Akustik © Betonkuatberkualitas
Kim Namjoon x Kim Seokjin
Producer RM x Guitarist-Vocalist Jin
[NamJin]
Kim Namjoon, berumur dua puluh empat tahun, di malam minggu kali ini memilih untuk berkunjung ke salah satu kafe di tengah kota yang cukup terkenal. Kafe itu memiliki area outdoor dan indoor, membuat Namjoon yang sedang ingin cari suasana baru tidak ragu berkunjung.
Ia benar-benar butuh angin segar. Seminggu ini kepalanya penat luar biasa karena pekerjaan yang menumpuk. Apalagi, baru-baru ini ia tidak sengaja merusak beberapa barang penting yang membuatnya mau tidak mau menggantinya, lagi.
Namjoon memilih duduk di luar, di salah satu bangku terdekat dari panggung kecil tempat digelarnya live music sebagai acara mingguan kafe ini.
Namjoon sebagai penikmat musik merasa bahwa hari ini adalah hari keberuntungannya. Padahal niat awal, ia hanya ingin makan sebentar lalu jalan-jalan di taman atau sekitar tepi sungai Hangang yang terkenal, mencari barangkali ada pertunjukkan tari atau musik dari yang mereka sebut sebagai performer jalanan.
Sambil menikmati sepiring Broccoli Ravioli dan sebotol Soju, ia sesekali mengetukkan jarinya seirama dengan lagu yang mengalun. Band yang saat ini tampil terdiri dari tiga orang laki-laki, yang Namjoon taksir sepantaran dengannya.
Di posisi cajoon, ada seorang pemuda bergigi kelinci, manis, kalau boleh Namjoon bilang. Lalu di posisi bassis ada pemuda berambut merah dengan wajah lonjong, rahang tajam, dan hidung yang mancung. Namjoon bahkan tidak akan terkejut kalau pemuda itu bisa memotong kertas dengan rahang atau hidungnya. Dan yang terakhir, posisi gitaris sekaligus vokalis, diisi oleh pemuda yang Namjoon akui, baik paras maupun suara sama-sama cantik.
Telinganya serasa dimanja, apalagi, saat ini yang ingin ia nikmati bukan musik sedap sedup jedak jeduk ala EDM-an, tapi sekadar pertunjukkan musik sederhana seperti ini.
Namjoon sesekali membulatkan bibir kagum, pemuda cantik itu dapat mencapai nada-nada tinggi dengan baik. Permainan gitarnya pun tidak tampak terganggu.
Satu lagu selesai, beberapa pengunjung bertepuk tangan, termasuk Namjoon. Sambil sesekali ia menyuapkan potongan pasta berwarna hijau itu ke mulutnya.
"Terima kasih. Untuk yang baru saja sampai, selamat datang di Hunger Bee!" Ucap pemuda cantik itu dari mikrofon.
Ia berdiskusi kecil dengan kedua temannya di belakang, lalu mengangguk tanda ada persetujuan di sana.
"Baiklah, langsung saja, lagu berikutnya adalah collaboration project yang dinyanyikan oleh artis muda yang sedang naik daun, Jimin, featuring dengan rapper sekaligus komposer favorit saya, RM."
Tubuh Namjoon menegak. Telinganya tidak salah dengar 'kan? Lagu Jimin dan RM katanya? Dirinya?
Sang Vokalis mulai memetik gitarnya,
"Magi naerigoー"
"Astaga, sungguhan Young Forever?!" Gumam Namjoon tidak percaya.
Sedikit rahasia, Kim Namjoon adalah pemuda jenius yang berada di balik nama RM, produser musik yang setiap ciptaannya mendapat respon positif dari masyarakat. Iya, itu dia, orang yang membuat komposisi, aransemen, dan lirik. Tentu, dengan kerjasama dari tim-nya juga.
Tidak ada yang tahu siapa RM itu. Apakah dia laki-laki atau perempuan, apakah dia orang Korea, apakah dia pemuda kuliahan atau om-om berumur empat puluh tahun, tidak ada yang mengetahuinya. Semuanya bagian dari perjanjian Namjoon dengan setiap orang yang bekerjasama dengannya di industri musik.
Keuntungannya bagi Namjoon, ia tetap bisa bekerja sesuai passionnya tanpa harus kehilangan kehidupan pribadi. Sebuah cara hidup yang diimpikan Namjoon sejak SMP.
Kembali ke masa sekarang, Namjoon terbuai, oleh suara sang vokalis yang sesekali diselingi rap dari bassisnya. Ia duduk tegak sempurna, mengabaikan makanan yang sudah habis separuh di mejanya.
"Yeongwonhi sonyeonigo sipeo nan, Aahー"
"Forever, we are young. Narineun kkonip bi sairo, hemaeeo dallineun i miro."
Lagu itu dimainkan dengan indah. Dengan cara yang sama sekali tidak pernah terpikir oleh Namjoon. Young Forever versi akustik? Ternyata bagus juga.
