"Kenapa selalu seperti ini? Aku lelah oppa."
Enam bulan yang lalu, wanita bernama Lee Sungmin ini resmi menjadi istri Cho Kyuhyun, seorang pengusaha muda yang memiliki beberapa perusahaan besar di bidang teknologi khususnya program operating system. Seorang pria yang juga dikagumi karena ketampanannya, dan sikapnya yang sangat lembut dan bijaksana. Sebelum menikah, Sungmin sudah menjadi kekasih Kyuhyun kurang lebih selama dua tahun. Sebenarnya Sungmin sendiri saat ini masih terdaftar sebagai seorang mahasiswi tingkat akhir di Seoul National University. Namun karena keyakinan mereka berdua untuk menikah, orang tua mereka pun mengijinkan dengan syarat mereka harus sanggup menghadapi apapun yang akan terjadi kedepannya dan Sungmin harus tetap menjalani kuliahnya sampai lulus.
Malam ini, seperti biasanya Sungmin duduk di kamar, menanti suaminya pulang. Sebenarnya Sungmin sangat lelah, karena tadi siang ia baru saja membetulkan skripsi yang telah diperiksa oleh dosen pembimbingnya. Namun ia tidak mau tidur sebelum suaminya pulang. Beberapa hari ini Sungmin merasa suaminya telah berubah. Suaminya tidak seperhatian dulu, tidak selembut dulu, bahkan terkesan sangat dingin. Namun saat Sungmin menanyakannya, tidak ada jawaban pasti yang keluar dari mulut suaminya, bahkan suaminya itu terkesan mengalihkan pembicaraan.
Terdengar suara seseorang membuka kode apartemen, dan Sungmin yakin itu suaminya. Sungmin keluar dari kamar dan berusaha menyambut Kyuhyun yang baru saja pulang bekerja.
"Oppa kau sudah pulang?"
"Ne."
"Neomu Bogoshippeo." Sungmin mencoba memeluk Kyuhyun, namun tidak ada balasan dari Kyuhyun.
"Jangan berlebihan, aku hanya pulang bekerja."
Deg! Hati Sungmin merasa sakit mendengar perkataan Kyuhyun tadi. Apakah salah jika seorang istri merindukan suaminya? Ya setidaknya itulah yang ada di pikiran Sungmin. Ia mengikuti Kyuhyun yang masuk kedalam kamar, ia hanya ingin menjadi seorang istri yang baik, yang akan menyiapkan apapun kebutuhan Kyuhyun, terlebih saat suaminya itu lelah.
"Mandilah, aku sudah menyiapkan handuk dan air hangat untukmu."
Kyuhyun langsung masuk ke kamar mandi. Sungmin hanya bisa memandangi punggung suaminya yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Kau tak boleh berpikiran negatif Sungmin, itu hanya karena suamimu sedang lelah, jadi ia tak ingin diganggu." Sungmin berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Sungmin menuju dapur untuk menyiapkan makanan yang tadi telah dimasaknya untuk Kyuhyun. Saat sudah selesai menyiapkan makan, ia melihat Kyuhyun mengambil segelas air putih dan meminumnya.
"Oppa makanlah dulu, aku sudah menyiapkan makanan untukmu."
"Aku sudah makan tadi, sebaiknya makanan itu kau simpan saja."
Selalu seperti ini. Kyuhyun sudah makan diluar, dan ia membiarkan makanan itu hanya terbuang sia-sia. Tapi bukan itu sebenarnya yang membuat Sungmin sedih, perhatiannya yang tidak dihargai oleh suaminya yang membuatnya sedih. Kyuhyun berlalu menuju kamar dan Sungmin masih ada di dapur sendiri.
"Eomma, nasihatmu benar. Membina sebuah rumah tangga yang bahagia itu ternyata tidak mudah. Dulu mungkin bagiku semuanya akan terasa mudah, namun sekarang aku merasakannya. Eomma, nan jeongmal bogoshippeo. Dulu saat aku sedih, dengan bebas aku akan menangis di depan eomma. Tapi saat ini, aku sudah menjadi seorang istri, tidak bisa manja seperti dulu. Eomma, hiks hiks." Sungmin menangis dalam hati.
