Always Beside You'

Genre: Romance, Angst

Author: Zemma DongWoonique

A/N : Anneyong! Zemma imnida. Saya Author baru di sini, Ini fic pertama saya. Mian kalo judul sama ceritanya gak nyambung. Aku pusing milih judul apa *pllakk*. Mohon bantuannya karena saya masih newbie…. ^^

Warning : YAOI, Aneh, Gaje, (maybe)Typo(s), OOC, banyak dialog daripada narasi, bahasa korea yang cacat dsb.

.

.

.

"Kangin-ah… dengarh… khan… akuhh!"ucap Jungsu terbata kepada namjachingu nya. "Wae, changi?" sahut namja yang tadi dipanggil Kangin sambil mendekatkan wajahnya kearah namja yang terbaring lemah diatas kasur rumah sakit.

"Dengan semua yang telah kita lewati selama ini …

Ku buka mata ini penuh rasa …

Ku genggam tangan dengan pasti …

Dengan setiap langkah kaki yang berarti ketika denganmu …

Ini adalah saat-saat yang sangat indah untukku…" ujar Jungsu menahan sakit yang ia rasa.

Kangin dengan segera meletakan jari telunjuknya di bibir Jungsu agar Jungsu behenti berbicara melantur. "Apa yang kau katakan changi?" tanya Kangin khawatir.

"He.. he.. he.. entahlah, aku hanya ingin mengatakannya. Karena ku rasa ini saatnya aku mengatakannya." tawa Jungsu agar namja chingu yang sangat ia cintai itu tidak khawatir lagi. Namun tawanya terdengar menyakitkan di hati Kangin. Ya, Kangin tau jika tawa Jungsu tadi hanyalah topeng belaka agar dirinya tidak khawatir lagi. Dia tau di balik tawa Jungsu tadi ada rasa sakit yang teramat, yang dirinya tak tau seperti apa rasanya.

"Akhu.. le.. lah…"sambung Jungsu terbata.

"Istrirahatlah!" ujar Kangin sambil membelai lembut surai madu nan indah milik namjachingu-nya. Jungsu yang merasa nyaman dengan belaian sang kekasih disurainya pun memejamkan matanya sejenak untuk menikmati setiap sentuhan lembut kekasihnya.

Jungsu membuka matanya dan menatap dalam kearah mata Kangin. "Kangin-ah… Jika nanti kau merindukanku setelah aku per-."

Kangin langsung memotong ucapan Jungsu. Tidak kuat rasanya mendengar ucapan Jungsu yang sangat menyakitkan itu."Sudahlah changi, jika kau lelah istirahatlah. Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak!" ucap Kangin pada kekasih hatinya sembari membenarkan letak selimut yang di pakai oleh Jungsu.

"Mianhe changi…"

"Tak apa, istirahatlah sebelum nanti Kahi datang untuk memeriksamu!"ucap Kangin lembut.

"Ne…"

Setelah berujar Jungsu pun mulai memejamkan matanya sembari terus memegang tangan Kangin yang selalu ada di sampingnya . Di sisi lain Kangin masih terus memandangi sang kekasih hati dengan tatapan sedih dan takut. Sedih karena melihat Jungsu yang menahan sakit ketika dihapannya. Takut karena jika Jungsu tak kuat lagi akan penyakit yang ia derita lalu menyerah dan pergi meninggalkan Kangin seorang.

Kangin POV

.

Tanpa terasa dan tak dapat ku bendung lagi air mata yang sedari tadi ku tahan kini mengalir dengan bebas di pipi tembem bak bakpau milikku. Ya, aku menangis. Menangis melihat betapa menderitanya Angel ku yang sedang terbaring dihadapanku yang sedang memejamkan matanya sambil menggenggam erat tanganku. Dan dengan beberapa alat yang ada di tubuhnya. Yang aku tak tau itu apa, setauku alat itulah yang akan sedikit membantunya untuk lebih lama disampingku.

Aku namja tampan, tegar dan kuat yang tak pernah menangis karena hal apapun. Tapi karena dirinya aku mengeluarkan air mata yang jarang atau mungkin tak pernah ku keluarkan. Seberapa pun tegar dan kuatnya aku, ketika melihat ciptaan tuhan yang indah dihapanku ini menahan sakit yang dia derita. Maka, aku bukanlah Kangin yang kuat dan tegar. Namun aku Kangin yang lemah dan mudah menangis.

