LAST BREATH
BY : SUKEZ NO UCHIHA
Disclaimers : Mashashi Kishimoto.
Genre : Tragedy And Family.
Pairing : NaruHima - HinaBolt
Warning : AU, OOC, Typos, jalan cerita mudah di tebak, ide cerita pasaran, dan sebagainya.
..
.
.
Chapter 1: Pantai, kami datang.
.
Seorang gadis remaja berusia sekitar enam belas tahunan berdiri lama di depan tiga pusara yang masih baru. Walaupun hujan deras mengguyur badanya dia tetap tidak menunjukan pergerakan untuk pergi dari hadapan tiga pusara baru itu.
Badanya menggigil, menolak untuk menerima dinginya air hujan, memaksa tubuhnya untuk menghasilkan panas.
"Kenapa."
Hanya itu yang dia ucapkan.
Gadis tersebut mengambil nafas dalam dan dihebuskanya dengan tersedat-sedat, mencoba menormalkan isak tangisnya supaya berhenti. Pandanganya menatap satu persatu tulisan yang tertulis dalam batu nisan itu dengan raut wajah sendu.
Batu nisan pertama yang paling kanan bertuliskan Namikaze Naruto, yang kedua bertuliskan Namikaze Bolt, sedangkan yang ketiga bertuliskan Namikaze-Hyuga Hinata.
Keluarga yang awalnya bahagia, penuh warna, canda-tawa. Berubah tiga ratus enam puluh derajat menuju hal yang berlawanan. Penuh tangis, tragis, dan rasa kehilangan yang tak pernah dapat terhapuskan.
Gadis itu memiliki rambut indigo sepunggung yang indah, matanya berwarna biru safir yang meneduhkan hati. Tapi sayang mata itu tidak seindah dulu. Tidak seindah saat sebelum semua tragedy ini berlangung. Sekarang yang terdapat dalam bola mata itu hanyalah kesedihan, kepedihan, kesepian, dan trauma yang mendalam. Gadis itu bernama Namikaze Himawari.
Gadis keturunan Namikaze-Hyuga itu menatap tiga pusara di depanya dengan perasaan yang sulit. Dia menatap nanar pusara Ibu dan Kakak bandelnya. "Mengapa kalian tidak mengajak aku juga. Mungkin jika kalian mengajak aku, mungkin juga kita sekarang bersama, berpelukan, salling memberi kehangatan seperti sedia kala. Tidak seperti sekarang. Aku kesepian."
Lalu pandanganya beralih ke arah pusara ayahnya, Namikaze Naruto. "Benarkan ayah? Jika aku juga meninggal bersama Ibu, mungkin ayah tidak usah berkorban nyawa demi aku." Gumamnya tidak terdengar jelas.
Hujan yang tidak kunjung juga memberikan tanda-tanda akan berhenti, tidak membiarkan cahaya dari sang matahari menerobos menyinari bumi itu seakan mengerti perasaan hati Himawari sekarang.
Dia tersenyum getir. Mengingat hari-hari sebelum tragedy kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang mengubahnya menjadi seperti sekarang.
Padahal saat itu semuanya sedang berbahagia, saling bercanda, sarapan pagi dengan diselingi candaan garing dari ayahnya yang anehnya berkesan menyenangkan.
"Ayah, jika aku lulus dengan nilai diatas rata-rata, Ayah akan memberi hadiah aku apa?"
Bolt, anaknya yang pertama dan memiliki rambut pirang jabrik dan bermata lavender seperti ibunya menantang, menantang Naruto untuk memberikan imbalan akan janji keberhasilanya.
Naruto tampak berpikir sejenak, dan dia tertawa dengan misterius. "Ada deeeh." Jawabnya misterius.
Sedangkan yang diberi jawaban tersebut mengerucutkan bibirnya. Tidak terima dengan jawaban sang ayah. Adik dan ibunya juga ikut tertawa, menyebabkanya jengkel. Tapi itu menjadi hal yang mengembirakan dan hal itu jugalah yang membuat keluarga sederhana itu bahagia.
