"Sudah selesai?" Yang ditanya hanya bergumam tanpa menengok siapa yang bertanya. "Pulang sekarang?" Kelas sudah sepi, hanya ada mereka berdua sekarang.

Sakura melihat penunjuk waktu yang bertengger dipergelangan tangannya. Alat itu menunjukan jika waktu telah sore, "Ya, kita pulang sekarang. Tapi mampir sebentar ya ke McDonalds, sekalian memanfaatkan wifinya, tugasku masih banyak."

"Apapun untukmu Putri..."

.

.

Apapun untukmu.

Apapun agar senyumanmu kembali.

Seperti dulu.

.

.

.

Sasuke POV

Aku melihatnya, menyadarinya, aku paham jika Sakura berubah. Tetapi itu bukan karena aku. Itu lebih kepada bagian internalnya. Yaitu keluarganya. Aku paham bagaimana Sakura harus berpura baik baik saja, selalu tersenyum didepan ku, atau teman teman terdekatnya. Jarang sekali atau mungkin aku tidak pernah nelihatnya menangis karena perihal keluarga. Aku lebih sering melihatnya menangis karena membaca cerita sedih atau menonton film atau animasi kesukaannya

Aku kenal dengannya di penghujung akhir tahun 2012 lalu. Dia masih seorang mahasiswi baru saat itu, begitu pula aku. Berbeda jurusan memang antara aku dengan Sakura. Aku mengambil jurusan Teknik Informatika sedangkan Sakura mengambil jurusan Sastra. Di saat anak anak yang lain lebih memilih jurusan yang berhubungan dengan pekerjaan kantoran. Dan Sakura lebih memilih jurusan Satra.

Haruno Sakura adalah gadis yang aktif dalam berbagai organisasi. Dingin diluar tetapi hangat didalam. Dia adalah orang yang paling menentang perundungan. Pembullyan. Dia memang bukan anak yang cerdas. Tetapi dia juga bukanlah anak yang bodoh.

Entah bagaimana caranya aku bisa tertarik dengannya. Cantik? Entahlah. Kadar kecantikan seseorang itu ialah relatif. Tidak bisa diukur atau dibandingkan. Semua perempuan itu cantik. Hanya perilakunya saja yang berbeda-beda.

Sakura sendiri adalah gadis tomboy, berambut pendek sebahu dengan warna rambut pink alami. Suka sekali dengan Manga One Piece dan Manga Captain Tsubasa.

Bahkan setiap kekampus, dia hanya menggunakan kaos kaos bergambarkan karakter Luffy, kaos kaos bergambar anime kesukaannya atau paling rapih menurut ku ialah baju polo. Bawahannya ialah celana jeans biru kebanggaannya. Benar benar jauh dari kata perempuan tulen.

Pernah ku melihat foto yang dia upload di akun instagramnya. Dia sangat cantik difoto itu. Mengenakan blazer hitam, celana hitam, serta kemeja putih yang tersembunyi dibalik blazernya. Dia simpel tapi cantik.

Dan entah bagaimana pula aku bisa menjalin kasih dengannya. Lucu memang. Bahkan aku sendiri lupa bagaimana bisa, bagaimana caranya. Yang ku ingat aku penasaran dengannya. Dan etnah bagaimana caranya bisa dekat dengannya. Mengalir begitu saja.

Mengenai Sakura, Haruno Sakura yang dulu adalah seorang yang hangat. Humble. Dan selalu mau berteman dengan siapa saja tanpa memandang status ataupun latar belakang seseorang.

Haruno Sakura yang dulu siap pasang badan demi siapa saja. Terutama teman temannya. Aku pernah mendengar kabar jika dulu saat tingkat dua Junior School, Sakura pernah dibully karena membela salah satu temannya.

Haruno Sakura yang dulu ialah gadis berisik nan ceria. Dia selalu berbicara apa saja. 'Mulut motor' julukannya. Selain dahi lebarnya yang selalu menjadikan ia bahan ejekan sesama temannya. Tetapi ia tidak mengambil hati itu karena kenyataannya, dahinya memang lebar.

Haruno Sakura yang dulu ialah gadis polos yang masih berfikiran jika menikah harus didasari sama sama saling mencintai satu sama lain. Sakura yang dulu selalu bercerita mengenai apa saja yang hari itu ia alami kepada ku.

Semuanya. Semuanya.

Hingga satu kejadian membuat pandangannya terhadap apapun berubah. Termasuk perihal pernikahan. Orang terdekatnya yang membuat ia merubah haluan. Teman. Hubungan. Masa depan. Semuanya.

Sakura bercerita semuanya kepada ku. Semua yang dia rasakan, dia alami, semuanya. Perihal Sakura yang sering melihat Ibunya pergi dengan orang lain.

