SAKURA WISH
Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kim Kai, Sehun, Kris, Kyungsoo, Luhan
WARN : GS/Genderswitch, typos, DLDR
Disclaimer : Seluruh cerita ini adalah milik Harumi Kawaii
.
.
Chap 1
Byun Baekhyun menyandarkan kepalanya disandaran kursi dalam kereta Shinkansen yang akan membawanya melesat ke kota Kyoto. Hari ini, saatnya ia pergi meninggalkan kota Tokyo. Kelak ia harus membiasakan diri hidup di kota Kyoto yang tentunya tidak seramai Tokyo.
"Kau tak perlu khawatir, Baek. Kyoto bukan kota kuno seperti yang kau kira. Kau tahu kan, Kyoto juga sama modernnya dengan Tokyo. Walau Kyoto dikenal sebagai kota kuno, kenyataannya teknologi modern tercipta di kota itu. Pusat game Nintendo, IT Giant Kyocera dan pembuat Microchip ROHM ada di Kyoto. Industriwan kimia, Koichi Tanaka yang bekerja di Shimadzu Corporation Kyoto juga pernah mendapat hadiah Nobel." Kata Tuan Byun, ayah Byun Baekhyun. Baekhyun hanya menoleh sekilas ke arah ayahnya yang duduk disamping kanannya.
"Ah Ayah, apa hubungannya peraih hadiah nobel dengan pindah ke Kyoto?" Batin Baekhyun.
Baekhyun tidak peduli Kyoto kuno atau modern. Ia hanya sedikit berat meninggalkan teman-teman sekolahnya di Tokyo, tetangga-tetangga yang telah hidup bersamanya selama hampir enam belas tahun dan Asuka... Asuka Yuuki. Ia tidak bisa melihat Asuka lagi. Asuka Yuuki, pemuda tampan berjiwa seni, yang hobi memetik gitar ditempat sunyi.
Baekhyun berusaha merelakan semua yang harus ditinggalkannya di kota ini. Hanya dalam dua setengah jam, kereta api super cepat Shinkansen yang tersohor ini akan membawa Baekhyun ke Kyoto, meninggalkan semua yang disayanginya di Tokyo...
...
Sudah tiga hari lalu mereka sampai di kota Kyoto.
Byun Baekhyun menghirup udara pagi dalam-dalam, menikmati sejuknya setelah beberapa menit berada dalam bus sekolah yang membawanya dari rumahnya menuju tempat ini, Higashi Senior High School. Sekolah yang cukup besar. Perlahan Baekhyun melangkahkan kakinya melewati pintu gerbang sekolah. Ia memasang wajah ceria.
"Ohayoo Gozaimasu, Sensei (Selamat pagi, Pak Guru)." Sapa Baekhyun pada seorang lelaki yang berdiri didepan pintu masuk sekolah.
"Ohayoo(Pagi)." Sahut lelaki itu.
"Saya Byun Baekhyun, murid baru disini. Mohon bantuannya. Dimanakah letak kelas tiga, Sensei?"
"Ah, kau murid baru pindahan dari Tokyo kan?"
"Iya, betul sekali Sensei." Jawab Baekhyun
"Silahkan kau melapor dulu ke ruang guru. Disana, ruang keempat dari sini." Kata bapak itu lagi.
"Domo arigatou gozaimasu, Sensei (Terimakasih banyak, Pak Guru)." Sahut Baekhyun. Ia membungkukkan badannya, lalu bergegas menuju ruang yang ditunjukkan bapak tadi.
"Ah, kenapa aku tidak sopan? Lupa menanyakan nama Sensei tadi." Batin Baekhyun
Setelah dipersilahkan masuk kedalam ruang guru, Baekhyun diminta untuk menunggu Yamamoto, wali kelas sekaligus guru bahasa inggris. Tak lama masuk bapak yang tadi telah memberi informasi pada Baekhyun.
"Kau, Byun Baekhyun, ikut aku!" Kata Bapak yang satu. Baekhyun membungkuk memberi hormat. Lalu segera mengikuti langkah bapak itu.
"Ojyama shimasu (Permisi) Sensei. Apakah ini Sensei Yamamoto?" Tanya Baekhyun.
"Tebakanmu tepat sekali! Sepertinya kau anak yang cerdas, Byun Baekhyun." Jawab Sensei itu.
Baekhyun tersenyum. Mereka pun sampai dikelasnya yang terletak dilantai tiga. Ia hanya punya waktu satu tahun untuk bersekolah disini. Dan ia akan melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswi.