'Oh tuhan kenapa kau memberikanku cobaan seperti ini. Ku mohon jangan ambil nyawanya dengan penyakit sialan itu. Aku tidak sanggup jika dia pergi meninggalkanku sendiri disini.'

Batinku

Kutundukan kepalaku, aku terisak kecil sembari mengeratkan genggaman tanganku di tangannya takut ia akan terbangun.

End Kangin POV

Jungsu POV

.

Aku pejamkan mataku, seolah-olah aku sedang tidur, namun aku tidak tidur. Aku hanya berpura-pura untuk tidur agar namja yang sedang menggenggam erat tanganku tidak mengkhawatirkan ku.

Aku dapat merasakan genggaman tangannya bertambah erat di tanganku. Aku tau sedari tadi ia berusaha untuk tidak menangis dan tegar dihadapanku. Namun sepertinya ia sedang menangis saat ini.

'Oh tuhan kenapa kau memberikanku cobaan seperti ini. Ku mohon jangan ambil nyawaku dengan penyakit ini. Aku tidak sanggup jika harus pergi meninggalkan namja yang sangat kucintai ini.'

Batinku

Karena aku tak kuat mendengarnya terisak kecil disampingku. Perlahan ku buka mataku dan benar aku bisa melihat ada bekas jejak air mata di pipi tembemnya yang langsung disapunya dengan punggung tangannya.

End Jungsu POV

Normal POV

.

.

Perlahan Jungsu mulai membuka mata indah miliknya. "Enggh… Kangin-ah. Kau kenapa? Kau menangis?"ucap Jungsu terbangun karena tidurnya atau pura-pura tidurnya terusik dengan isak tangis Kangin. Kangin yang mengetahui Jungsu terbangun segera menghapus jejak air mata di pipi tembemnya.

"Ani, aku tidak menangis! Apa aku mengganggu tidurmu Angel?" tanya Kangin. Jungsu hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Kangin.

"Tidurlah lagi, aku tak akan mengganggu tidurmu!"

"Andwae" balas Jungsu lemah. Kangin menatap Jungsu heran.

"Bohong, kau berbohong padaku" sahut Jungsu.

"Bohong? Tidak changi, untuk apa aku berbohong padamu"

"Jika kau tidak habis menangis, kenapa ada bekas air mata dipipimu?" tanya Jungsu sambil menghapus sedikit jejak air mata yang masih ada di pipi Kangin dengan lembut, walau pun sedikit sulit karena posisinya yang berbaring sedangkan Kangin duduk.

"Ini hanya…" Kangin menggantung ucapannya. Ia binggung harus berkata apa lagi.

"Hanya apa Kangin-ah?" tanya Jungsu.

"Hanya… aku hanya sed-"

Tokk, Tokk, Took!

Belum sempat Kangin melanjutkan ucapanya, pintu kamar Jungsu diketuk dari luar oleh seorang dokter muda nan cantik. Dokter tersebut lah yang bertanggung jawab dengan perkembangan kesehatan Jungsu. Kangin dan Jungsu yang mendengar pintu diketuk oleh seseorang diluar sana spontan menatap pintu, menunggu seseorang diluar untuk masuk.

"Permisi… apa aku mengganggu kalian?" ujar sang dokter muda dan cantik tadi sambil membuka pintu kamar Jungsu lalu masuk.

Kangin berdiri dari duduknya setelah mengetahui seseorang yang mengetuk pintu tadi adalah seorang dokter muda nan cantik yang bertanggung jawab atas perkembangan kesehatan Jungsu. "Ahh~, kau rupanya … Ani, kau tidak mengganggu. Kau ingin memeriksa Jungsu?" balas Kangin kepada dokter cantik tadi dan masih setia menggenggam tangan Jungsu..

"Ne, bisakah kau tinggalkan kami sebentar. Aku ingin memeriksanya"

"Hnm. Baiklah." Kangin mengangguk tanda mengerti.

Kangin hendak melepaskan genggaman tangannya namun Jungsu menahannya. "Andwae! Jangan tinggalkan aku Kangin-ah" cegah Jungsu pada namjachingu-nya.

"Tenanglah Angel. Bukankah kau tahu jika aku tidak mungkin sanggup untuk meninggalkanmu. Aku hanya keluar sebentar. Setelah Kahi selesai memeriksamu aku akan segera kembali." Sahut Kangin sambil mengelus-elus kepala Jungsu.

"Iya benar, aku janji. Aku tak akan lama memeriksamu!" sela Kahi ditemani dengan senyuman manis dibibir seksinya.

