Perverted Butler Lesson Chapter 1
Disclaimer : Kuroshitsuji oleh Yana Toboso Sensei!
Presenting : Sebastian Michelis x Ciel Phantomhive
By : Bloody Psycho
Warning! : Lemon, BDSM, Yaoi, dan lain-lain~ :3
"Apa yang Anda inginkan untuk snack siang ini, Tuan Muda?" kedua mata berwarna merah darah yang mengerikan itu menatapku lekat, membuatku harus merasakan perutku melilit ketika fakta bahwa sosok tinggi semampai yang tengah berdiri di hadapanku dengan setelan serba hitamnya tersebut adalah seorang iblis yang mengincar jiwaku. "Pie Apel" jawabku singkat, ketika menyadari bahwa kedua mata crymson tersebut tak lepas bahkan sedetik pun dariku, Sebastian Michaelis.
Aku, Ciel Phantomhive, seorang bocah berumur 13 tahun yang kehilangan kehangatan kasih sayang dan seluruh kebahagiaannya sejak 3 tahun yang lalu. Ketika warna merah menakutkan yang membara itu melahap habis mantionku, merebut jiwa orang tuaku, dan merebut semua yang merupakan kebahagiaanku. Baiklah, cukup sampai di situ.
Disinilah aku, duduk dengan tenang di ruang kerjaku memandangi setumpuk kertas yang berisi informasi tentang kasus yang tengah membuat ricuh negeri ini, Jack Ther Ripper. Menjadi Anjing Penjaga yang bekerja di bawah perintah sang Ratu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh bocah lain seumurku. Namun, kehadiran iblis itu membantuku setiap kali ada kasus yang muncul di negeri ini.
"Membantu" sebenarnya bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang ia lakukan sebagai butlerku selama 2 tahun terakhir ini. Kontrak yang kubuat dengannya membuatnya harus menjadi butlerku hingga saat itu datang, saat dimana dendamku telah terbalaskan dan ia pada akhirnya akan melahap jiwaku. Berkaitan dengan kontrak yang terlihat jelas pada mata kananku, sebagai butler ia akan melaksanakan apa saja yang kuperintahkan.
"Tuan Muda, saya membawakan pie apel pesanan Anda" suara itu menembus telingaku dari kiri ke kanan dengan lembutnya, "Masuklah". Ia datang..
"Saya membawakan Earl Grey untuk Anda, Tuan Muda" ujarnya sambil menyodorkan secangkir teh padaku. Sebastian pergi meninggalkanku yang tengah menikmati secangkir Earl Grey yang dibawakannya.
Deg!
"Apa ini?" batinku, kurasakan tubuhku yang mulai memanas tanpa tau penyebab yang sesungguhnya. Seluruh tubuhku terus memanas, kehilangan semua kemampuan untuk menopang satu sama lain, lemas tak berdaya. Aku menggenggam erat kedua lenganku, berusaha untuk meredakan panas tubuhku, dan jantungku yang berdetak begitu kerasnya hingga aku bahkan dapat mendengarnya.
"Apakah saya meneteskan obatnya terlalu banyak? Efeknya terlihat agak berlebihan. Atau memang tubuh Anda yang terlalu lemah?" Terjengit ketika melihat Sebastian yang tengah berdiri bersandar dengan angkuhnya di depan pintu masuk ruang kerja ku, memamerkan mata merah darahnya, membuat tubuhku semakin gemetar tanpa dapat kukendalikan.
"A…apa yang ka-kau berikan pada…ku?" tanyaku, menatap tajam matanya. Berusaha untuk mendapatkan jawaban dari semua ketidak berdayaan yang datang tiba-tiba ini. "Apa yang saya masukkan? Ah, rupanya Anda menyadarinya. Saya hanya memasukkan sedikit obat yang saya racik sendiri, dengan tujuan agar Tuan muda dapat beristirahat. Karena saya perhatikan Anda begitu kelelahan sejak mengatasi kasus Jack The Ripper".
"U..usotsuki! kh…haah..hah.." Keadaan ini tidak bagus, tubuhku semakin tak berdaya, jantungku pun semakin menggila. Apa yang sebenarnya telah dilakukan iblis brengsek ini?
"yare.. Yare.. Saya tidak menyangka efeknya akan seperti ini. Saya akan meracikkan obat untuk Anda, Tuan Muda. Saya akan membawa Anda ke kamar Anda"
"A-apa yang kau-!?" Terkejut ketika ia mengangkat tubuhku dengan entengnya, seolah ia mempermainkanku yang tengah tidak berdaya. Tapi aku tidak dapat melawan, tubuh ini terlalu tidak berdaya..