Walaupun Naruto dan Hinata menikah tanpa restu orang tua bagi keluarga Naruto, dan bagi keluarga Hinata tidak jadi masalah. Mengingat Hinata yatim piatu dari kecil. Dia dibesarkan dalam panti asuhan. Tidak ada orang yang sepesial dalam hidupnya sampai sosok anak usia sebelas tahun dengan rambut pirang jabrik bermata safir datang mengisi keseharianya.
Saat pernikahan akan terjadi, Naruto mati-matian meyakinkan akan tetap menikahi Hinata. Hal itu dikarenakan Hinata tidak tamat sekolah dan yatim piatu. 'Apa yang dapat diandalkan dari perempuan seperti dia!' itulah bentak Kushina, ibu dari Naruto saat ingin meminta restunya.
Minato, ayah dari Naruto sudah meninggal lama. Menyisahkan perusahaan Namikaze Corp yang terpaksa dipimpin Kushina.
Dan sejak kejadian itu Naruto pergi dari Uzusio. Menikah dengan Hinata tanpa persetujuan ibunya dan hidup bahagia hingga detik ini.
Satu minggu sudah berlalu, dan ditetapkan oleh sekolah bahwa sekarang adalah pengumuman hasil ujian akhir sekolah. Bolt pulang dengan perasaan gembira. Tidak percuma usaha belajarnya selama ini. Dia mendapatkan nilai yang paling unggul di antara teman-temanya.
Dia tidak sabar akan menerima hadiah apa yang diberikan ayahnya padanya. Perjalanan pulang yang kemarin terasa cepat kini menjadi terasa sangat lama bagi Bolt. Himawari yang sedari tadi mengekor di belakangnya mengumpat dalam hati. Kesal.
'Dasar kakak, sifatnya sama saja dengan Ayah. Periang dan hyperaktif.' Dengan perasaan kesal yang sudah tidak tertahankan lagi dan juga kelakuan kakaknya yang seperti anak kecil itu akhirnya Himawari menegurnya.
"Kakak! Bisa tidak diam dan tenang. Jangan seperti anak kecil yang baru dibelikan permen."
Bolt menghadap cepat ke Himawari. "Adik ku sayang. Kakak akan dapat hadiah dari ayah dan kamu tidak. Apa karena kamu iri, sehingga sifatmu seperti ini."
Himawari tetap bersikap biasa dengan jawaban kakaknya. "Terserah.." dan dia berjalan cepat melewati kakaknya.
"Yee…"
Makan malam adalah saat yang tepat bagi Bolt untuk memberitahukan berita baik itu. Keluarganya sudah selesai makan.
"Ayah, aku ingin menagih janji Ayah." Tanpa aba-aba dia berkata.
Dan hal itu menyebabkan Naruto yang sedang minum tersedak. Dia terbatuk-batuk, sedangkan dengan orang yang menyebabkan itu terjadi hanya nyengir-nyengir dengan ekspresi bersalah. Hinata sibuk menepuki punggung Naruto dan Himawari melotot pada Bolt.
Sungguh keluarga yang lengkap.
Setelah sudah merasa batuknya reda, dia berbicara pada Bolt. "Ehemmm. Baiklah, aku ingin lihat hasilnya."
Bolt tersenyum dan segera meragai kantong celananya dan setelah mendapat apa yang dia cari, dia segera memberikanya pada ayahnya. "Ini.."
Naruto menerimanya, dibukanya kertas itu dan melihatnya dengan serius. "Bagus.."
"Hanya itu?" Bolt kecewa, wajahnya agak ditekuk. "Mana hadiahnya?"
"Besok kau akan tau."
"Kenapa tidak sekarang?"
"Besok saja." Kali ini yang menjawab adalah Hinata, ibunya. Dia sudah tau mengenai hadiah yang akan di berikan Naruto pada anak mereka itu. Semalam Naruto sempat meminta saran padanya mengenai hal itu.
"Ah, yasudah lah, tapi apa aku boleh tau hadiah itu apa?"
