengah, "Aku sedang tidak ingin bercanda, Noona."
"Aku juga tidak sedang bercanda, Tuan Oh." Eunjung menghela napas panjang, "Setelah mendapat kabar tentang Seohyun yang menghilang tanpa jejak, Chanyeol belum keluar dari ruangannya. Aku berani bertaruh, dia mengamuk di dalam sana."
Sehun menatap horor ketika telunjuk jari Eunjung mengarah pada pintu berukuran besar yang ada di hadapan mereka.
"Aku mendengar suara berisik dari dalam. Seperti benda-benda berjatuhan dan juga pecahan kaca," lanjut Eunjung berbisik di akhir kalimat.
Sehun terdiam. Wajahnya terlihat gelisah, tidak jauh berbeda dengan Eunjung.
"Aku akan melihat keadaannya, Noona."
Anggukan kecil Eunjung berikan pada Sehun, "Masuklah. Kuharap kau jangan ikut terpancing dengan ucapannya nanti. Kau tahu sendiri bagaimana Chanyeol jika sudah dikuasai emosi."
"Aku tahu."
Sehun melangkah pelan mendekati pintu besar di depannya. Sebelum membuka pintu, ia menarik napas panjang-panjang. Jujur saja jika dibandingkan rasa gugup ingin menemui atasan, Sehun lebih merasa takut. Rasanya seperti hendak memasuki kandang yang berisi binatang buas.
Semua orang yang mengenal Park Chanyeol dengan baik, pasti sudah hafal bagaimana sikap pria itu ketika sedang dikuasi emosi. Pria tampan dan terkaya nomor 1 di Korea Selatan itu akan berubah seperti binatang buas, siap menerkam siapa saja yang hendak bertemu dengannya. Kalau sudah begini, orang-orang memilih menjauhi Chanyeol guna mencari aman untuk melindungi diri mereka sendiri.
Tentu saja kondisi ini tidak berlaku bagi Sehun. Seberapa menakutkannya Chanyeol ketika sedang marah, sebagai asisten pribadi sekaligus sahabatnya, Sehun akan mengambil jalan yang berlawanan. Mendekati Chanyeol untuk menenangkan emosi pria itu.
CKLEK!
Sehun menggumam pelan ketika sadar dirinya lupa mengetuk pintu, tetapi kemudian hanya menatap takjub usai masuk ke dalam ruangan Chanyeol. Dibandingkan ruangan yang sangat khas dengan kerapian seorang pimpinan perusahaan, ruangan itu lebih pantas disebut kapal pecah.
Bagaimana tidak?
Semua benda berserakan di lantai, mulai dari alat tulis, lembaran-lembaran kertas, dan beberapa perabotan yang ada di dalam ruangan. Buku-buku yang biasa berjejer rapi di dalam rak pun tak luput dari kemarahan Chanyeol.
Sehun menggulirkan pandangan ke sisi kiri, hingga menemukan Chanyeol yang sedang duduk di sofa dengan kedua tangan bertumpu di atas lutut, menyangga kepalanya yang tertunduk lesu.
"Chanyeol?"
Sapaan formal tidak lagi berlaku ketika salah satu dari mereka sedang ditimpa masalah. Bukan saatnya mereka berbicara layaknya atasan-bawahan, melainkan sebagai sahabat.
"Kalau kau ingin tertawa, silakan saja."
"Kenapa aku harus tertawa?"
"Karena sekarang semua orang sedang menertawakanku."
Sehun belum merespon, ia biarkan Chanyeol mengeluarkan segala emosinya. Ia bisa melihat bagaimana kekecewaan itu terpancar dari sorot mata Chanyeol.
"Aku—" Chanyeol mengatupkan bibirnya rapat, "aku pria terkaya nomor satu di Korea Selatan, baru saja dipermainkan oleh seorang wanita. Calon istriku kabur jelang 1 minggu pernikahan kami. Bukankah ini terdengar sangat lucu, Sehun?"
