Salam kenal semua! saya datang dengan fic baru nih!(padahal yang lain belum selesai) hehe.. maaf untuk minna yang nunggu fic saya (kalo ada)... ini fic yaoi pertamaku, maklum kalo aneh ya! Oh ya, ucapan terima kasih untuk cnara-chan yang udah ngusulin fic ini biar yaoi, hehe...
happy reading minna!
tambahan, disini Naruto kelas satu, dan yang lain kelas 2, Kisame kelas 3.
Seme or Uke...?
By: cmina-chan namiuzukage
disclamer: Masashi kishimoto
warning: ooc, gaje, yaoi, typo, dll.
Rated: t
genre: romance
terinspirasi dari komik life+b by Ichikawa show/shou
tapi tenang beda jauh,kok!
chapter 1
enjoy it!
SET!
BRAKK!
"Point!" ujar seorang guru olahraga SMU Konohagakure, Guy-sensei.
Namikaze Naruto baru saja mengalahkan seorang pemuda yang tubuhnya jauh lebih besar darinya, Kisame Hosigaki. Senpai yang dihormatinya. Naruto mengulurkan tangannya ke arah Kisame yang terjatuh.
"Senpai tidak apa?" tanyanya tersenyum, lalu menerima uluran tangan Naruto.
"Kau cepat berkembang, Naruto! Saat pertama kali kau datang kemari, aku dapat dengan mudah menjatuhkanmu dalam 3 detik!"
"Ah... Senpai terlalu hanya sebuah kebetulan...!"
"Jangan merendah begitu! Aku tahu kau sudah menguasai seluruh jenis olahraga dalam seminggu.""Eum... "Eum... arigatou, senpai!" ucap Naruto sambil tersenyum benar-benar membuatny basah kuyup, walau sebenarnya juga menambah ketampanannya.
"Kyaa... Naruto-kun keren!" seru para gadis yang merupakan anggota fans club Naruto.
"Hai..." Naruto melambai kearah mereka sambil tersenyum.
"Aah... dia melambai kearahku." ujar seorang gadis dengan ge-ernya. Lalu...
BRUK! BRUK! BRUK! semua gadis jatuh pingsan.
"Hoi... Naruto! Kau tambah hebat saja!" ujar Kiba sambil melemparkan sebuah botol air mineral kearah Naruto. Naruto menangkapmya dengan mudah, lalu meminumnya sampai setengah.
"Ah... terima kasih, Senpai!" ujarnya. Kiba yang datang bersama dengan Shino mendekat kearah Naruto.
"Dua hari lagi ada rapat OSIS. Kau baru diterima, kan?" tanya Shino. Naruto mengangguk, lalu tersenyum.
"Apa benar, hanya aku murid kelas satu yang diterima?" tanya Naruto memastikan, Kiba mengangguk.
"Banyak murid kelas dua yang ikut mendaftar jadi, peluang murid kelas satu kecil."ucap Kiba. Mereka terdiam cukup lama, sebelum Shino membuka suara.
"Jadi, Naruto... apa yang akan kau lakukan pada mereka?" tanyanya sambil menunjuk para gadis yang jatuh pingsan dengan gambar love dimata mereka.
"Oh... aku lupa. Bisa tolong bantu aku membawa mereka ke UKS?"
.
.
.
.
.
.
"Namikaze-san!" ucap seorang wanita berambut pirang pucat dengan tanda didahiny. Oh...jangan lupa, dadanya yang... wow.
"Iya, Sensei?" jawab Naruto santai. Tsunade—wanita berambut pirang pucat—yang merupakan kepala sekolah SMU Konohagakure, menatap tajam Naruto.
"Sudah kuperingatkan, kan? Jangan tebar pesona di lingkungan sekolah!" serunya kesal. Naruto hanya tersenyum tak kaku.
"Tsunade-sensei... saya tidak pernah berniat tebar pesona!" jawab Naruto dengan innocent-nya. Tsunade semakin menatap Naruto tajam.
"Lalu... apa maksudmu melambai tadi? Hah?!"