Sungmin masuk ke dalam kamar. Ia hanya diam melihat suaminya yang belum tidur, tidak berani mengatakan apapun mengingat suaminya saat ini sedang lelah. Ia berbaring di samping Kyuhyun namun Kyuhyun membelakanginya, ia hanya bisa menatap punggung suaminya. Sungmin mencoba memejamkan mata sejenak, mencoba lupa dari keadannya yang menyedihkan.
Keesokan harinya Sungmin tidak ada mata kuliah, jadi ia memutuskan untuk tidak pergi ke kampus. Hari ini ia ingin menemui oppanya, Lee Donghae. Ia sangat rindu dengan saudara satu-satunya itu, dan ia berharap dengan bertemu Donghae, ia bisa mendapat solusi untuk mengatasi masalahnya itu. Ia pergi ke sebuah cafe tempat ia berjanji bertemu oppanya. Saat sampai di cafe, ia mendapati oppanya sedang duduk sendiri. Ia berlari memeluk oppanya yang sudah sangat ia rindukan itu.
"Oppa... neomu bogoshippeo" Sungmin berlari dan memeluk oppanya sangat erat.
"Nado Min. Sepertinya kau makin kurus. Apakah Kyuhyun tidak memberimu makan hem?"
Raut muka Sungmin seketika berubah saat oppanya itu menyebut nama Kyuhyun.
"Wae geurae Sungmin-ah? Kau sedang ada masalah dengannya?"
"Ternyata kau sudah bisa menebaknya tanpa aku memberi tahumu oppa."
"Hei, aku ini oppamu. Kau selalu menempel denganku sejak kecil, tentu saja aku tahu dari wajahmu."
"Apakah wajahku terlihat begitu menyedihkan? Ah aku tidak melihat istrimu, dimana dia?"
"Dia di rumah, tadinya ia ingin ikut karena ia bilang ia merindukanmu. Tapi aku tak mengijinkannya mengingat ia sedang hamil delapan bulan seperti itu."
"Bahagia sekali kehidupanmu dengan Min Hye eonnie. Aku jadi iri denganmu oppa."
"Kau ragu dengan pernikahanmu? Sejak awal oppa sudah memperingatkanmu untuk memikirkan baik-baik keputusan ini."
"Oppa menyalahkanku?"
"Aniyo. Sungmin-ah uljima, oppa kan hanya..."
"Oppa..." Sungmin memeluk oppanya sangat erat. Setidaknya ia bisa merasa lebih baik setelah melakukan ini.
"Kyuhyun oppa sangat dingin terhadapku sekarang, sepertinya ia sudah tak peduli lagi denganku. Bahkan sekarang ia tak pernah menyentuhku sama sekali. Ia benar-benar akan bicara kalau ia membutuhkan sesuatu, kalau tidak, dia mendiamkanku oppa. Otteokhe?"
"Kau punya salah dengannya?"
"Mollayo oppa, tapi aku sudah mencoba bertanya, tapi ia tak pernah mau menjawab. Dan aku pun sudah meminta maaf kalau aku bersalah. Apakah dia dekat dengan wanita lain oppa?
"Kenapa kau bertanya padaku?"
"Kau sekantor dengannya oppa, mungkin saja kau tahu siapa wanita yang dekat dengan Kyuhyun oppa."
"Setauku dia tidak dekat dengan wanita manapun di kantor. Ah, tapi sepertinya ia dekat dengan seorang staff marketing."
"Siapa oppa?"
"Namanya... ah Nam Sang Mi."
"Bagaimana kau tahu oppa?"
"Aku sering melihat mereka berdua ketika jam makan siang."
"Jinjja? Apakah Nam Sang Mi adalah selingkuhan Kyuhyun oppa?"
"Ah, aku kan tidak bilang Kyuhyun berselingkuh dengan Sang Mi."
Sungmin menatap mata oppanya dengan tajam, Donghae menjadi takut dengan tatapan tajam yeodongsaengnya itu. Sepertinya keputusan untuk memberi tahu Sungmin siapa wanita yang dekat dengan Kyuhyun adalah keputusan yang salah. Semakin lama, mata indah Sungmin memerah dan mengeluarkan air mata.