Semakin dekat dengan klimaks lagu, Namjoon semakin dibuat kagum. Selain karena mereka bernyanyi dalam harmonisasi yang memuaskan telinga, Namjoon tidak mengira bahwa pemuda cantik itu memiliki range vokal yang cukup tinggi.
Hingga akhirnya, dua puluh detik menuju selesai, semua pengunjung ikut menyanyikan satu bait reff terakhir dari lagu Young Forever, membuat Namjoon merinding. Apalagi,
Kini pemuda cantik itu menutup matanya khidmat, sambil menikmati sambil menyanyi.
"Forever... We are young..."
Lagu itu ditutup dengan suara halus dan petikan gitar akustik. Kini, semua pengunjung bertepuk tangan riuh, sekali lagi, termasuk Namjoon.
"Terima kasih. Sekian penampilan kami, setelah ini akan ada band CBX yang akan menemani makan malam anda, sampai jumpa dan selamat menikmati!" Tutup sang vokalis melemparkan senyum manisnya.
Namjoon meremat tangan sendiri, katakan dia gila karena telah jatuh pada pandangan pertama. Begitu ketiganya turun panggung, Namjoon buru-buru meninggalkan mejanya, tidak peduli lagi dengan makanan dan minumannya yang tersisa. Prioritasnya kini hanya satu.
"U, um, halo?" Panggil Namjoon ragu, pada ketiga pemuda yang ternyata jika dilihat dari dekat lebih rupawan lagi.
Pemuda cantik yang menjadi fokus utama Namjoon malam ini menoleh, balas tersenyum kecil sambil tangannya berhenti memasukkan gitar ke dalam tasnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya halus.
Namjoon menelan ludah, kerongkongannya mendadak kering.
"Eum, penampilan yang bagusー"
Namjoon berdehem sebentar.
"Boleh berkenalan?"
Pemuda cantik itu mengerjap bingung sementara dua temannya di belakang saling senggol sambil melempar tatapan jahil.
"T, tentu." Balas pemuda itu mengulum bibir penuhnya.
Namjoon tersenyum lega, mengulurkan tangan,
"Kim Namjoon." Ucapnya.
"Kim? Hehehehe, aku juga Kim. Kim Seokjin."
Seokjin, pemuda cantik itu, balas menjabat tangan Namjoon. Telinga Namjoon memerah mendengar kekehan renyah itu. Tertawa saja merdu, batinnya.
Tidak tahu saja kalau tawa asli Seokjin itu mirip lap yang diー
Ah, sudahlah.
"Oh iya, kenalkan, ini Jeon Jungkook dan Jung Hoseok."
Yang dipanggil maju, sambil mencangklong alat musik masing-masing yang sudah rapi masuk ke dalam case-nya. Hoseok, pemuda berambut merah itu menjabat tangan Namjoon, bergantian dengan si pemuda kelinci.
"Nah, Kim Namjoonssi, bagaimana kalau kita duduk dan mengobrol sebentar?" Ajak Seokjin.
Namjoon tanpa ragu mengangguk-anggukkan kepalanya cepat, membuat Hoseok dan Jungkook saling tatap lagi, tertawa kecil. Jelas sekali Namjoon ini tersepona habis-habisan dengan hyung mereka.
"Hyung, aku dan Jungkook duluan ya, ada urusan." Pamit Hoseok menepuk bahu lebar Seokjin.
"Lho? Katanya hari ini kosong?" Balas Seokjin sebal.
"Mian, hyung. Urusan mendadak nih." Jungkook meringis kecil.
Padahal, itu hanya akal-akalan saja supaya hyung mereka ini punya waktu berdua dengan Kim Namjoon yang tampan.
"Ukh, baiklah. Namjoonssi, tidak apa-apa hanya berdua?" Tanya Seokjin pada Namjoon.
"Tentu saja tidak masalah." Jawab Namjoon tersenyum manis hingga lesung pipinya yang dalam tampak.
Seokjin mengulum bibir gemas. Apalagi mata sipit itu juga ikut melengkung lucu.
"Sudah ya hyung, Namjoonssi, bye bye~" Pamit Jungkook menaik-turunkan alisnya pada Seokjin.
Hoseok hanya tersenyum, melambai kecil. Lalu saat ia melewati Namjoon, ditepuknya lembut bahu pemuda itu, seolah memberi semangat.
"Dasar." Dengus Seokjin.
"Eum, jadi, ayo?" Ajak Namjoon menggaruk tengkuknya.
"Ya, ayo!" Balas Seokjin tersenyum manis.
Kim Namjoon, dua puluh empat tahun, pemuda jenius di balik nama RM, kini merasa menjadi orang paling beruntung. Semua penat yang satu minggu menumpuk telah menguap habis berkat siraman senyuman Kim Seokjin.
'Eh, tadi dia bilang RM itu rapper favoritnya? Semoga dia tidak pingsan saat tahu siapa sebenernya RM...'