"Dia tidak kabur, Yeol. Mungkin saja ada suatu hal yang harus dia urus," balas Sehun tetap dengan pemikiran positif. Walau dalam hati ia meragukan sendiri pemikirannya.
Tawa menggelegar memenuhi setiap sudut ruangan. Sehun sedikit bergidik, terlebih ketika Chanyeol melayangkan tatapan tajam menusuk kepadanya.
"Jangan berusaha menghiburku, Oh Sehun."
Sehun menarik napas panjang. Reaksi Chanyeol sesuai perkiraannya. Baru percobaan pertama menenangkan Chanyeol saja sudah dibalas sedemikian tajam oleh pria itu. Bagaimana jika mereka kembali berdebat argumen?
Jadi, lebih baik Sehun mengalah dan menuruti kemauan Chanyeol. Sebisa mungkin mengawasi langkah yang akan diambil Chanyeol untuk menghadapi masalah yang tengah pria itu hadapi.
Well, sebenarnya masalah yang mereka bahas bukan masalah perusahaan, tetapi masalah kehidupan pribadi yang menyangkut masa depan dan harga diri seorang Park Chanyeol.
Minggu depan, Chanyeol sebenarnya akan melangsungkan pernikahan dengan Seohyun, putri dari pasangan Byun Kyuhyun dan Im Yoona. Seperti yang ada di dalam drama picisan, pernikahan ini terjadi bukan dilandasi cinta, melainkan atas perjanjian yang telah disepakati antara Chanyeol dan Kyuhyun.
Byun Corporation, perusahaan yang didirikan oleh Kyuhyun tengah dililit hutang. Jika perusahaan tidak dapat melunasi hutang hingga jatuh tempo, maka dengan terpaksa perusahaan itu harus gulung tikar. Kyuhyun sudah berusaha mencari pinjaman melalui kerabat maupun rekan kerjanya, tetapi tak ada satupun dari mereka yang mampu membayar hutang dengan jumlah yang tidak sedikit itu.
Kyuhyun nyaris mengalami depresi, jika Chanyeol tidak datang dan menawarkan bantuan kepadanya untuk meminjamkan dana guna melunasi hutang perusahaan. Tidak hanya itu, Chanyeol bahkan bersedia memberikan suntikan dana kepada perusahaan agar bisa kembali stabil seperti semula.
Dengan satu syarat.
Kyuhyun harus memberikan putrinya untuk ia nikahi.
Merasa tak punya pilihan lain, Kyuhyun pun menyetujui syarat yang diajukan Chanyeol. Ia menyerahkan putrinya—Seohyun, untuk dinikahi oleh pria bertelinga peri itu.
Berbagai persiapan pun mereka lakukan selama 3 bulan terakhir ini. Mulai dari menunjuk wedding organizer yang akan mengurusi pernikahan Chanyeol dan Seohyun, termasuk designer yang akan merancang baju pengantin keduanya.
Tidak ada kendala yang berarti selama mereka mempersiapkan pernikahan Chanyeol dan Seohyun. Keduanya bahkan melakukan penjajakan yang cukup baik, saling mengenal satu sama lain sebelum mereka resmi menjadi pasangan suami-istri. Undangan siap disebarkan dan baju pengantin siap mereka coba, hingga kabar buruk itu mencuat ke permukaan.
Sejak kemarin, Seohyun dilaporkan menghilang dan belum ditemukan keberadaannya sampai detik ini. Keluarga Byun sudah berusaha mencari keberadaan wanita itu, namun tak kunjung mendapatkan titik terang.
Kondisi ini berhasil menghancurkan segala persiapan yang mereka lakukan untuk pernikahan Chanyeol dan Seohyun. Sebagai seorang pria, terlebih dengan statusnya sebagai pria terkaya nomor satu di Korea Selatan, Chanyeol merasa harga dirinya sedang dipertaruhkan. Ia tidak terima atas kaburnya Seohyun jelang satu minggu hari pernikahan mereka.