"Uljima."
"Kau bilang uljima ketika adik iparmu selingkuh dan menyakiti adikmu sendiri oppa?"
"Kyuhyun belum tentu selingkuh."
"Sekarang bahkan kau membelanya?"
"Aiissh, aku jadi serba salah. Mianhae, aku tak bermaksud membuatmu sedih. Sebaiknya, kau oppa antar pulang saja. Kajja!"
Donghae menggandeng tangan dongsaengnya itu menuju mobil. Mereka segera melesat menuju rumah Sungmin. Namun sesuatu yang menyakitkan didapati Donghae dan Sungmin ketika mereka sampai di depan rumah. Mereka mendapati Kyuhyun dan seorang wanita, em berciuman di depan mobil Kyuhyun.
"Nam Sang Mi?" ucap Donghae terbata-bata. Donghae lupa kalau di sebelahnya ada Sungmin dan tentu itu akan membuatnya lebih sakit.
"Oh itu yeoja yang kau ceritakan oppa? Nam Sang Mi? Cantik, dia sangat cantik. Ya! Nam Sang Mi, yeoja selingkuhan suamiku sendiri Cho Kyuhyun." Sungmin berbicara dan matanya berkaca-kaca. Perasaan sakit, sedih, kecewa yang selama ini ia simpan kini tak dapat dibendung lagi.
Donghae hanya bisa menatap dongsaengnya itu dengan perasaan iba. Donghae dan Sungmin masih menyaksikan adegan ciuman yang saat ini masih dilakukan oleh dua manusia itu.
"Sampai kapan mereka akan berciuman? Oppa, lihatlah apa yang mereka lakukan." Sungmin berbicara dengan tatapan kosong. Sepertinya sudah tidak ada kekuatan lagi dalam dirinya untuk melihat apa yang terjadi. Kyuhyun bukan hanya berciuman dengan Sang Mi, namun ia juga em... meremas dadanya.
Donghae menggegam tangan Sungmin, ia mencoba menyalurkan kekuatan kepada Sungmin yang terlihat sangat lemah saat ini. Ia khawatir kalau sebentar lagi dongsaengnya ini akan pingsan mengingat riwayat penyakit jantung yang dimiliki Sungmin.
"Oppa..." ucap Sungmin sangat pelan dengan pandangan yang tetap kosong.
"Oppa, aku..." Tubuh Sungmin merosot dan diikuti ekspresi terkejut dari oppanya.
"Min...Min, chagi-ya!" Donghae menepuk-nepuk pelan pipi chubby Sungmin. Tepat apa yang telah dikhawatirkannya sejak tadi, Sungmin pasti akan pingsan.
Donghae segera mengemudikan mobilnya menuju rumah orang tua mereka. Donghae tidak membawa Sungmin ke rumah sakit karena ia tahu bahwa Sungmin tidak pernah menyukai hawa rumah sakit. Rumah sakit hanya akan menghambat kesembuhan dongsaengnya itu. Sesampainya di rumah orang tua mereka, Donghae berteriak di depan pintu agar eomma membukanya.
"Eomma, eomma!"
"Hah kau ini kenapa berteriak-teriak...! Haaah Min, gwaenchana? Kau kenapa chagi?" Eomma Sungmin terlihat sangat panik melihat kondisi putrinya seperti itu.
"Dongsaengmu kenapa hae? Putri eomma kenapa?" Eomma terlihat sangat sedih dengan keadaan ini.
"Aiish cepat bantu aku eomma, nanti aku ceritakan di dalam."
"Arasseo."
Eomma membukakan pintu kamar yang dulu di tempati Sungmin saat ia belum menikah. Donghae membaringkan Sungmin di situ dan ia pun membuka sepatu dan segera menyingkirkan rambut Sungmin yang menutupi wajah. Eomma terlihat sangat cemas, dan eomma mulai menangis.
"Dongsaengmu kenapa hae? Apa yang terjadi dengan Sungmin putri eomma?"
"Sungmin pingsan saat mendapati Kyuhyun berselingkuh eomma."