"Selamat pagi, anak-anak." Sapa Yamamoto setelah ia berada didepan kelas.
"Selamat pagi, Yamamoto Sensei." Sahut semua anak kompak.
"Hari ini kelas kita mendapat teman baru. Byun Baekhyun, silahkan perkenalkan dirimu." Kata Yamamoto.
"Hajimemashite, Watashi wa Byun Baekhyun desu. (Salam kenal, aku Byun Baekhyun). Aku baru pindah dari Tokyo tiga hari yang lalu." Sapa Baekhyun.
"Saat istirahat nanti kau bisa berkenalan dengan semua teman sekelasmu satu persatu. Sekarang, kita lihat dimana kau bisa duduk." Kata Yamamoto, ia mengedarkan pandangannya keseluruh isi kelas. Kemudian matanya berhenti disebuah meja paling depan dibarisan paling kanan, satu dari dua kursi dihadapan meja itu.
"Kai, kemana teman sebangkumu Oh Sehun? Ia tidak masuk lagi?" Tanya Yamamoto pada anak lelaki yang duduk disalah satu kursi dihadapan meja itu.
"Sepertinya Sehun tidak masuk lagi Sensei." Jawab anak itu.
Oh Sehun memang terkenal sebagai anak yang seringkali membuat masalah disekolah. Oh Sehun sepertinya anak yang tidak terlalu suka belajar di sekolah. Ia lebih antusias mengikuti kegiatan yamakashi (free running, kegiatan berlari dan melompati berbagai macam halangan dan rintangan yang ada didalam kota. Di Prancis dikenal sebagai 'Le parkour') bersama teman-temannya yang kebanyakan adalah anak-anak yang telah lulus senior high school.
"Untuk sementara, silahkan duduk di kursi kosong ini Byun Baekhyun." Kata Yamamoto.
Baekhyun mengangguk dan segera duduk disana. Kai melirik diam-diam kearah Baekhyun yang duduk disamping kirinya. Tiba-tiba saja Baekhyun menoleh kearahnya dan tersenyum kepadanya.
"Hajimemashite, Douzo yoroshiku. (salam kenal, senang berkenalan denganmu). Panggil saja aku Baekhyun." Sapa Baekhyun pada Kai dan mengulurkan tangannya kearah Kai mengajak bersalaman. Kai menyambut uluran tangan Baekhyun.
"Kochirakoso yoroshiku (Senang juga berkenalan denganmu). Namaku Kim Jongin, tapi aku lebih suka dipanggil Kai." Sahut Kai.
Kai mulai berasa murid baru ini menyenangkan. Ia merasa sangat beruntung murid baru ini ditempatkan sebangku dengannya, sebangku dengan gadis manis seperti Baekhyun tentulah lebih menyenangkan daripada sebangku dengan Sehun yang biang ribut.
Dan Byun Baekhyun, gadis itu memiliki aura positif tertentu. Senyum Baekhyun terlihat tulus dan manis sekali. Ia juga pandai bahasa inggris, ia pandai melucu. Byun Baekhyun bertubuh langsing dan tegap, tingginya sekitar 160cm. Wajahnya manis, rambutnya yang ikal dan tebal ia potong pendek sebatas tengkuk, hidungnya mungil tapi mancung. Kai menyukai gadis itu sejak melihatnya pertama kali tadi.
...
"Apa hobimu?" Tanya Baekhyun pada kai saat istirahat sekolah dan mereka duduk berhadapan di meja kantin.
"Aku suka sekali main basket." Jawab Kai
"Kai bukannya suka lagi, ia sangat terobsesi sama basket. Kai akan melakukan apa saja demi basket, termasuk berjuang memperebutkan posisi sebagai kapten basket. Iya kan Kai?" Sahut Do Kyungsoo.
Kai mendelik, merasa sedikit sebal karena Kyungsoo yang tiba-tiba muncul. Kyungsoo adalah teman sekelas mereka yang duduk tepat dibelakang Kai. Kyungsoo memang seringkali menunjukkan perhatian berlebih pada Kai, tapi Kai lebih sering tidak memperdulikannya.
"Oh ya Baek, kau tahu kursi yang kau duduki dikelas sebenarnya adalah tempat duduk Oh Sehun, tapi Sehun hari ini tidak masuk. Aku rasa besok kau terpaksa harus pindah tempat duduk." Lanjut Kyungsoo.
"Benarkah Kai? Seperti apa Sehun?" Tanya Baekhyun.
"Tapi kau tak usah khawatir, kursi belakang masih ada yang kosong. Besok kau bisa pindah tempat duduk dibagian belakang." Lanjut Kyungsoo –lagi.