"Apa rencanamu sekarang?" tanya Sehun memecah keheningan.
Tak ada jawaban dari Chanyeol, pria itu masih betah membisu. Hingga perlahan muncul seringaian menakutkan di bibir Chanyeol.
"Tentu saja aku akan menuntut pertanggungjawaban dari keluarga Byun." Chanyeol mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kilatan api kemarahan kembali terpancar dari sepasang matanya. "Aku tidak terima harga diriku dipermainkan begitu saja."
Sehun memaklumi keputusan Chanyeol. Pria mana yang bisa terima keadaan jika harga dirinya sedang dipertaruhkan?
"Keluarga Byun harus bertanggung jawab karena lalai menjaga calon istriku ..."
..
..
..
Gimpo International Airport
Sosok mungil berbalut mantel warna mocca itu terlihat di antara kerumunan orang-orang yang berjalan menuju gerbang pintu kedatangan. Senyum mengembang di bibir, hingga mata sipit berhiaskan eyeliner itu membentuk bulan sabit yang sangat cantik.
Gadis itu berhenti sejenak, menghirup udara tanah kelahirannya yang amat ia rindukan.
"Masih tetap sama," gumamnya sambil tersenyum lebar. Sambil menyeret sebuah koper, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, hingga menemukan sebuah taksi yang kebetulan baru saja menurunkan penumpang. Tak ingin melewatkan kesempatan, ia segera berlari mendekati taksi tersebut.
Supir taksi itu membantunya memasukkan beberapa barang ke bagasi, sebelum akhirnya ia mengambil posisi duduk di belakang.
"Anda mau pergi ke mana, Nona?"
Gadis itu tersenyum, "Tolong antarkan aku ke daerah Gangnam," jawabnya.
"Baik."
Perlahan taksi mulai melaju meninggalkan bandara. Gadis itu menyandarkan punggungnya, sedikit melepaskan rasa lelah usai melakukan perjalanan dari Jepang. Selama perjalanan menuju lokasi tujuan, ia memilih menjadikan jalanan kota Seoul sebagai fokus perhatiannya. Sungguh, gadis itu benar-benar merindukan suasana tanah kelahirannya.
Selamat datang di Seoul, Byun Baekhyun ...
..
..
..
Ketegangan mendominasi suasana di salah satu rumah mewah yang terletak di distrik Gangnam. Tak ada satupun yang berani mengeluarkan suaranya setelah sang pemilik rumah murka, mengetahui orang-orang suruhannya lagi-lagi belum berhasil menemukan keberadaan putrinya. Sang istri hanya duduk termenung di sampingnya, sambil sesekali mengusap lembut punggungnya untuk mengurangi rasa tegang yang tengah ia rasakan.
"Tenanglah, Oppa. Semua pasti baik-baik saja."
Byun Kyuhyun, pria itu menggeleng tanda tak setuju dengan ucapan istrinya—Im Yoona. Wajah pria paruh baya itu tampak frustasi, terlihat dari butir-butir keringat yang mulai muncul di bagian pelipis.
"Kau tidak mengerti, Yoong." Kyuhyun mendesah pelan, "Chanyeol ... dia pasti marah sekali setelah mendengar kabar Seohyun menghilang. Aku berani jamin, dia akan menuntut pertanggungjawaban dari kita."
Gerakan tangan Yoona terhenti. Wajah wanita itu kembali murung, membuat Kyuhyun menyesal karena mengingatkan lagi kesedihan yang istrinya rasakan. Sebagai orang tua, apalagi seorang ibu, jelas Yoona yang paling sedih atas kepergian putri mereka yang menghilang tanpa jejak.
"Sssst … jangan menangis, Sayang." Kyuhyun memeluk Yoona, berusaha menenangkan sang istri yang hendak menangis lagi.