"Baiklah! tapi setelah pemeriksaan ini selesai kau harus segera kemari!" ujar Jungsu luluh(?) dan mau melepaskan tangannya di lengan besar Kangin.

"Ne, aku berjanji changi" sahut Kangin lalu mencium kepala Jungsu dengan lembut dan pergi meninggalkan kamar Jungsu.

…o0o…

Kangin POV

.

Saat ini aku sedang berada diruangan Kahi. Menunggu perkembangan kesehatan kekasih hatiku tercinta Park Jungsu.

Kahi adalah seorang dokter muda, cantik dan baik. Dia yang bertanggung jawab dengan perkembangan kesehatan Jungsu di rumah sakit ini. Dia adalah kakak kelas, teman dan Kahi juga merupakan mantan kekasih dari dongsaeng-ku Park Yoochun.

"Kangin" panggil Kahi menyadarkan ku ditengah lamunan ku tentang dirinya.

End Kangin POV

.

.

Normal POV

"Eh, wae Kahi?"

"Kau melamun?"

"Ne. hehe.. maafkan aku. Bagaimana dengan perkembangan kesehatan Jungsu. Apa keadaannnya membaik?"

"Emmp.. itu.." ragu Kahi harus berkata apa kepada adik kelas sekaligus temannya ini.

"Katakanlah aku akan dengarkan semuanya, walaupun itu kabar buruk" yakin Kangin kepada Kahi.

"Hm. Baiklah. Kangin, kondisi Jungsu-sshi semakin memburuk. Ku takut jik-"

"Berapa pesen kemungkinan ia akan bertahan?" potong Kangin cepat. Sakit, mendengar jika kondisi keadaan Jungsu semakin memburuk, namun Kangin tetap berusaha tegar.

"Kemungkinan ia akan bertahan kurang dari lima puluh persen" ucap Kahi dengan ragu.

Deg!

"…"

"Benarkah? Kalau begitu aku permisi dulu. Aku ingin kembali ke kamar Jungsu, aku tak ingin membuatnya terlalu lama menungguku." Lirih Kangin sambil berdiri dari duduknya dan beranjak menuju pintu sambil berusaha menahan air mata yang mulai keluar dari mata sipitnya agar tak jatuh.

Ketika Kangin hendak membuka knop pintu, tiba-tiba Kahi memanggil namanya. "Kangin" panggil Kahi.

"Ne" balas Kangin membalikkan tubuhnya dan menatap Kahi sedih.

"Kuatkan dirimu. Aku tau ini sulit tapi kau har-"

"Tanpa kau suruh pun aku akan kuat" potong Kangin lagi. Lalu meninggalkan Kahi di ruangan miliknya sendiri yang menatap kepergian Kangin sedih.

…o0o…

Kangin POV

'kondisi Jungsu-sshi semakin memburuk'

'Kemungkinan ia akan bertahan kurang dari lima puluh persen'

Ucapan Kahi tadi terus terbayang di kepalaku saat ku langkahkan kaki dengan berat menuju kamar rawat Jungsu melewati lorong rumah sakit yang sepi. Seperti baru disambar petir saat mendengar hasil pemeriksaan yang dilakukan Kahi yang mengatakan kondisi Jungsu semakin memburuk dan kemungkinan dia bertahan kurang dari lima puluh persen.

Karena aku melamunkan kondisi Jungsu yang semakin memburuk, tanpa kusadari kini aku sudah berada didepan pintu kamar Jungsu. Saat aku ingin membuka pintu kamarnya. Aku melihat lewat kaca kecil yang terpasang dipintu kamar Jungsu, ada seorang namja yang tidak kalah cantik dengan Jungsu. Namun dimataku Jungsu lebih cantik darinya atau dari yang lain.

Tidak ada yang yang lebih cantik dan lebih baik dari pada My Angel, Jungsu. Selain itu Angel-ku juga tidak secerewet namja yang sedang tertawa dengan Angel-ku. Dia adalah sahabat kecil dari Jungsu. Ia tak lain dan tak bukan adalah Heechul-hyung. Lebih tepatnya Kim Heechul namjachingu dari sepupuku Tan Hangeng yang merupakan salah satu dokter di rumah sakit ini.

'Oh Tuhan… betapa cantiknya mahluk ciptaanmu ini ketika dia tertawa yang membuat lesung dipipinya keluar dengan indahnya. Jika kau melihatnya tertawa dengan manisnya seperti sekarang ini apa kau masih tega mengambilnya. Tuhan ijinkan dia lebih lama menghirup udara-Mu, ijinkan dia lebih lama menginjakan kaki di bumi-Mu dan menikmati semua ciptaan-Mu yang indah'

Batinku.