Kai melirik Kyungsoo, ia menduga ada nada iri dalam setiap kalimat Kyungsoo. Sepertinya Kyungsoo tak suka Baekhyun duduk sebangku dengan Kai.
"Eh? Aku tak keberatan duduk sebangku denganmu. Aku yakin Yamamoto sensei tidak akan memindahkanmu, Baekhyun. Tak mungkin murid baru ditempatkan di kursi paling belakang, apalagi kau perempuan." Sahut Kai sambil tersenyum.
"Memangnya kenapa kalau aku perempuan? Aku tak keberatan duduk dikursi belakang. Jika memang tempat duduk disampingmu sudah ada pemiliknya, nanti aku akan pindah ke kursi yang masih belum ada pemiliknya." Kata Baekhyun dengan raut wajah serius.
"Jangan!" Teriak Kai tiba-tiba.
"Memang seharusnya begitu!" Ujar Kyungsoo.
Mendadak Kai sebal sekali dengan tingkah Kyungsoo. Baekhyun tertawa geli melihat reaksi Kai dan Kyungsoo.
"Gomennasai (Maaf), Kai. Bukannya aku tak suka menjadi teman sebangkumu, aku hanya tak mau menyerobot milik orang lain." Ucap Baekhyun sambil nyengir lebar ke arah Kai.
Kai menghela nafas. Ia memandang ke arah Kyungsoo dengan tatapan kesal, sedangkan Kyungsoo balas memandangnya dengan wajah puas penuh kemenangan.
...
Baekhyun sedang membereskan bukunya untuk pelajaran pertama di hari kedua ia bersekolah di Hagashi Senior High School, saat tiba-tiba saja telapak tangan kanan yang cukup besar menggebrak buku yang baru saja ia letakkan diatas mejanya itu.
"Kau murid baru ya?" Tanya anak lelaki penggebrak meja itu.
"Sehun, apa yang kau lakukan?" Kai tiba-tiba saja berdiri disamping anak itu.
"Kau jangan ikut campur Kai! Aku ingin bicara dengan murid baru ini." Sahut anak yang dipanggil Sehun itu.
Baekhyun mulai memahami situasi ini, ia tersenyum manis. "Oh Sehoon? Senang berkenalan denganmu, Aku Byun Baekhyun. Aku sudah mendengar tentang kamu Sehun. Maaf kemarin aku meminjam kursimu, tapi sekarang aku sudah pindah tidak duduk di kursimu lagi. Apa ada masalah?" Tanya Baekhyun.
"Itu masalahnya! Mengapa kau pindah dari kursiku? Silahkan duduk dikursi itu, disebelah Kai. Biar aku yang duduk disini." Sahut Sehun.
Sehun meletakkan tasnya diatas meja Baekhyun, lalu duduk begitu saja disamping Baekhyun. Meja yang terletak dibarisan tengah paling belakang itu memang kosong. Baekhyun memandangi anak yang bersikap cuek itu dengan heran.
"Kau ingin duduk disini?" Tanya Baekhyun.
"Iya. Ada masalah? Kau tidak suka duduk dimeja paling depan?" Sahut Sehun dengan sikap tak peduli dan senyum sinis.
"Tapi kenapa kau ingin duduk disini? Lebih enak duduk didepan kan? Kau bisa lebih fokus mendengarkan penjelasan sensei." Tanya Baekhyun. Sehun mencondongkan tubuhnya kearah Baekhyun.
"Aku lebih suka duduk dikursi paling belakang, duduk di depan membuatku mengantuk. Ini adalah kesempatan bagiku untuk kembali duduk dikursi paling belakang. Sekarang, silahkan kau duduk di depan. Jangan banyak tanya lagi, kau cerewet sekali." Jawab Sehun.
"Baek, menurutku sebaiknya kau duduk ditempat kemarin yang sudah ditunjukkan Yamamoto sensei saja." Kata Kai.
"Ya, betul sekali. Kai lebih pantas menjadi teman sebangkumu, murid baru!" Sahut Sehun sambil nyengir lebar.
"Namaku Baekhyun, Sehun! Tolong kau panggil aku Baekhyun, jangan anak baru." Kata Baekhyun menatap sedikit kesal ke arah Sehun.
"Terserah apapun maumu." Sahut Sehun. Ia malah mengeluarkan Ipad, memasang headset, dan asyik mendengarkan musik.
Kemudian bel tanda masuk berbunyi, Baekhyun lalu kembali ke tempat duduknya kemarin, disamping Kai. Diam-diam Kai melirik Baekhyun, ia menarik nafas lega karena akhirnya Baekhyun kembali menjadi teman sebangkunya.