"Seohyun pasti baik-baik saja 'kan, Oppa?" tanya Yoona dengan nada lirih. Matanya berkaca-kaca, hingga cairan bening itu kembali turun dramatis membasahi pipi. Ia memeluk sang suami seerat mungkin, sampai akhirnya terisak cukup lama dalam dekapan pria itu.
"Ya, dia pasti baik-baik saja." Kyuhyun mengusap lembut punggung Yoona. "Kita tidak boleh menyerah untuk mencari keberadaannya. Tetapi yang harus kita lakukan sekarang, bagaimana caranya menghadapi kemarahan Chanyeol. Dia—"
BRAK!
Kalimat Kyuhyun terpotong begitu saja setelah terdengar suara keras dari arah pintu utama. Yoona refleks mengeratkan pelukannya pada Kyuhyun. Ia merasakan firasat buruk yang sebentar lagi akan mereka alami.
Sesuai perkiraan Kyuhyun, Chanyeol datang ke rumah mereka. Pria itu dengan seenaknya tanpa izin maupun salam, langsung menyeruak masuk ke ruang tengah. Menemui Kyuhyun yang masih berusaha menenangkan kesedihan Yoona.
Semua orang sontak menatap Chanyeol was-was. Khawatir jika pria itu mengamuk dan menghancurkan seisi rumah. Bagaimanapun pria itu tengah dikuasai api kemarahan. Kentara dari wajahnya yang tidak bersahabat seperti biasanya.
"Chanyeol," sebisa mungkin Kyuhyun bersikap tenang, meski tak dapat dipungkiri ketakutan sedang menguasainya. Entah nasib buruk apa yang akan dialami oleh perusahaan dan keluarganya. Dampak dari keputusan sepihak yang diambil Seohyun ketika wanita itu memilih menghilang tanpa jejak.
"Maaf untuk sikapku yang tidak sopan, Ayah." Chanyeol tersenyum sinis, "Ah, aku bahkan tidak tahu apakah aku masih bisa bersikap sopan santun padamu. Dan ngomong-ngomong ... apakah aku masih harus memanggilmu Ayah? Setelah apa yang sudah putrimu lakukan padaku, hm?"
Wajah Kyuhyun tampak semakin pucat, di balik senyuman kaku yang ia berikan pada Chanyeol. "Silakan duduk, Chanyeol," ucapnya mempersilakan calon menantunya itu duduk di sofa, tetapi yang dipersilakan sama sekali tidak memberikan respon. Chanyeol masih betah berdiri dengan wajah marahnya.
"Aku tidak akan berbasa-basi lagi. Kedatanganku ke sini hanya untuk mengatakan satu hal pada kalian."
Chanyeol menatap tajam pada Kyuhyun, membuat ketegangan di ruang tengah kediaman keluarga Byun itu semakin bertambah. Kyuhyun hanya berdiri mematung, dengan tangan kanannya yang tengah diremas kuat-kuat oleh Yoona.
"Aku akan menghentikan semua kerjasama antara Park Corporation dengan Byun Corporation, juga menarik semua sahamku dari sana. Ini sebagai hukuman karena kalian telah lalai menjaga calon istriku."
Kyuhyun belum memberikan pembelaan, hingga Chanyeol berjalan mendekatinya sambil memasang seringaian menakutkan.
"Kau telah melanggar perjanjian yang sudah kita sepakati, Ayah." Chanyeol tersenyum mengejek, "Ah, sepertinya aku harus kembali memanggilmu Paman. Bukan begitu?"
"Chanyeol ..." Kyuhyun menarik napas panjang, berusaha mengendalikan ketakutan yang tengah berperang melawan emosinya. "Tolong beri waktu kepada kami. Aku janji, kami akan segera menemukan Seohyun untukmu."
"Apa kau yakin bisa menemukan Seohyun dalam waktu 3 hari?"
Kyuhyun seketika bungkam. 3 hari sebenarnya waktu yang cukup untuk mencari keberadaan Seohyun, hanya saja ia ragu apakah mampu menepati janjinya pada Chanyeol. Putrinya itu sama sekali tidak meninggalkan pesan apapun sebelum pergi.