"Eh... melambai?"
"Ya... banyak saksi mata disana. Bahkan aku yakin, Inuzuka-san dan Aburame-san yang membantumu mengangkut mereka—gadis-gadis pingsan—juga melihatmu melambai..."
"Oh... itu maksud anda, Sensei. Saya 'kan, hanya berusaha bersikap baik pada mereka... dan, anda tidak boleh menggunakan kata 'mengangkut' untuk mereka, bukan?"
"Heh, Namikaze-san... aku sangat mengemnal orang tuamu. Akan kukatakan pada Tou-sanmu tentang hal ini..."ancam Tsunade. Naruto tersenyum.
"Tou-san tidak akan marah." ujarnya penuh percaya tersenyum licik.
"Memohonlah. Karena aku juga akan mengatakannya pada Nyonya Namikaze."
Glekkk! Naruto menelan ludah. Tsunade menyeringai'
"T-Tsunade-sensei..."
"Ya?"
"Aku tidak akan... mengulangnya lagi..."
.
.
.
.
.
.
Naruto melangkahkan kakinya memasuki rumah sekaligus toko bunga 'Flower Shop: MiKuNa' milik Kushina Namikaze. Rasanya ia benar-benar tidak ingin pulang. Karena kalau ia pulang...
"Naru-chan!" panggilan manis dari sang ibu, membuat Naruto merinding. Bukan karena apa, hanya saja... sang ibu membawa dua pasang baju maid ditangannya.
"Kaa-san sudah menjahitkan dua pasang baju untukmu!" serunya lagi. Naruto tampak meringis, ia menangis dalam hati. Memang, sudah dari enam tahun lalu ia melakukan sebuah kegiatan dirumahnya. Yaitu, menjaga toko bumga milik Kushina, dengan berpakaian seperti seorang gadis.
"Kaa-san..." erang Naruto.
CLINGG! mata Kushina bersinar, aura hitam tampak keluar dari tubuhnya.
"Naru-chan... kau ingat perjanjiannya, kan?"
"Kaa-san..."
"Pakai cepat! Akan ada yang mengambil pesanannya lima menit lagi!"
BRAKK! Naruto terjatuh dengan lebay-nya. Meratapi nasibnya, sudah terlahir sebagai anak Kushina. Perjanjian sialan itu. Perjanjian dimana ia bertaruh dengan Kushina untuk mendapatkan perhatian seorang gadis.
Flashback: on.
Kejadiannya terjadi saat Naruto dan Kushina sedang berjalan-jalan ke Konoha Departement Store.
"Naru-chan... jangan beli mainan terus. Naru-chan kekanak-kanakan, deh! padahal sudah kelas 3 SD. Mana ada cewek yang suka..." keluh Kushina. Naruto tersenyum terhadap robot yang ia pegang. Bagus, ujarnya dalam hati. Naruto menoleh pada ibunya.
"Naru populer, kok! Setiap hari Naru dapat surat cinta dari temen-temen sekelas!" ujarnya penuh percaya diri. Kushina menaikkan sebelah alisnya.
"Benarkah?"
"Iya, masa' Kaa-san gak percaya sama Naru, sih?"
"Oke, kita buktikan. Disana ada cewek cantik berambut hitam. Taklukan dia. Kalu Naru gak bisa, Naru harus membantu Kaa-san menjaga toko bunga dengan gaun maid."
"Oke, deal... tapi kalau Naru menang, Kaa-san harus beliin setiap mainan yang Naru minta. Oke?"
"Deal." dengan begitu dimulailah pertarungan antara Kushina dan Naruto. Dengan santainya naruto mendekati sang gadis cantik itu.
"Hai..." sapanya. Gadis berambut hitam itu menoleh.
"Hai..." balasnya. Naruto tersenyum manis dan mengulurkan tangannya.
"Naruto." ucapny. Gadis itu tersenyum miring lalu membalas uluran tangan Naruto.
"U—"
"... Ke-chan! kamu kemana saja? Ibu cemas sekali!" ujar seorang wanita cantik berambut hitam sebahu, sambil berlari kecil menghampiri sang gadis.