...
"Kau mau kan menemaniku menjelajahi kota Kyoto? Aku belum tahu seluk beluk kota ini." Pinta Baekhyun pada Kai setelah jam pelajaran terakhir usai. Kai tersenyum lebar.
"Tentu saja aku mau. Kau pasti suka Kyoto, kota ini asyik sekali." Jawab Kai. Wajahnya cerah sekali. Menemani Baekhyun keliling kota Kyoto, bagi Kai sama artinya dengan kencan berdua.
"Kyoto seringkali disebut sebagai kota kuno Jepang. Sebenarnya tidak sekuno itu, hanya saja banyak peninggalan sejarah masa lalu yang masih dipertahankan di kota ini. Kau tahu kan Baek, Kyoto pernah menjadi ibu kota kekaisaran Jepang, tapi sekarang Kyoto adalah kota pariwisata. Banyak yang datang berkunjung ke kota ini, bukan hanya turis dari seluruh pelosok Jepang,tapi juga turis mancanegara. Bagi yang ingin melihat bagaimana aslinya budaya Jepang, cukup berwisata saja di kota ini." Kata Kai.
"Kau menjelaskannya persis sekali pemandu wisata yang sedang memandu aku." Kata Baekhyun sambil tersenyum geli.
"Baiklah. Bagaimana jika kita berperan seolah aku pemandu wisata dan kau adalah seorang turis?" Ajak Kai. Baekhyun tertawa semakin lebar. Dan Kai suka sekali melihat Baekhyun tertawa, Baekhyun semakin cantik bila sedang tertawa.
"Popcorn!" Gumam Kai.
"Kau bilang apa, Kai?"
"Ah, tidak apa-apa. Bagaimana, kau setuju menjadi turis yang aku pandu?"
"Berarti kau akan menjelaskan semua yang ada di kota Kyoto ini?" Baekhyun balik bertanya.
"Kota Kyoto ada di bagian selatan Prefektur Kyoto. Ada empat sungai yang mengalir di kota ini. Sungai Kamogawa di bagian timur, Sungai Takanogawa di bagian tengah, Sungai Katsuragawa di bagian barat dan Sungai Ujigawa di bagian selatan. Kota Kyoto tepatnya berada di lembah Kyoto, sering juga disebut lembah Yamashiro. Dikelilingi gunung Higashiyama, gunung Kitayama dan gunung Nishiyama." Kata Kai memulai penjelasannya.
"Pengetahuanmu luas sekali." Ucap Baekhyun sambil tersenyum senang. Kai tersipu malu.
"Nilai pelajaran geografimu pasti bagus." Lanjut Baekhyun.
Nilai pelajaran geografinya memang selalu bagus. Hanya saja ia lemah di pelajaran matematika, fisika dan kimia. Dan satu lagi, pelajaran bahasa inggris! "Ah, tebakanmu kenapa tepat sekali, Baek? Aku memang paling suka pelajaran geografi." Sahut Kai.
"Terlihat dari wajahmu yang antusias sekali bercerita tentang keadaan kota ini, sampai sedetail itu. Kau harus menjadi ahli geografi, Kai! Atau sekalian saja menjadi ahli geofisika. Negara ini butuh banyak ahli geofisika, terutama untuk memantau keadaan gempa yang sering mengancam Jepang." Kata Baekhyun sambil menepuk bahu Kai lembut. Kai semakin tersipu disentuh Baekhyun seperti itu. Diam-diam Kai melirik ke arah Baekhyun.
"Ah, Baekhyun… kau benar-benar membawa perubahan positif dalam hidupku…" batin Kai.
"Idemu bagus sekali, Baekhyun! Selama ini aku malah tak terpikir untuk menjadi ahli geografi. Tapi… sebentar, ahli geofisika… berarti harus paham ilmu fisika juga? Ah, justru itu kelemahanku!" Sanggah Kai.
"Fisika itu tidak sulit, Kai. Kau hanya perlu memahami alam untuk bisa memahami ilmu fisika." Sahut Baekhyun.
"Baekhyun bilang fisika tidak sulit? Pasti dia anak jenius!" ucap Kai dalam hati. Jangan-jangan gadis itu bisa segalanya. Sudah dua minggu Baekhyun bersekolah di sini dan ia tak pernah terlihat kesusahan menghadapi semua pelajaran di sekolah. Lalu apa kelebihan Kai di banding Baekhyun? Kai pandai bermain basket, Ia adalah kapten basket di sekolah ini.