"Anda dapat tidur sejenak sementara saya meracik obatnya, Tuan Muda" ujarnya setelah meletakkan tubuhku di atas kasurku. "P..pastikan kau ah.. mera..ciknya de..ngan hh.. benar.. kh" sudahlah, aku pasrah.
"Sudah waktunya Anda bangun, Tuan Muda" suara lembut itu menembus telingaku kanan ke kiri, memaksaku untuk membuka mata.
Gelap…
"Ada apa ini?! Kenapa gelap?! Kh! Sebastian! Apa yang kau lakukan dengan tanganku!? Lepaskan!" Terkejut ketika menyadari aku tengah dalam kondisi yang sangat tidak baik, dengan tangan diikat dan mata yang ditutup. Apa maksud semua ini?!
"Tenanglah, Tuan Muda. Ini hanya sebagian dari proses pengobatan Anda. Saya akan melakukan sedikit pemijatan agar obatnya mudah dicerna oleh tubuh Anda" Ia berkata seperti itu membuatku semakin merinding. Tiba-tiba kurasakan benda cair yang ditumpahkan ketubuhku. Dasar iblis sialan, tidak cukup mengikat tanganku dan menutup mataku, ia juga membuka seluruh bajuku.
"Ah! A-apa yang.. ah! Kau lakukan?! Nggh.. Hentikan Sebastian!" aku berusaha meronta ketika kurasakan tangan dingin tak berperasaan milikinya menyentuh kedua titik sensitive di dadaku, mengelusnya dengan lembut, dan memilinnya. Membuat tubuhku kembali diserang hawa panas. "Tapi tubuh Anda berkata lain, Tuan Muda".
"Ah… nggh! Se-sebastian! Kh.." aku terjengit ketika ia menggantikan tangan itu dengan lidahnya, merasakan lidah hangat, basah, dan lembek itu menyentuh daerah sensitive tubuhku, memainkannya, menikmati ketidak berdayaan tubuhku. "Tuan Muda, bagian tubuh Anda yang ini terlihat sangat menikmati apa yang saya lakukan terhadap Anda. Apakah Anda masih ingin meminta saya berhenti?"
Ia mulai menyentuh bagian itu, membelainya, memijatnya, memainkannya. "ah.. ah… lepask..an a..ku ah! Iblis.. brengsek! Aah.." aku tidak ingin kalah darinya, aku tidak akan kalah darinya! Ia melepaskan permainan lidahnya dari nipplesku, membuatku sedikit lega.
"Memang lebih seru jika hewan yang diburu susah untuk di dapatkan"
"aah! Se-ebastian! A..ah apa yang kau lakukan! Kh..ah.. ah.." Tiba-tiba ia memasukkan milikku kedalam rongga mulutnya. Membiarkanku merasakan kehangatan rongga mulutnya, lidahnya terus bermain dengan liarnya, memaksaku mendesah tak terkendali ketika lidah itu dengan lihainya bermain dengan milikku.
"Se-sebas ah! Sebastian! A-aku.. ah.. Aku…" Aku merasakan ada sesuatu yang mendesak keluar, Sebastian tampak tak peduli dengan penderitaanku. Ia malah semakin ganas dengan permainan mulutnya, hingga….
"Sebastian! Aaah! Ah! Kh..ngh, haah haa".
"Anda kelihatan sangat menikmatinya, Tuan Muda. Kita hentikan sampai di sini dulu, akan saya biarkan Anda mencerna pelajaran hari ini. Kita akan melanjutkan pelajaran Anda lain kali" ujarnya sambil melepaskan penutup mataku dan ikatan tanganku. Kulihat senyum lembut terlukis jelas di wajahnya yang kian mendekati wajahku tersebut.
Ia mempertemukan bibirku dan bibirnya, menggerakkan bibirnya membasahi bibirku dan mencoba untuk membuka gerbang masuk lidahku. Tapi, tidak akan kubiarkan semudah itu dia mendapatkan apa yang ia mau, setelah apa yang dilakukannya padaku. Tiba-tiba ia menarik wajahnya dan menatapku lekat, kembali memamerkan mata merah darahnya padaku "Hati-hati dengan pertahanan Anda , Tuan Muda. Seorang pemburu akan semakin gencar mengincar mangsanya ketika mangsanya terus melawan." Senyum iblis itu.. membuatku kesal, sekaligus takut.
Sebastian memasangkan kembali pakaianku dan berjalan meninggalkanku yang tengah tersengal-sengal akibat perbuatannya. "Istirahatlah, Tuan Muda" ujarnya sebelum menghilang dari balik pintu kamarku.
Tunggu Kejutan Lainnya di Chapter 2 yaa~