"Apa? Menantu yang selama ini eomma banggakan berani menyakiti putri kesayangan eomma? Tega sekali dia. Awas eomma akan membuat perhitungan dengannya! Di mana kalian mendapati Kyuhyun berselingkuh?"
"Di depan rumah mereka eomma, Kyuhyun berciuman dengan wanita lain."
"Dia sama sekali tidak punya malu."
Saat eomma masih terbawa emosi, tiba-tiba Sungmin menggeliat. Ia mengerang pelan dan menggumamkan sesuatu.
"Hhhah, emm oppa, kenapa kau tega melakukan itu? Kau sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Aku kasihan melihat Sungmin seperti ini eomma. Rasanya sikap Kyuhyun tidak bisa dibiarkan!"
"Tenang saja, kalau Kyuhyun tidak berubah, eomma yang akan menanganinya."
Sungmin menggeliat dan ia terbangun. Ia menatap Donghae dan eommanya. Ia segera duduk dan memeluk eommanya. Ia menangis sejadi-jadinya. Mencoba meluapkan semua kesedihan yang dirasakannya. Eommanya hanya bisa mengusap lembut rambutnya.
"Putri eomma yang cantik, sudah ya jangan sedih."
"Dia.. dia jahat eomma. Dia berciuman dengan wanita lain. Dia terlihat seperti pria murahan yang tak punya etika."
"Eomma mengerti bagaimana perasaanmu. Kau harus sabar ya. Pasangan suami istri yang menikah muda seperti kalian memang memiliki banyak tantangan. Apalagi kalian itu sempurna, Kyuhyun tampan, cerdas, dan kaya begitu juga kau, cantik, pintar dan juga kaya."
"Aku tidak peduli eomma, aku hanya ingin Kyuhyun oppa.
Kyuhyun masih melumat bibir Sang Mi. Entahlah, sepertinya ini pengaruh dari soju yang ia minum cukup banyak tadi. Sang Mi pun mulai meraba dada Kyuhyun. Namun saat itu, bayangan Sungmin melintas di benak Kyuhyun. Ia pun segera menjauhkan bibirnya dari bibir Sang Mi.
"Mianhae." Kata itu terlontar dari bibir Kyuhyun.
"Ne. Aku tahu kau melakukan ini karena kau mabuk."
"Sebaiknya kau lupakan kejadian tadi, aku tak memiliki perasaan apapun terhadapmu."
"Sayangnya aku memiliki banyak perasaan untukmu!"
Kyuhyun terkejut dengan apa yang diucapkan Sang Mi. Untuk sesaat ia memandang wajah gadis yang ada di depannya itu. Mencoba mencari kebohongan dari sudut mata indahnya, namun tetap tidak ada.
"Aku mencintaimu oppa, ah ani, Kyuhyun-ssi."
Kyuhyun mencoba mencairkan suasana yang sempat tegang selama beberapa saat tadi. Namun kenyataannya perasaan aneh setelah kejadian tadi tetap mengikuti mereka berdua.
"Istrimu oppa?"
"Kenapa dengannya?"
"Istrimu mengetahui hubungan kita berdua?"
"Entahlah, tapi aku rasa sebagai istri dia pasti mengetahuinya."
"Lalu kau akan memilih siapa? Aku atau dia?"
"Aku sendiri tidak tahu."
Sungmin duduk sendiri di kamarnya yang terletak di lantai dua. Malam ini ia memutuskan untuk tidur di rumah orang tuanya. Sepertinya keputusan itu yang terbaik, karena dengan begitu, ia sejenak bisa melupakan Cho Kyuhyun, pria yang membuatnya bahagia sekaligus menderita. Ia memandangi cincin berlian yang melingkar di jari manis tangan kanannya.
"Sampai kapan aku akan memakai cincin ini?" Sungmin menggumam dengan dirinya sendiri.