"Oh ya, kau harus siap-siap menghadapi perubahan suhu dan cuaca yang ekstrim di kota ini karena kota ini dikelilingi pegunungan, perbedaan suhu antara siang dan malam, antara musim dingin dan musim panas lumayan besar. Mungkin kau butuh waktu untuk beradaptasi sampai kau terbiasa dengan perubahan suhu di kota ini." Kata Kai. Baekhyun mengangguk-angguk tanda mengerti.
Kai melanjutkan aksinya sebagai tour guide bagi Baekhyun. Baekhyun terpesona melihat rumah-rumah kayu di kota ini yang masih terawat dengan baik.
"Bagaimana Kyoto menurutmu? Tidak semodern dan seramai Tokyo ya?" Tanya Kai.
"Di sini tidak sesibuk Tokyo, tapi aku mulai suka berada di sini. Aku jadi punya banyak waktu merenung." Jawab Baekhyun.
"Aku suka sekali tinggal di kota ini. Aku pernah ke Tokyo, tapi bagiku suasana Kyoto lebih menyenangkan. Kyoto selalu indah sepanjang tahun. Dipenuhi salju di musim dingin, bunga sakura bermekaran di musim semi, bukit-bukit yang sejuk di musim panas dan pemandangan warna-warni daun musim gugur." Kata Kai.
"Ah ya, mekarnya bunga sakura! Sekarang masih ada kan? Ini kan musim semi…" sahut Baekhyun.
"Kau sudah pernah ke bukit di belakang sekolah? Di sana ada sebatang pohon sakura. Walau hanya satu pohon, tetapi saat musim semi bunganya penuh sekali. Bukit yang biasanya sepi itu mendadak akan ramai dipenuhi guru dan murid-murid yang ingin menikmati indahnya bunga sakura bermekaran. Tapi sepertinya saat ini bunga sakura di pohon itu sudah berguguran semua. Kau terlambat datang, bunganya sudah mekar sejak tanggal 3 April kemarin." Kata Kai.
"Bukit di belakang sekolah?" Mata Baekhyun mendadak berbinar-binar.
"Di Kyoto, tempat untuk hanami (melihat sakura) yang paling ramai adalah di Maruyama Park dan sepanjang sungai Kamogama. Tapi sekarang sudah akhir April, pasti sudah tak banyak bunga Sakura yang mekar di sana." Lanjut Kai.
Baekhyun masih saja memikirkan bukit di belakang sekolah. Bukit itu cukup rimbun ditumbuhi banyak pepohonan besar dan tampak sepi.
"Aku rasa, tur kita hari ini sudah cukup. Capek juga berjalan kaki keliling kota. Kapan-kapan kita lanjutkan lagi." Ucap Baekhyun.
Kai mengangguk, "Kita jelajahi Kyoto pelan-pelan, aku akan setia menjadi pemandumu. Kapan pun kau perlu aku untuk menemuimu, katakan saja." Sahut Kai.
Baekhyun tersenyum lebar. "Kau memang teman yang baik, Kai!" kata Baekhyun.
"Ayo kuantar kau pulang. Kita naik bis saja, nanti kau kelelahan jika harus berjalan kaki lagi." Ajak Kai. Baekhyun mengangguk.
Sebenarnya rumah Kai dan Baekhyun tidak terlalu jauh, hanya berjarak lima blok saja. Kai mengantar Baekhyun hingga sampai di depan rumahnya.
"Terima kasih banyak. Kau sudah menemaniku berkeliling Kota Kyoto dan mengantarku sampai di rumah, Kai." Ucap Baekhyun, ia tersenyum.
"Dou itashimashite (terima kasih kembali). Kapan-kapan aku akan mengundangmu makan siang bersama di rumahku. Ibuku pandai sekali memasak dan dia suka sekali jika ada teman perempuan yang datang berkunjung ke rumah." Sahut Kai.
"Aha, pasti sudah banyak gadis-gadis di sekolah kita yang pernah kau undang ke rumahmu ya? Aku tau Kai, banyak gadis yang menyukaimu di sekolah. Kim Jongin, kapten basket Higashi Senior High School! Tentu saja menjadi idaman banyak gadis." Goda Baekhyun.
"Aaah tentu saja tidak Baekhyun! Belum ada satu pun gadis di sekolah kita yang pernah kuundang datang ke rumahku." Sahut Kai.
"Tapi tadi kau bilang, ibumu senang sekali jika ada gadis yang berkunjung ke rumahmu." Ucap Baekhyun.