"Aku tidak kemana-mana. Nii-san sedang memilih robot untuk dimodifikasi, aku menunggunya disini. Kaa-san pergi makan duluan saja, Tou-san sedang menunggu." ujar gadis itu manis. Ibu gadis itu tersenyum, lalu mengacak rambut anaknya pelan.
"Ya sudah. Kaa-san pergi dulu. Jangan jauh-jauh dari Nii-san, ya! eh... apa itu yang kau pegang?" tanya sang ibu behitu sadar sang anak memegang sebuah boneka Barbie berwarna pink di tangannya.
"Dia tadi jatuh... jadi kuambil. Kasihan kalau diinjak." katannya manis, dengan wajah tersipu. Sang ibu tersenyum, lalu pergi menunggalkan sang anak setelah menciumnya pipinya sekilas. Merasa melupakan sesuatu, gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati Naruto yang menunggunya.
"Oh ya, namaku—"
"Uke, kan? Namamu aneh juga! tapi tak apalah. Boleh kupanggil Uke-chan?"
"Bukan..."
"Tidak boleh? Bagaimana kalau Ke-chan?"
"Bukan. Maksudku..."
"Atau Uke saja?"
Plakkk!
Uke menampar pipi kanan Naruto, sehingga meninggalkan bekas berupa cap tangan berwarna merah.
"Ukh.."
"Baka!" ucap sang gadis, lalu pergi meninggalkan Naruto. Saat Naruto mengejarnya, gadis itu melemparnya boneka Barbie pink dan berlari pergi.
"Auch... eh, boneka?" gumam Naruto.
"Haha..." tawa Kushina meledak seketika.
"Eh, Kaa-san?"
"Naru 'kan hari, Naru dapat surat cinta dari temen-temen sekelas." ejek Kushina dengan menirukan suara Naruto.
"Jadi... bagaimana, Naru-chan? Janji tetap janji, kan?"
"Eh...?"
" Naru gak berani?"
"T-tentu saja Maru berani. Hanya membantu Kaa-san menjaga toko, kan?"
"Dengan pakaian maid." tambah Kushina. Naruto mengangguk mantap. Tidak masalah baginya pakai pakaian perempuan. Karena saat Kushina mengandung Naruto, Mito—nenek Naruto—mengira Kushina akan melahirkan seorang anak perempuan, jadi ia membelikan segala perlengkapan untuk perempuan, dengan pakaian perempuan yang complete. Dari pakaian bayi, batita, balita, sampai anak-anak. Namun, karena tak tahan, saat Naruto masuk SD, Minato membelikannya pakaian lelaki tulen. Oh ya, jangan lupa, Mito juga membelikan Naruto berbagai boneka barbie, mendekorasi kamar Naruto agar bernuansa pink, lalu seprai naruto yang juga bergambar princess. Sewaktu Naruto beranjak SD, Minato membuang segala benda milik Naruto yang mencerminkan seorang gadis, dan menggantinya dengan yang baru. Tentu saja menggantinya dengan yang kelakian. Namun, terkadang Kushina usil memekaikan Naruto pakaian cewek yang ia jahit sendiri, memotretnya, dan memamerkan ke tetangga.
Flashback off.
"Hu... hu..." sesalnya. Memang duku ia tak masalah namun, saat menginjak bangku SMP, Naruto ketahuan teman-teman cowoknya saat menggunakan pakaian maid. Ia ditertawakan lalu trauma dan gak masuk sekolah seminggu. Dan saat itulah, ia baru tahu kalau cowok yang memakai pakaian cewek disebut... BANCI.
Ia mengurung dirinya dikamar, dan mogok makan selama satu setengah hari.
Ia hanya membiarkan Minato masuk kekamarnya.
Ia sekarang mengerti, kenapa Minato selalu melarangnya memakai pakaian cewek.
Akhirnya setelah bersusah payah selama lima hari, Minato berhasil memujuk anak semata wayangnya itu untuk kembali ke sekolah. Dan setelah itu, muncullah kejadian-kejadian aneh.