Tetapi kondisinya saat itu malam hingga ia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya juga saat itu. Perihal mengenai Display Picture Blackberry Messenger Ibunya yang saat itu menggunakan foto yang sedang melalukan kegiatan bertukar cairan. Tetapi lagi lagi Sakura tidak yakin dengan matanya.

Otaknya masih berpikir jika itu bukanlah Ibunya. Hingga satu kejadian dimana Ayahnya, Kizashi, mengusir Ibu Sakura dari rumah. Karena sikapnya yang sudah amat keterlaluan.

Ekonomi yang membuat keluarganya seperti ini. Tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan semua yang terjadi kepada Tuhan. Saat pengusiran tersebut, Sakura memilih untuk berdiam diri didalam rumah. Dia hanya melihat melalui jendela. Banyak tetangga yang nelihat kejadian itu. Dan sejujurnya, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Hingga waktu sekiranya dua bulan setelah pengusiran tersebut tiba tiba Ibu Sakura pulang kerumah. Modal nekat. Mengambil semua berkas berkas mengenai data diri dan dia kembali pergi rumah. Dan beberapa hari setelahnya Kakak dari Ibu Sakura datang meminta ijin kepada Kizashi, jika Mebuki, Ibu Sakura, akan pergi keluar negeri untuk merantau.

Kizashi hanya bisa mengiyakan. Tidak bisa melarang. Tidak mau memaksakan kehendak juga. Karena apapun yang dipaksakan tidak akan selalu berjalan dengan baik

Sang Ibu memilih untuk pergi dari rumah. Tidak mau dirumah atau mungkin sudah muak dengan keadaan ekonomi keluarga yang seperti ini.

Sakura sediri berkata bahwa iya muak dengan hidup ini. Hidup seperti ini. Dia selalu iri jika ada teman yang suka mengupload foto keluarga instagram. Dia tidak suka jika ada acara kumpul keliarga besar. Tetapi ia sadar jika bahwa ada yang lebih mengenaskan dirinya. "Aku ini masih bukan apa apa jika dibandingkan mereka mereka yang ada diluar sana. Hidupku maaih relatif lebih baik. Aku tidak mau banyak mengeluh, tetapi aku juga muak jika seperti ini. Apalagi perihal keluarga."

Sejak saat itulah Sakura berubah. Menjadi dingin tak tersentuh, seakan ada benteng tak kasat mata disekitarnya. Dia masih Sakura. Tetapi banyak yang berubah. Dia masih aktif organisasi. Tetapi tidak dengan sikap hangatnya. Mulutnya menjadi tajam tidak segan melukai perasaan seseorang.

Dia masih tidak suka dengan pembullyan, tetapi yang dia lakukan ialah melawan pembullyan tersebut melalui cerita yang selalu di upload disitus fanfiction.

Dia masih siap pasang badan untuk teman temannya. Tetapi dengan sikap yang lebih kejam. Yaitu dengan getaran getaran yang menghasilkan suara yang menyanyat hati.

Bahkan akupun tidak tahu harus melakukan apa. Yang aku percayai ialah selalu ada disampingnya. Selalu ada disaat ia membutuhkan ku.

Sasuke POV End

.

.

.

Kembalilah seperti dulu

.

.

.

"Lapar? Ibu memberikan mu bekal. Aku juga bawa bekal." Sasuke mengambil kotak makan yang ada ditas dan menaruhnya diatas meja Sakura. Sasuke dan Sakura sedang berada dikantin yang barada dilantai satu. Dimana disini lokasinya lumayan sepi pengunjung.

Tersenyum simpul, "Sampaikan terima kasih atas makannya, dan juga maaf ku kepada Ibu Mikoto karena aku sering sekali merepotkannya." ujar Sakura.

Inilah yang tidak disukai Sasuke dari seorang Sakura, mudah sekali berkata terima kasih dan maaf kepada siapa saja.

"Sudah kubilang, kau ini tidak merepotkan ibu, ibu juga berkata seperti itukan? Ayolah, kau seperti baru kenal aku saja. Kita sudah 4 tahun berpacaran, kenapa kamu masih tidak bisa membiasakan diri juga?"

"Maafkan aku, Sasuke." Ucap Sakura menyesal.

"Hey, hey, sudah.. Aku yang salah. Jadi sekarang kerjakan tugasmu dan aku akan membantumu selagi aku makan. Oke?"

Sakura tidak menjawabnya. Tetapi Sasuke yakin jika Sakura mendengarkan ucapannya. Terdiam beberapa saat, hingga akhirnya Sasuke berucap yang membuat Sakura terdiam.

"Aku ingin melamarmu."

.

.

.

.

End.

.

.

85 persen ialah kisah nyata.