"Tidak." Jawab Naruto pendek.
"Yaaa…"
Setelahnya mereka tertawa dan dilanjutkan dengan hal yang menyangkut Himawari, masalah sekolahnya. Apa dia mengalami kesulitan. Dan hal-hal yang kurang penting lainya. Yang menyebabkan keluarga itu semakin berwarna.
Mereka sangat bahagia malam ini. Besok keluarga tersebut akan pergi liburan. Untung besok adalah hari libur bagi kedua anak mereka dan Naruto juga sudah izin pada pimpinanya.
Hinata sudah mempersiapkanya dari tadi, jadi besok mereka akan siap berangkat pagi-pagi. Bahkan Naruto membeli kamera baru untuk mengabadikan momen mereka di pantai.
Yah, pantai adalah tujuan mereka besok. Tidak ada tempat lain yang menurutnya cocok untuk mereka selain pantai. Mereka beranjak tidur setelah sudah waktunya. Menunggu pagi yang serasa sekejap mata.
Pagi ini mungkin pagi yang akan menyenangkan bagi keluarga Namikaze. Mereka akan pergi liburan. Dan liburan ini pun liburan pertama bagi Naruto dan Hinata setelah mereka menikah.
Mereka terlalu sibuk untuk mengurusi masalah liburan. Tidak ada waktu untuk hal semacam itu dulu. Tapi sekarang itu akan segera terwujud.
Senang? Tentu saja mereka senang. Selama sekian lama mereka menikah, ini adalah yang pertama mereka pergi berlibur bersama. Semakin lengkap dengan adanya kedua anak mereka.
Entah apa yang menyebabkan Bolt dapat bangun pagi dihari libur ini. Biasanya saja selalu bangun dengan dibangunkan Himawari setiap sekolah sedang libur seperti sekarang.
Mungkin karena dia sudah tidak dapat menunggu hadiah apa yang akan diberikan ayahnya padanya.
Dia segera berlari menuju pintu kamar ayah dan ibunya. Diketuknya pintu jati itu dengan tidak sabar.
Pintu terbuka dan menampilkan wajah ayahnya yang masih dengan mata terpejam. "Hadiahnya?"
Setelah mendengar kalimat anaknya, Naruto segera membuka mata dengan agak susah. 'Apa yang Ayah lakukan semalam?' Pikir Bolt. Tapi dia tidak peduli itu. Yang dia pedulikan adalah hadiah apa yang dia terima dari ayahnya.
"Kemasi barang yang perlu dibawa, kita akan ke pantai, berlibur. Bilang juga pada adikmu."
Bolt tersentak kaget. "Berlibur?" ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.
"Hmm."
Bolt tidak menyangka akan hadiah ini. Berlibur, berlibur adalah hal yang dia inginkan sejak lama. Dia sering iri pada teman mereka yang setelah liburan setiap musim, mereka selalu bercerita tentang liburanya. Entah itu ke pantai atau ke tempat-tempat hiburan lain.
"Yosh, aku akan bersiap-siap." Sebelum pergi dia menerjang ayahnya dengan pelukan. "Arigatou Tou-chan." Ucapnya riang dan pergi ke kamar Himawari untuk memberitahuinya.
Setelahnya dia pergi ke kamarnya sendiri untuk mengemasi barangnya.
Menjelang jam setengah delapan mereka sudah ada di dalam mobil. Barang barang mereka sudah ada dalam bagasi. Mobil sudah dipanaskan, tekanan ban sudah dicek begitu juga dengan rem. Semua sudah dalam keadaan siap menurutnya.
Mereka tidak mendapat firasat buruk sama sekali, terlalu terhanyut dalam kegembiraan.
"Apa semuanya sudah siap?" Naruto berteriak lantang dalam mobil. Hinata ada di sampingnya, Bolt dan Himawari ada di belakangnya.
"Yosh, siap." Jawab Bolt tidak kalah lantang. Mengalahkan dua orang yang menjawab dengan biasa saja. Suara mereka tidak terdengar jelas.