Hatinya sakit, sangat sakit. Mendapati manusia yang menjadi tujuannya saat ini sanggup berpaling dengan orang lain. Sebegitu tidak berharga dirinya kah hingga pria itu bisa berpaling secepat itu? Sungguh masa yang berat untuk Sungmin. Pernikahan mereka baru enam bulan, dan rumah tangga mereka sudah dihadang badai sebesar ini. Sungmin sangat frustasi dengan hal yang menimpanya ini. Selama satu minggu ia berada di rumah orang tuanya, dan suaminya itu tidak juga menghubunginya atau mencarinya. Sungmin sudah tidak tahu lagi, hingga akhirnya ia memiliki sebuah rencana. Ia turun menuju dapur dan menemui eommanya.
"Kau sudah tidak sedih lagi?" Eomma bertanya dengan sangat hati-hati.
"Aku ingin mencoba bangkit eomma."
"Wah, eomma senang mendengarnya. Kau memang tidak boleh sedih terus menerus, itu tidak baik."
"Eomma aku ingin jalan-jalan, boleh ya? Aku hanya ingin jalan-jalan di sekitar sini eomma. Boleh ya?"
"Biar eomma suruh oppamu menemanimu."
"Aniyo eomma, aku ingin jalan-jalan sendiri. Lagipula oppa kan sedang bekerja, aku tak mau mengganggunya."
"Eomma khawatir padamu."
"Apa yang perlu dikhawatirkan eomma? Boleh ya? Kalau eomma terus mengkhawatirkanku, kapan aku bisa bangkit lagi eomma?"
"Sebenarnya eomma tidak yakin, tapi karena kau memaksa, apa boleh buat. Eomma hanya berpesan kau jangan macam-macam. Eomma tidak mau putri eomma yang cantik ini kenapa-kenapa arasseo?"
"Ne eomma, gomawo sudah mengijinkanku pergi. Aku sayang eomma."
Sungmin mendekap ibunya dengan sangat erat. Sebenarnya Sungmin juga tak ingin melakukan hal ini, tapi ia tak punya cara lain. Setelah berpamitan dengan ibunya, ia pergi. Ia meminta ijin untuk berjalan-jalan, padahal ia sendiri tidak tahu tempat mana yang akan dituju.
Karena bingung dan tak ada pilihan lain, Sungmin memutuskan untuk naik subway dan melanjutkannya dengan berjalan kaki menuju pantai. Sesampainya di pantai, ia hanya duduk sendiri. Menikmati desiran ombak dan dinginnya angin pantai yang menerpa tubuh rapuhnya. Sebenarnya Sungmin tahu bahwa cuaca seperti ini tak baik untuk kesehatannya, apalagi ia belum sembuh total pasca pingsan saat itu. Yah tapi ia tak peduli, bahkan seandainya boleh meminta, ia lebih memilih mati sekarang juga. Toh menurut Sungmin hidupnya adalah Cho Kyuhyun, saat Kyuhyun pergi sama dengan hidupnya berakhir. Berlebihan mungkin? Entahlah, hanya itu yang ada di otak Sungmin.
Lee Donghae masih dengan serius menatap layar i-padnya. Ia mengamati foto-foto yang ada dalam layar itu dengan jeli. Foto-foto Nam Sang Mi dengan Cho Kyuhyun. Setelah meminta beberapa suruhannya untuk mengintai Sang Mi dan Kyuhyun, kini Donghae mendapat beberapa bukti yang memang cukup menjelaskan kedekatan Sang Mi dengan adik iparnya itu.
"Sialan, Kyuhyun memang sudah terpengaruh dengan Sang Mi." Batin Donghae.
"Kenapa wanita itu harus menggunakan orang yang tidak tahu apapun sebagai objek balas dendamnya?"
Saat masih sibuk menggeser layar sentuh gadgetnya itu, Donghae merasakan saku celanya bergetar. Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Eomma?"
Klik! Ia menekan tombol answer pada ponselnya.
"Yeoboseyo eomma."
"Hae, Minnie bersamamu?"
"Sungmin? Bukankah Sungmin di rumah?" Donghae balik bertanya kepada eommanya.
"Tadi pagi ia minta ijin pada eomma untuk jalan-jalan, karena ia terus merengek, dan eomma tidak tega melihatnya, akhirnya eomma ijinkan. Tapi sampai sekarang belum pulang juga, padahal ini sudah jam 9 malam. Eomma kira ia bersamamu, tapi ternyata tidak. Bagaimana ini hae? Dongsaengmu itu kan punya penyakit, kalau dia pingsan di jalan bagaimana? Hiks..Hiks" Nada bicara eomma berubah menjadi isakan.