Tanpa dapat kubendung lagi cairan yang ku ketahui bernama air mata yang sedari tadi kutahan agar tdak keluar dari mataku. Kini keluar dengan cepatnya melewati pipiku yang tembem.

Tidak sanggup rasanya untuk melihat Jungsu saat ini. Di balik senyum indah yang dia miliki, dia menahan rasa sakit yang teramat karena penyakit yang dideritanya. Penyakit yang mungkin akan memisahkan kami nantinya.

End Kangin POV

.

.

Normal POV

Kangin menyandarkan tubuhnya di dinding rumah sakit yang ada di samping pintu kamar Jungsu. Tubuhnya merosot dan terduduk di lantai rumah sakit yang dingin. Ia menangis dengan tangan kanan meremas rambut hitamnya. Sedangkan tangan kirinya meremas baju pada bagian dadanya dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit disana.

Tangisnya terdengar memilukan bagi siapa pun yang melihat dan mendengarnya saat ini. Sungguh tak kuat rasanya menerima kenyataan bahwa orang yang sangat di cintainya hanya memiliki harapan hidup kurang dari lima puluh persen.

"Kangin, gwenchana?" tanya seorang namja tampan dan tinggi dengan perawakan cina sambil membungkukan tubuhnya untuk membuatnya sejajar dengan Kangin yang terduduk di lantai rumah sakit.

"Hiks… hyung…" hanya isakannya yang mampu keluar dari mulut Kangin.

"Wae, ada apa Kangin. Apa kau sakit. Kenapa kau menangis?" tanya pria tampan di hadapan Kangin yang memakai baju dokter.

Karena tak mampu untuk berkata apa-apa lagi ia hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya saja.

"Katakan padaku ada apa? Aku ini sepupumu jadi berbagialah denganku!"

"Jungsu, hyung…hiks… Jungsu… hiks" ujar Kangin masih di iringi dengan isakan yang memilukan.

"Wae? Kenapa dengan Jungsu"

"Jungsu… hiks… Jungsu… hiks… Jungsu hanya memiliki kemungkinan hidup kurang dari lima puluh persen, hyung." Jawab Kangin.

Deg!

Betapa terkejutnya pria tampan yang dilihat dari apa yang ia kenakan berstatus sebagai seorang dokter mendengar penuturan sepupunya Kangin. Ia mengetahui hubungan sepupunya ini dengan namja yang bernama lengkap Park Jungsu yang merupakan teman kecil dari namjachingu-nya sendiri Kim Heechul.

"Ap-… apa yang kau katakan Kangin. Jangan bercanda"

"Hyung, apa aku terlihat bercanda saat ini?" balas Kangin, berdiri dari duduknya tadi.

"Hyung, aku tidak akan bercanda jika hal itu menyangkut tentang kesehatan Jungsu. Kau tahu itu kan Hyung" tambah Kangin sedikit membentak namun tidak terlalu keras agar dua namja cantik yang sedang tertawa bersama di dalam kamar tidak mendengar perdebatan mereka.

Pria cina yang mendengar penuturan Kangin tadi, mendadak merubah ekspresinya menjadi khawatir dan sedikit cemas namun sebisa mungkin tidak ditunjukannya dihadapan Kangin. Tentu dengan tujuan agar keadaan Kangin tidak lebih menyedihkan dari pada ini. Memang benar, apapun yang berhubungan dengan kesehatan Jungsu, Kangin tidak akan pernah bercanda atau main-main. Sebenarnya bukan hanya menyangkut tentang kesehatan Jungsu saja, tapi apapun yang berhubungan dengan Angenya dia tidak pernah main-main apalagi bercanda.

"Ne, arra. Mianhe. Lalu dari mana kau tau jika Jungsu hanya memiliki kemungkinan hidup kurang dari lima puluh persen?" tanya pria cina tersebut kepada sepupunya.

"Dari Kahi, hyung." balas Kangin sembari berbalik lagi menatap dua namja cantik yang sedang asik mengobrol melalui kaca kecil yang ada dipintu kamar dengan tatapan sedih. Setelah sebelumnya dia berbalik untuk menatap pria cina sepupunya itu.