"Eh maksudku, ibuku sering bilang begitu. Ibuku sering bilang begini 'kenapa kau tak pernah mengajak teman sekolahmu yang perempuan berkunjung ke sini, Kai? Ibu ingin sekali menjamunya dengan hidangan yang lezat. Kapan kau punya pacar?'" kata Kai.
Baekhyun tertawa terbahak-bahak. "Ah, mana mungkin kau belum punya pacar?" sahut Baekhyun.
"Tapi aku memang belum punya pacar." Sanggah Kai.
"Serius? Memangnya tak ada gadis yang kau sukai di sekolah? Ah kasihan sekali kau Kai, sudah kelas tiga senior high school tapi belum punya pacar." Ledek Baekhyun. Kai tertegun. Tentu saja sekarang ini ada gadis yang disukainya di sekolah, gadis itu Byun Baekhyun.
"Kau sendiri, memangnya kau sudah punya pacar?" Kai balik bertanya.
Baekhyun menatap Kai lekat. "Tentu saja. Aku pernah punya pacar di Tokyo." Jawab Baekhyun.
"Pernah punya? Maksudmu sekarang sudah tidak punya lagi?" Tanya Kai.
"Kami terpaksa berpisah karena aku harus pergi meninggalkan Tokyo. Untuk apa tetap menjalin hubungan jika jarak kami sudah terlalu jauh." Jawab Baekhyun. Padahal bukan itu alasannya kenapa ia tak bisa meneruskan perasaannya pada Asuka.
"Jika kalian memang sungguh-sungguh saling mencintai, jarak sejauh apa pun tak akan ada artinya." ucap Kai. Ucapan Kai itu telak sekali membuat Baekhyun mati kutu.
"Eh maafkan kata-kataku, Baekhyun. Aku ini sok tahu sekali, padahal aku sendiri belum pengalaman soal cinta. Aku belum pernah pacaran sama sekali." Kata Kai. Ia merasa bersalah melihat raut wajah Baekhyun berubah menjadi murung.
"Hah? Kau belum pernah pacaran sama sekali Kai? Kau serius tidak pernah jatuh cinta?" Tanya Baekhyun. Kai menggeleng kuat-kuat.
"Padahal aku ingin juga sekali-kali merasakan nonton film bioskop berdua dengan gadis yang aku sukai seperti teman-temanku yang lain. Aku tidak seperti Sehun yang sudah berkali-kali gonta-ganti pacar." Jawab Kai.
"Hm, baiklah. Aku akan mengajarimu cara mendekati seseorang yang kau sukai." Kata Baekhyun.
"Itu bagus sekali! Baekhyun, maukah kau kapan-kapan menemaniku nonton film di bioskop?" Tanya Kai.
"Memangnya kau menyukai aku? Kau bilang kau ingin nonton berdua dengan orang yang kau sukai kan?" Baekhyun balik bertanya.
"Aku memang menyukaimu." Jawab Kai. Kemudian ia tertegun dengan jawabannya sendiri. "Maksudku, aku menyukaimu sebagai teman. Kau teman yang menyenangkan." Lanjut Kai.
Kai masih ingin menyembunyikan perasaannya pada Baekhyun.
"Okay, aku mau nonton berdua denganmu. Tapi ada syaratnya." sahut Baekhyun.
"Apa syaratnya?" Tanya Kai.
"Kau harus bisa mengalahkan aku bermain basket satu lawan satu." Jawab Baekhyun.
Kai tertegun. Ia belum pernah melihat Baekhyun bermain basket. Kegiatan olahraga yang dipilih Baekhyun adalah atletik. Kai tersenyum lebar ia yakin sekali bisa mengalahkan Baekhyun.
"Aku setuju sekali." Sahut Kai.
"Baiklah. Besok setelah usai sekolah, kita akan bertanding. Siapkan dirimu, Kai." Kata Baekhyun sambil tersenyum.
"Setiap hari aku sudah bermain basket, Baek. Aku berharap besok tak sulit mengalahkanmu." Sahut Kai.
"Kita lihat saja besok." Ucap Baekhyun sambil mengedipkan mata kirinya.
"Jaa (sampai jumpa), Kai." Lanjut Baekhyun.
Kai mengangguk. "Mata ashita (Sampai jumpa besok) di sekolah." Ucap Kai. Ia mulai melangkah menjauh dari depan rumah Baekhyun.
Baekhyun tersenyum, hari ini cukup menyenangkan. Selama enam belas tahun hidupnya, Baekhyun hanya pernah sekali berkunjung ke kota Kyoto saat study tour bersama rombongan sekolah junior high schoolnya. Baekhyun tersenyum melihat Kai tampak yakin sekali bisa mengalahkannya besok. Baekhyun adalah kapten tim basket perempuan di senior high schoolnya saat di Tokyo dulu.