"Ne, ne, ne eomma. Eomma tak usah khawatir, biar Donghae yang cari. Eomma tak usah cemas ara?"
"Iya hae, secepatnya bawa pulang dongsaengmu itu, eomma takut hal buruk terjadi padanya."
"Ne eomma."
Donghae sendiri bingung harus pergi kemana untuk mencari Sungmin. Ia sudah mencoba menghubungi semua teman kuliah Sungmin karena kebetulan ponselnya tidak dibawa dan ada di rumah, namun hasilnya nihil. Ia juga menghubungi semua teman dekat Sungmin, jawaban mengecewakan yang kembali di dapatkan Donghae. Sungmin menghilang. Donghae pun sempat menghubungi Kyuhyun, namun Kyuhyun melontarkan jawaban sederhana yaitu "Kau kan oppanya, kenapa kau tanya padaku?". Sungguh jawaban yang memuakkan. Seandainya Kyuhyun ada di situ, tentu Donghae sudah memukulnya, menendangnya, menamparnya, mencincangnya dan membakarnya, seenaknya saja ia berkata seperti itu. Dia kan suaminya, seenaknya saja ia menyakiti dongsaeng cantik Lee Donghae, Lee Sungmin. Oke lupakan, itu hanya luapan emosi Donghae yang sangat membara. Donghae menenangkan pikirannya sejenak dengan menghirup udara segar.
"Ah segar sekali udara di sini. Hah? Udara segar?"
Tiba-tiba Donghae teringat sesuatu. Ya, udara segar. Saat kecil Sungmin sering berkata pada Donghae bahwa ia sangat menyukai pantai karena di situ ia bisa mendapatkan udara yang sangat segar. Bahkan saat itu Donghae suka mengejek Sungmin bahwa Sungmin adalah keturunan ikan, karena Sungmin suka main di pantai dan laut. Donghae segera menuju suatu tempat, satu-satunya pantai dimana Donghae dan Sungmin suka menghabiskan waktu saat Sungmin belum menikah.
Kyuhyun memasuki rumahnya sepulang bekerja. Sebelum Sungmin pergi, saat Kyuhyun pulang bekerja pasti ia disambut dengan kehangatan. Perhatian istrinya, senyuman istrinya, tatapan sendu istrinya, namun sekarang tidak ada. Kyuhyun merasa asing dengan keadaan ini. Sebenarnya hatinya merindukan itu semua, namun mulutnya tak mau mengakui, entahlah, karena gengsi mungkin. Kyuhyun memasuki kamarnya, kamarnya dengan istrinya, Sungmin. Saat pertama kali menyalakan lampu, yang ia tatap adalah foto besar dalam kamarnya, foto dirinya dengan Sungmin. Foto yang berlatar menara eiffel. Dalam foto itu, Sungmin seolah-olah menatap Kyuhyun namun Kyuhyun mengabaikannya. Sungmin menatap Kyuhyun dengan tatapan sendunya, sungguh cantik. Foto itu diambil saat mereka berbulan madu di Paris, kota terromantis di dunia. Setelah melihat foto itu, tiba-tiba Kyuhyun merasakan sesuatu, dadanya sesak, dan matanya mulai berkaca-kaca. Ia menatap cincin yang dikenakannya pada jari manis tangan kanan, dan mengecupnya lembut.
"Minimi chagi-ya..." hanya kalimat itu yang sanggup dilontarkan oleh mulut Kyuhyun. Ia sendiri tak tahu bagaimana dirinya bisa sebodoh ini hingga Sungmin menghilang dari kehidupannya.