"…"

"Kangin, apa yang dikatakan oleh Kahi hanya kemungkinan harapan hidup yang diprediksikan oleh seorang dokter saja. Hidup seseorang bukan dokter yang menentukan. Jadi jangan seperti ini." Ucap pria cina sambil menepuk punggung Kangin pelan.

"Tapi aku takut hyung" balas Kangin.

"Apa yang kau takutkan?"

Kangin berbalik dan menatap pria cina yang lebih tinggi beberapa centi darinya itu. "Aku takut jika dia akan pergi meninggalkan ku hyung."

Pria tampan yang diketahui sebagai namjachingu dari Kim Heechul itu pun terdiam mendengar penuturan Kangin. Sebagai seorang dokter tentu dia tau seperti apa kondisi kesahatan Jungsu saat ini. Namun dia berusaha untuk tidak membuat sepupunya tambah sedih dan tertekan dengan keadaan Jungsu saat ini.

"Kau jangan berpikir seperti itu dulu. Kau tau kan jika Jungsu itu orang yang tidak mudah menyerah. Aku yakin dia tidak akan menyerah begitu saja dengan penyakitnya saat ini. Jadi kau juga tidak boleh menyerah, yakinlah bahwa dia bisa bertahan."

"Wae hyung? Wae…Kenapa kalian semua menyuruhku untuk tak menyerah. Kenapa aku tak boleh menyerah ak-"

"Karena kau adalah semangat hidupnya. Kenapa kau tak mengerti, sebenarnya kau bodoh atau memang benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan selama ini. Aku bertanya padamu, apa kau pernah melihatnya meringis kesakitan jika kau ada di sampingnya? Seberapa pun sakit yang ia rasa, Jungsu akan terus tersenyum padamu, kau tau kenapa? itu karena dia tidak ingin membuatmu sedih dengan keadaannya saat ini." Potong namja cina itu panjang lebar.

Kangin hanya bisa menggelengkan kepalanya. Memang benar apa yang dikatakan pria di hadapannya ini.

"Lantas jika kau seperti ini apa kau pikir Jungsu tidak akan sedih dan membuatnya lebih cepat meninggalkanmu?"

Sekali lagi Kangin hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari sepupunya itu.

"Sudahlah tenangkan dirimu dulu lalu kita masuk kedalam. Aku yakin Jungsu dan Chullie sudah menunggu kita dari tadi."

"Ne, gomawa hyung" balas Kangin dengan senyuman khas miliknya yang membuat mata sipitnya bertambah sipit.

…o0o…

Cukup lama hening melanda dua orang namja tampan yang sedang duduk di kursi samping pintu kamar salah satu rumah sakit.

"Hyung, ayo kita masuk" ucap Kangin memecah keheningan yang melanda mereka sejak tadi.

"Kau yakin?"

"Ne!"

"Apa kau sudah tenang?"

"Ne"

"Apa kau ta-"

"Hyung, kenapa kau jadi secerewet ini sekarang. Apa karena faktor kau namjachingu dari Heechul hyung yang cerewetnya minta ampun" frustasi Kangin kepada sepupunya yang dari tadi terus bertanya.

Pria cina tersebut menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, mendengar ucapan Kangin tadi. "Hehe… mian. Walau pun Chullie cerewet dia tetap namjachingu ku yang cantik dan baik. Meski sedikit galak dan cerewet." Puji pria cina itu.

"Ya, ya, ya… terserah kau sajalah hyung. Aku ingin masuk sekarang." Balas Kangin memutar bola matanya lalu membuka pintu kamar tanpa mengetuknya terlebih dulu.

Cret!

"Chullie, aku ingin ketika aku pergi nanti aku berada dalam pelukannya dan sambil menggenggam erat tangannya." Ucap Jungsu yang tidak menyadari akan kehadiran sang namjachingu yang sedari tadi terus ia dan Heechul bicarakan.

_TBC_

Aaah ~ akhirnya jadi juga.. :D yerobeuuun ~ eottokhae? :O

Ahihi, gak seru ya -.-

Gak apa-apa deh, kasi respon aja. Kurang suka atau gimana? Angst gak kerasa? Ya iyalah baru chapter satu *geplak*

Mau tau chapter 2-nya? Silahkan tunggu :D

Zem yakin reader pasti tau siapa namja tampan (tentunya, dia salah satu bias Zem di Super Junior setelah KANGIN tentunya, readers: GAK NANYA!*teriak pake toak mesjid*), tinggi dengan perawakan Cina, namjachingu dari KIM HEECHUL pula yang Zem sebutkan di atas kan?.