"Aku tahu kau tidak akan bisa, Paman. Karena sepertinya putrimu itu memang sengaja melarikan diri dari pernikahan kami," balas Chanyeol sambil tertawa mengejek. "Ck, aku menyesal sudah membantumu dan juga memilih putrimu sebagai calon istriku."
Yoona meringkuk ketakutan dalam pelukan Kyuhyun. Pasangan suami-istri itu kembali terdiam mendengar kalimat-kalimat tajam yang dilayangkan Chanyeol. Ini memang situasi sulit yang tengah mereka hadapi. Di satu sisi mereka bingung harus mencari Seohyun ke mana, sebab tak ada petunjuk satu pun yang mengarah pada keberadaan wanita itu.
Di sisi lain, mereka ketakutan menghadapi masa-masa suram yang sudah menanti di depan mata. Jika benar Chanyeol menghentikan kerjasama perusahaan mereka dan menarik sahamnya dari Byun Corporation, bisa dipastikan perusahaan Kyuhyun akan kembali mendapatkan masalah.
"Keputusan sudah diambil. Aku akan menghentikan kerjasama perusahaan dan menarik semua sahamku dari Byun Corporation."
"Tidak!" Kyuhyun menghalangi langkah Chanyeol, berusaha menghentikan langkah pria itu yang hendak keluar dari rumahnya. "Chanyeol, kumohon beri satu kesempatan lagi pada kami. Aku janji kami akan berhasil menemukan Seohyun dalam 3 hari."
"Aku sudah berbaik hati pada kalian, tetapi ini balasan yang kudapatkan! Putrimu itu sudah menginjak-injak harga diriku!" Chanyeol mengepalkan tangannya kuat-kuat, "Tidak ada lagi kesempatan untuk kalian!"
"Ada apa ini?"
Suara yang mengalun lembut mampu mencairkan suasana yang semula didominasi ketegangan. Semua orang menoleh pada si pemilik suara—sosok gadis bermata sipit yang mengenakan dress selutut berwarna soft-pink, dibalut dengan mantel warna mocca.
Chanyeol tak bisa mengalihkan pandangannya pada sosok mungil berparas ayu itu. Eyeliner yang menghiasi mata sipitnya, rambut hitam sepanjang punggung yang dibiarkan terurai bebas. Tanpa peduli suasana tegang di ruang tengah, gadis itu melangkah ringan menghampiri Kyuhyun dan Yoona.
"Baekhyun?"
Kerutan samar muncul di dahi Chanyeol kala mendengar suara Yoona.
"Mama kenapa menangis?"
Mama? Siapa gadis bernama Baekhyun ini?
Kyuhyun menyadari perubahan ekspresi wajah Chanyeol. Ia dengan sigap memeluk Baekhyun, kemudian membawanya sedikit menjauhi Chanyeol.
"Kau pulang?"
Baekhyun mengangguk semangat, seperti anak anjing yang begitu lucu dan menggemaskan. "Aku sengaja tidak bilang pada Papa, Mama, dan Seohyun-eonni. Aku ingin membuat kejutan untuk kalian semua!" teriaknya girang.
Chanyeol memicingkan matanya curiga, membuat Kyuhyun sontak waspada dan semakin mengeratkan pelukannya pada Baekhyun. Hal serupa juga dilakukan oleh Yoona.
"Kau siapa?" tanya Chanyeol sambil menatap lurus kepada Baekhyun.
Baekhyun menoleh dengan mata berkedip-kedip polos. Sejenak sikap kecilnya itu membuat Chanyeol tertegun. Sulit bagi pria itu mengalihkan pandangannya dari sosok mungil yang sangat menggemaskan ini.
"Perkenalkan, namaku Byun Baekhyun. Aku putri kedua dari Byun Kyuhyun dan Im Yoona," jawab Baekhyun dengan senyuman termanisnya.