Nam Sang Mi, seorang wanita cantik dan cerdas yang kini bekerja di perusahaan Kyuhyun sebagai salah satu staff marketing. Ia adalah salah satu penyebab keretakan hubungan Kyuhyun dengan Sungmin. Nam Sang Mi memang terkenal sangat cantik, siluet tubuhnya bak model internasional, tak heran banyak pria yang seketika 'hilang ingatan' saat melihatnya. Sebenarnya ia sama sekali tak memiliki niat untuk menghancurkan hubungan Sungmin dengan Kyuhyun, karena sebenarnya Sang Mi adalah wanita baik-baik. Namun sakit hatinya di masa lalu membuatnya terpaksa melakukan ini demi membalas semuanya, sakit hatinya, kekecewaannya, kesedihannya, ya walaupun ia tahu ia balas dendam bukan pada orang yang tepat, tapi setidaknya ia merasa bahwa ini bisa dijadikan cara untukknya membalas dendam.
Dugaan Donghae tepat. Sungmin memang berada di pantai itu dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Ia terkapar, wajahnya pucat dan mulutnya terus menggumamkan satu nama yaitu Cho Kyuhyun. Sungmin sudah tidak bisa diajak bicara. Tanpa menunggu lama Donghae membawa Sungmin ke rumah sakit. Setelah selesai diperiksa, Donghae dipersilahkan masuk ke ruang dokter untuk membicarakan kondisi Sungmin.
"Annyeong Haseyo." Dokter yang diketahui bernama Yoon Il Sang itu membungkuk sembari menjabat tangan Donghae.
"Annyeong Haseyo Yoon uisa-nim." Donghae membalas jabatan tangan dari dokter Yoon. Mereka sudah saling mengenal karena dokter Yoon ini memang dokter kepercayaan keluarga Lee.
"Kondisi adikmu sangat mengenaskan Donghae-ssi. Ia mengalami depresi berat. Ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus, apalagi kondisi bayi yang ada dalam kandungannya sangat rentan..."
"Mwo?" Donghae menyela perkataan dokter Yoon, ia sangat terkejut mendengar paparan kondisi Sungmin.
"Apakah kau tidak mengetahui kalau Sungmin-ssi mengandung? Usianya bahkan sudah sepuluh minggu." Dokter Yoon menjelaskan semuanya. "Saya berharap kondisi Sungmin-ssi dijaga sebaik mungkin. Usia kehamilannya masih dalam masa rawan, kalau sampai terjadi sesuatu, bukan hanya kondisi bayinya saja yang berbahaya, ibunya pun begitu."
"Baiklah, aku akan berusaha." Donghae tertunduk lemas. Entahlah, ia bingung bagaimana caranya ia memberi tahu Sungmin tentang hal ini, mengingat keadaan Sungmin dan Kyuhyun sedang tidak baik.
Setelah selesai mengurus administrasi dan menebus obat di apotek, Donghae membawa Sungmin pulang. Sungmin tertidur pulas setelah diberi obat penenang oleh dokter. Sesampainya di rumah, Donghae menceritakan semuanya kepada eomma dan appanya. Sebenarnya ini adalah kabar gembira, namun seperti ada yang bertolak belakang, antara kebahagiaan dan kesedihan menjadi satu.
Donghae terus mencari cara agar ia dapat memberitahu Kyuhyun mengenai hal ini. Namun karena kesibukan kantor, Donghae tidak pernah bertemu Kyuhyun. Sungmin pun melarang Donghae untuk memberitahu hal ini kepada Kyuhyun. Sungmin takut kalau Kyuhyun tidak mau menerima anak ini, buah cinta Kyuhyun dengannya.
Selain masalah Sungmin, sebenarnya ada satu hal yang sangat mengganggu pikiran Donghae. Ia teringat dengan Sang Mi, ia masih tak menyangka bahwa Sang Mi akan sekejam itu. Karena hal ini terus menghantui pikirannya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Sang Mi, membicarakan semuanya. Setelah diatur tempat dan waktunya, akhirnya mereka bertemu di salah satu Coffee Shop dekat dengan kantor tempat mereka bekerja.
"Ada apa Donghae-ssi? Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" ucap Sang Mi tegas tanpa basa-basi.
"Kau.." Donghae mengepalkan tangannya, wajahnya memerah seketika. Ia mati-matian menahan emosinya agar tak membuat keributan, apalagi dengan seorang gadis.