...
Mentari musim panas masih bersinar menyelimuti lapangan basket outdoor di Higashi Senior School, padahal ini sudah jam bubar sekolah. Kai bersiap memantulkan bola basket yang sejak tadi ia pegang erat sedangkan Baekhyun sudah bersiap untuk menghalangi Kai memasukkan bola basket itu. Pertandingan basket satu lawan satu akan segera dimulai. Sebenarnya mereka tidak mengumumkan rencana mereka ini kepada siapa pun. Tetapi melihat mereka asyik bertanding berdua, beberapa murid yang belum pulang tertarik untuk melihat Kai dan Baekhyun bertanding. Kyungsoo juga ikut menonton, ia berharap Kai mengalahkan Baekhyun. Sehun yang super cuek pun ikut menonton juga, Ia ingin tahu seberapa tangguh murid baru itu. Diam-diam Sehun kagum dengan kecepatan lari Baekhyun, Sehun tertarik ingin mengajak Baekhyun ikut serta dalam komunitas Yamakashi (free running) Kota Kyoto.
Awalnya Kai sedikit menganggap remeh Baekhyun. Tetapi ia keliru, berkali-kali Baekhyun berhasil menggagalkannya memasukkan bola ke keranjang. Bahkan Baekhyun mendapat skor lebih dulu. Sehun berseru memberi semangat paling keras.
"Sugoi (hebat), Baekhyun!" teriak Sehun sambil bertepuk tangan.
Kyungsoo menatap sebal kepada Baekhyun dan menatap heran kepada Sehun yang tiba-tiba mendukung Baekhyun. Kai semakin waspada, sedangkan Baekhyun tetap santai tapi serius. Hingga akhirnya Kai mendapat skor, ia tak mengira Baekhyun sehebat ini. Kai tersenyum agak lega saat ia bisa mengungguli dua angka dari skor Baekhyun. Tapi senyumnya segera lenyap saat sampai waktu yang mereka tentukan habis, skornya dan Baekhyun seri. Seri dengan Baekhyun sama saja kalah baginya. Bagaimana mungkin ia bisa kalah dari perempuan?.
"Sayang sekali, Kai. Kau tidak berhasil mengalahkan aku, itu artinya kita tidak jadi kencan nonton berdua." Ucap Baekhyun, lalu ia tersenyum lebar.
"Baekhyun, kenapa kau tak bilang-bilang kalau ternyata kau jago main basket?" Tanya Kai penasaran.
"Kau tidak pernah bertanya." Jawab Baekhyun singkat.
"Apakah kau… ikut tim basket sekolahmu waktu di Tokyo?" Tanya Kai curiga.
"Aku dulu kapten tim basket di sekolahku di Tokyo, dan rasanya aku kangen juga sudah lama tak bermain basket. Tiba-tiba saja aku tertarik ingin mendaftarkan diri ikut basket wanita di sekolah ini." Jawab Baekhyun.
"Jangan!" Cegah Kai cepat-cepat.
"Kenapa? Kau tak suka aku bermain basket?"
"Baekhyun… aku… aku baru mengenalmu sebentar, tetapi kau selalu membuatku terkejut. Kau mengusai hampir semua hal. Sedangkan aku, aku hanya mahir bermain basket. Jika kau ikut basket juga, dan berhasil menjadi tim basket wanita di sekolah ini, apa yang bisa aku banggakan dari diriku padamu Baek? Aku mohon, bisakah kau memilih fokus pada olahraga lain?" jawab Kai.
"Baiklah Kai, aku tidak akan ikut tim basket sekolah. Kau jangan khawatir." Janji Baekhyun sambil tersenyum. Lalu ia pergi meninggalkan lapangan itu diiringi tatapan sebal Kyungsoo dan tatapan kagum Sehun. Baekhyun segera pergi ke tempatnya merenung, tempat yang disebutnya sebagai Heavenly Garden.
...
Di bukit belakang sekolah ini, Baekhyun kembali menikmati tempatnya menyepi.
"Kimochi (nyaman rasanya)." batin Baekhyun, lalu ia memejamkan mata.
"Jangan masuk tim basket sekolah", Permintaan Kai tadi sempat mengejutkan Baekhyun.
"Baiklah, Kai! Aku tidak akan masuk tim basket sekolah. Demi kamu." Batin Baekhyun sambil tersenyum lebar.