Teman-teman cowoknya mulai menyatakan perasaan mereka pada Naruto.
"Hah... kenangan pahit." gumamnya. Ia lalu bangkit berdiri, dan langsung menuju kamarnya untuk berdandan ala perempuan. Yah... cuma memakai baju maid dan pakai rambut palsu saja, sih.
.
.
.
.
.
.
"Selamat datang!" ucap Naruto sambil tersenyum manis. Seorang pemuda datang dengan wajah stoic-nya.
"Aku ingin mengambil pesanan.!" ujarnya datar. Dari gaya berpakaiannya, mungkin dia mahasiswa, pikir Naruto.
"Pesanan milik Uchiha, ya?" tanya Naruto sambil mencari nama Uchiha diantara banyaknya pesanan.
"Hn."
"Hn itu, iya atau tidak?"
"Hn."
"Maaf, bisa bicara lebih jelas?"
"Hn. Iya." jawab Sasuke sedikit malu. Gadis ini benar-benar manis, dan ia membuat dirinya sendiri malu di hadapan gadis itu.
"Yap, ini dia... pesanan milik Uchiha. Datang lagi, ya!" ujar Naruto riang. Senyumnya tampak terus melekat dibibir manisnya.
"Hn." gumam Sasuke. Pemuda berambut Raveb itu lalu pergi meninggalkan toko bunga 'flower Shop: MiKuNa'.
"sepertinya aku pernah melihatnya." ujar Naruto sambil menggaruk pelipisnya.
"apa mungkin kakak kelas, ya?" lanjutnya lagi. Bisa gawat kalau begitu. Ia segera menepis pikiran itu.
"Huwaa... pakaian ini benar-benar panas!"
.
.
.
.
.
"Hey, Naruto! rapat OSIS dipercepat, menjadi hari ini.." ucap Kiba. Ia pagi-pagi datang kekelas Naruto hanya untuk memberitahu Naruto tentang pengumuman ini. Baik sekali bukan?
"Oh... ya, Senpai. Terima kasih. Oh iya, ada yang ingin aku tanyakan..." ucap Naruto.
"Ingin tanya apa?"
"Anu... disekolah ini, ada yang bernama Uchiha, tidak?"
"Oh.. maksudmu, sasuke?"
"S-Sasuke?"
"Iya. Ketua OSIS kita."
APAAAAA?! jangan-jangan pemuda yang kemarin adalah... SASUKE?! pantas saja ia merasa seperti pernah melihatnya.
"Memangnya ada apa, Naruto?" tanya Kiba khawatir. Wajah Naruto tiba-tiba saja berubah pucat.
"Ti-tidak Senpai. H-hanya teringat dengan anjingku dirumah. Aku lupa memberi makan Pakkun." ujarnya gugup. Kiba mengangguk-angguk. Ia tak heran melihat ekspresi Naruto yang berlebihan, karena ia juga bergitu terhadap Akamaru, anjing kesayangannya.
"Oh... teiepon saja ibumu. Minta tolong padanya untuk memberi makan Pa..., Pa siapa?"
"P-Pakkun, Senpai," jawab Naruto tambah gugup.
"Pakkun?" ulang Kiba.
"I-iya..."
"Oh... ya sudah. Dah!" salam Kiba. Ia kemudian berjalan menuju kelasnya.
"Fyuuhh.." Naruto menghela nafas. Untung Kiba tak menyadarinya. Naruto mana punya anjing. Pakkun itu adalah anjing milik Kakashi-sensei.
'Pakkun? Pakkun... Pakkun... Pakkun... perasaan aku pernah mendengarnya. Ada sesuatu yang ganjil'. Kakinya menaiki anak tangga satu per satu sambil mengingat-ingat.
'Pakkun... jangan-jangan...'
TBC...
Selamat tahun baru 2014!
haha... bagaimana? Gaje, ya?
maaf sebelumnya, karena belum melanjutkan fic gaje saya lainnya.
Terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk membaca...
mohon reviewnya ya!
salam, cmina-chan sayang ibu.