"Senang bertemu denganmu kembali tuan Lee, ternyata kau tetap tampan seperti dulu." Sang Mi berbicara seenaknya, masa bodoh bila nanti Donghae akan menampar bibir indahnya.
"Aku tidak butuh basa-basimu Nam Sang Mi! Kenapa kau ganggu Kyuhyun dengan dongsaengku? Apa semenjak kejadian itu kau masih kecewa denganku?" Donghae menatap tajam Sang Mi, tatapannya benar-benar menyiratkan kemarahan yang amat besar.
"Bagus kalau kau menyadarinya tuan Lee." Nam Sang Mi menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyum kemenangan yang menyiratkan dendam.
"Tapi kau balas dendam pada orang yang salah! Kau tak tahu kalau dongsaengku sedang mengandung anak Kyuhyun? Kau juga wanita, seharusnya kau tidak tega melakukan hal itu pada Sungmin!" Donghae benar-benar berteriak kali ini. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun.
"Kenapa kau hanya meyalahkanku? Kyuhyun tak pernah menolakku walaupun aku datang seperti pelacur dan memancing hasratnya. Seharusnya kau juga menyalahkan adik iparmu itu Donghae-ssi!" Sang Mi pun ikut terpancing emosinya.
Donghae menghirup udara dan menghembuskannya perlahan sampai detak jantungnya yang tak beraturan kembali normal. "Kenapa kau masih menyimpan dendam padaku? Aku sudah meminta maaf padamu dan kau tahu bahwa cinta tidak dapat dipaksa. Lagipula kau bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dariku Sang Mi."
"Tapi aku mencintaimu oppa, kau tahu itu hiks..hiks." Sang Mi menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Donghae. Keberanian yang dari tadi ia tunjukkan hilang seketika. Dan untuk pertama kalinya semenjak lulus dari Senior High School, ia kembali memanggil Donghae dengan sebutan "oppa".
"Sang Mi, aku tahu kau adalah wanita baik. Aku juga sangat mengagumimu, kau cantik dan baik hati. Tapi Tuhan memang membuat hidupku untuk menjadi suami Min Hye, itu jalan hidup yang harus aku jalani. Dia istriku dan aku mencintainya, aku harap kau bisa menemukan pria yang bisa seutuhnya menyayangimu. Kau pasti akan bahagia, jangan sia-siakan perasaanmu untukku, itu percuma."
"Oppa.." Sang Mi menghambur kepelukan Donghae, ia menangis tersedu-sedu, menumpahkan segala macam dendam yang selama ini ia simpan. Donghae mengusap punggung Sang Mi, sekedar untuk menenangkannya tanpa ada maksud lain. Donghae juga sadar bahwa dendam ini, masalah ini, tidak lepas dari dirinya. Oleh karena itu, ia bertekad untuk segera mengakhiri semua ini secara baik-baik.
"Aku mohon maafkan aku, dan mulai sekarang tolong relakan aku bersama istriku. Aku juga mohon dengan sangat padamu, tolong jangan ganggu Kyuhyun, ia sudah memiliki Sungmin. Kau harus tahu bahwa Sungmin sedang mengandung tiga bulan. Kau bisa merasakan bagaimana sakitnya seorang istri yang sedang mengandung anak pertama tapi ia diabaikan oleh suaminya. Aku mohon Sang Mi, aku mohon." Donghae terus memohon pada Sang Mi. Awalnya ia tetap pada pendiriannya, tapi melihat Donghae seperti itu, ia luluh. Ia juga membayangkan seandainya ia yang ada di posisi Sungmin saat ini, tentu akan sangat menderita.
Suasana menjadi sangat hening. Donghae dan Sang Mi sama sekali tidak megeluarkan sepatah kata pun. Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya Sang Mi telah memutuskan semuanya. Sesuatu yang akan membuat ia menghadapi hari barunya, hari baru tanpa bayangan Donghae dalam hatinya. "Baiklah oppa, aku merelakanmu. Tolong bantu aku untuk melupakanmu."
Donghae terkejut dengan ucapan Sang Mi, tapi ia sangat senang. "Jeongmal? Kau mau berusaha untuk itu? Gomawo Sang Mi-ya."
"Ne oppa, aku akan mencoba."
