That Night

Naruto Masashi Kishimoto

That Night Kazue Noriko

Warning: Gaje, oneshoot,

Don't like, don't read!

Hope you enjoy…

.

.

.

Aku menemui laki-laki ini di suatu tempat. tempat di mana kami sama-sama berteduh di bawah derasnya hujan. langit terlihat seolah-olah sedang menangisi nasib kami. di mana separuh manusia sibuk menghangatkan diri di dalam rumah yang nyaman dengan secangkir cokelat hangat di tambah sebuah selimut yang membungkus tubuhdengan apiknya.

aku pandangi wajahnya dalam-dalam. mencoba membuka percakapan demi membunuh suasana hening di atmosfir bumi. namun rasa maluku seakan-akan tak mengizinkan itu terjadi. aku malu sekali. tetapi rasa canggung ini benar-benar mengganggu jiwa ragaku.

wajahnya terlihat sawo matang namun bening. atau bisa di bilang pucat. apa dia sakit?

poni rambut ikal hitamnya menutupi sebagian alis matanya, tanpa menyembunyikan kedua sorot mata yang terlihat kosong memandangi jalanan.

Aku menggeser posisi tubuhku mendekatinya mencoba menyapa.

"Hai..."

"..."

"A-apa kau juga lupa membawa payung?"

Pertanyaanku tetap di abaikannya. Dan aku mengambil kesimpulan bahwa ia sedang tak ingin di ganggu. aku hendak membalikkan tubuhku untuk kembali ke posisi semula, sebelum dia bergerak dan membalikkan tubuhnya menghadapku.

Sebuah fakta menampar kesadaranku. DIa... aku mencoba mundur menjauhinya yang kini sedang melangkah pelan mendekatiku. tangannya yang tampak tak berjari terjulur hendak menggapaiku. aku semakin mundur demi menyelamatkan diri. tanpa menyadari bahwa langkah kakiku membawaku ke jalanan di depan kami.

waktu yang benar-benar tidak tepat! entah datang dari mana, sebuah mobil truk melaju dengan cepatnya ke arahku.

Aku mengingat sesuatu. sebelum hilang kesadaran karena hantaman keras dari sang mobil truk, aku menyempatkan diri memandang sang laki-laki itu. dia berjalan berlawanan arah dari lokasi tabrakan-ku.

Dia...

Aku ingit dia... Ingat sekali.

Kekasih temanku yang meninggal dua hari lalu karena tragedi tabrak lari. Hari di mana sahabatku menangisi kepergiannya, dan aku sempat melihat jasadnya yang tak pernah menutup mata. Kedua bola mata besar yang selalu memandangi aku.

Seolah-olah berkata... "Aku akan menjemputmu."

END