"Putri kedua?" Chanyeol menatap Kyuhyun dengan sorot mata menuntut. "Kau punya dua orang putri?"
Tak ada yang menjawab. Baik Kyuhyun dan Yoona, keduanya sepakat untuk diam. Tetapi hal itu tidak menyurutkan langkah Chanyeol untuk mencari tahu soal Baekhyun. Terlebih ketika ia melihat sebuah koper yang menemani gadis itu ketika muncul di rumah ini.
"Aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau tinggal di sini?"
Baekhyun menggeleng, "Aku baru saja pulang ke sini. Sebelumnya aku tinggal di Jepang bersama kakek dan nenekku," jawabnya polos.
"Benarkah?" Chanyeol tersenyum menyeringai, "Menarik."
"Kau siapa?" tanya Baekhyun penasaran.
Sebelum Chanyeol menjawab, Kyuhyun lebih dulu menjawabnya.
"Dia calon kakak iparmu, Baekhyun." Kyuhyun berusaha menghindari tatapan tajam menusuk yang dilayangkan Chanyeol.
"Ah, jadi kau yang akan menikah dengan Seohyun-eonni?"
Chanyeol kembali dibuat tak berkutik melihat mata Baekhyun berbinar terang.
"Astaga, Seohyun-eonni tidak salah memilih calon suami. Hihi~" Baekhyun tertawa menggemaskan sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan, "Senang bertemu denganmu, Oppa."
Kyuhyun dan Yoona merasakan firasat buruk ketika Chanyeol mendekati Baekhyun dengan senyum smirk andalannya.
"Aku bukan calon suami Seohyun."
"Eh?" Baekhyun mengerjapkan matanya bingung. Terkejut atas penuturan Chanyeol yang kontras dengan ucapan ayahnya. "Kau bukan calon suami Seohyun-eonni?"
Chanyeol mengangguk.
"Lalu kau siapa?"
"Aku Park Chanyeol," seringaian itu kembali terukir di bibir Chanyeol, "Dan aku adalah calon suamimu."
TO BE CONTINUED
09 September 2016
A/N : Selamat membaca FF ChanBaek perdanaku. Aku masih belum bisa berbicara banyak soal FF ini, nunggu respon kalian dulu hehe. Dan kenapa masih prolog? Karena ini jauh dari jumlah words yang biasa aku tulis (sekitar 4k-5k words) :D
Mind to review?
.
.
.
p.s : Buat yang nungguin info FF HunHan langsung cek di instagramku aja ya. Aku nggak bisa bahas di sini karena nanti kepanjangan. Gomawo :)
[UPDATE]
Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman lagi, aku membuat pengakuan bahwa FF ini terinspirasi dari FF YunJae karya sulis kim dengan judul It's (Not) Perfect Wedding. Tetapi hanya untuk di bagian awal pertemuan ChanBaek saja, selebihnya untuk konsep FF secara keseluruhan berbeda dengan FF karya beliau. Meskipun aku sendiri tidak tahu ke depannya nanti seperti apa, mengingat FF beliau sendiri juga masih on-going, apakah nanti akan ada kemiripan lagi di tengah-tengah cerita, aku tidak tahu. Jika nanti terjadi demikian, berarti itu murni kebetulan. Tetapi untuk bagian awal pertemuan ChanBaek di FF ini, aku akui terinspirasi dari FF karya beliau.
Aku minta maaf jika ada pihak yang merasa dirugikan dengan FF ini. Maafkan atas kecerobohanku yang tidak memberitahukan perihal ini lebih awal sehingga akhirnya menimbulkan kesalahpahaman *deep bow*
Untuk siskajung, kita sudah saling bicara lewat PM ya, mari kita berteman :)
Buat readers yang lain, masalahnya udah selesai kok, murni salah paham saja karena aku yang lupa mencantumkan pemberitahuan ini, makasih buat dukungan kalian semua (^_^)