"Baiklah, pantai kami datang…"
Perjalanan itu seharusnya tidak memakan banyak waktu. Cukup dengan melewati jalan tol dan berbelok menuju jalan kota yang tidak terlalu padat, mereka sudah dapat melihat indahnya lautan.
Tapi ketika Naruto melihat ada tempat pengisian bahan bakar dari jauh, dia ingat bahwa bahan bakar mobilnya belum terisi penuh.
Dia melihat speedometer untuk bahan bakar, dan saat itulah kecelakaan itu terjadi. Naruto lengah, truck pengangkut beton bahan bangunan bekal jembatan mengalami pecah ban.
Truck itu oleng kesamping dan berguling. Naruto kaget, dia spontan langsung menginjak rem dengan kuat. Mencoba menghindari tabrakan.
Berhasil. Naruto berhasil memberhentikan tabrakan mobilnya dengan jarak setengah meter dari truck terguling tersebut.
Dia menghela nafas penuh syukur. Dia tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi bila dia tidak dapat memberhentikan mobilnya tepat waktu.
Begitu juga dengan keluarganya. Wajah mereka sangat tegang dan takut. Mereka berfikir mereka akan mati jika kecelakaan itu terjadi.
Tapi takdir berkata lain, sepersekian detik setelah mobil Naruto berhenti, truck trailer besar yang ada di belakanya tidak dapat mengerem tepat waktu.
Hantaman yang keras terjadi, semua yang menyaksikan tabrakan beruntun itu berbondong-bondong menyelamatkan korban kecelakaan.
Baru setelah sepuluh menit kemudia petugas Polisi, pemadam kebakaran, ambulance dan wartawan datang.
Polisi sibuk mengamankan para wartawan dan menormalkan laju lalu lintas. Dan personil pemadam kebakaran berusaha keras mengeluarkan korban.
Dalam kecelakaan itu ada delapan korban. Polisi yang mengetahui jumlah korban itu segera menelpon pihak rumah sakit agar mengirimkan ambulance lebih banyak.
Tiga ambulance dalam perjalanan menuju TKP. Menjadikan empat ambulance siap membawa korban dengan secepat mungkin. Menyelamatkan mereka.
Korban diantaranya, empat luka ringan, dua luka berat dan dua meninggal di tempat.
Empat luka ringan merupakan supir dan asisten truck pengangkut beton dan trailer.
Dua luka berat adalah Himawari dan Naruto. Mereka berhasil selamat karena menerima hantaman yang kurang kuat dibandingkan dengan Hinata dan Bolt.
Dan yang terakhir adalah Hinata dan Bolt. Luka mereka sangat fatal, menyebabkan mereka meninggal seketika.
Baru satu jam para anggota pemadam kebakaran dapat mengeluarkan keluarga Naruto. Yang menyebabkan lama efakuasi tersebut adalah betapa buruknya keadaan mobil tersebut.
Keempatnya dalam keadaan terjepit, mereka mengeluarkan Himawari dan Naruto terlebih dahulu karena nyawa mereka masih dapat diselamatkan. Tapi tidak dengan Hinata dan Bolt.
Naruto dan Himawari segera dibawa ke rumah sakit. Menyelamatkan nyawa mereka.
Naruto mengalami patah tangan kiri dan kedua kakinya, empat tulang rusuknya juga patah.
Tidak berbeda jauh dengan Naruto, Himawari juga mengalami patah tangan kiri dan tiga tulang rusuknya ada yang patah.
Jenazah Hinata dan Bolt disimpan di ruang mayat rumah sakit jika mereka sadar, mereka akan bertanya kenapa kecelakaan ini terjadi, padahal keluarga kami sangat bahagia sebelumnya. Apa karena keluarga kami tercipta tanpa restu orang tua.
Hanya tuhan yang tau.
.
.
.
TBC
A/N: Kalian pasti sudah dapat menebak jalan cerita selanjutnya. Tapi apakah cerita ini layak untuk diteruskan?
REVIEW kalian menentukanya.