Baekhyun memberanikan diri mendatangi bukit ini setelah Kai memberitahukan padanya tentang keberadaan bukit di belakang sekolah ini. Ia terkadang butuh saat menyendiri, terutama jika ia sedang terkenang dengan seorang yang disukainya waktu di Tokyo dulu.
Asuka Yuuki… Asuka yang dulu disukainya dan menyukainya. Tapi Baekhyun terpaksa harus mengalah, karena Kanzaki Meirin juga menyukai Asuka. Kanzaki Meirin, sahabatnya sejak kecil dulu. Baekhyun tidak mungkin melukai perasaan sahabatnya sendiri. Baekhyun masih bisa melanjutkan hidup tanpa Asuka… Perlahan namun pasti ia mencoba melupakan sosok Asuka. Ia akan menemukan pengganti Asuka, tapi mengapa bayangan sosok Asuka masih saja sering muncul jika ia sedang menyendiri seperti ini?
"Kau menyerobot tempat favoritku!" Suara teriakan itu mengejutkan Baekhyun. Ia segera membuka matanya. Baekhyun segera bangkit duduk dan memperhatikan sosok yang telah berdiri tegap di hadapannya.
"Chanyeol?" ucap Baekhyun saat mengenali sosok itu. Park Chanyeol, Pemuda yang tak pernah tersenyum.
"Maksudmu, tempat ini adalah tempat favoritmu?" Tanya Baekhyun.
"Aku sudah sering ke tempat ini sejak aku kelas satu, tepat di tempatmu berbaring itu. Kau baru datang ke sekolah ini dan tanpa permisi menempati tempat favoritku itu!" jawab Chanyeol dengan suara tegas.
Baekhyun penasaran, bagaimanakah rupa pemuda itu jika tersenyum? Pasti ganteng sekali, karena sebenarnya wajah Chanyeol cukup rupawan.
"Maaf, aku tidak tahu ini adalah tempat favoritmu. Kau tidak pernah memberi pengumuman. Aku menemukannya tanpa sengaja dan pilihanmu memang sangat tepat sekali, tempat ini nyaman sekali." ucap Baekhyun.
Sebenarnya sudah lama Baekhyun bertanya-tanya tentang sosok Chanyeol. Ia pemuda berwajah tampan. Sayangnya ia tak pernah tersenyum, Ia juga sangat cerdas. Baekhyun sebenarnya tertarik mengenal Chanyeol lebih jauh. Jika mau jujur, sosok Chanyeol mirip dengan Asuka, mereka ternyata mempunyai minat yang sama. Sama-sama menyukai tempat sunyi ini.
"Padahal aku sudah terlanjur memberi nama tempat ini." Ucap Baekhyun. Ekspresi Chanyeol tidak berubah.
"Aku memberi nama tempat ini Heavenly Garden." Lanjut Baekhyun.
Tiba-tiba saja ekspresi wajah Chanyeol berubah. Ia tampak sedikit tersentak. "Kau tahu dari mana nama itu?" Tanya Chanyeol tiba-tiba.
"Aku menciptakan sendiri nama itu untuk tempat ini." Jawab Baekhyun.
"Tidak mungkin! Kau pasti pernah membacanya di suatu tempat." Sahut Chanyeol.
"Entahlah. Mungkin aku memang terinspirasi dari sesuatu yang pernah kubaca." Kata Baekhyun.
"Sedang apa kau di sini? Mengapa kau kemari?" Tanya Chanyeol lagi.
"Aku sedang beristirahat sehabis bertanding basket. Kau sendiri mengapa kemari?" jawab Baekhyun. Lalu ia balik bertanya.
"Ini memang tempatku dari dulu." Jawab Chanyeol.
"Menurutku ini tempat umum, siapa pun boleh kemari. Kau tidak punya hak untuk mengusirku iya kan? Kalau kau melarangku berada di sini,itu artinya kau merampas hak-ku." Kata Baekhyun.
"Baiklah. Jika kau memang sangat menginginkan tempat ini, silahkan. Aku akan mencari tempat lain." Kata Chanyeol, masih tetap tanpa senyum.
Chanyeol melangkah jauh dari tempat itu. Ia berhenti di bawah pohon sakura yang berjarak kurang lebih enam meter dari pohon weeping willow tempat Baekhyun biasa berteduh di bawahnya. Chanyeol mengeluarkan sebuah buku lumayan lebar, ia juga mengeluarkan sebuah pensil. Apa yang sedang dilakukan Chanyeol di sana? Chanyeol memandang lepas ke arah bawah bukit dan mulai asyik menggerak-gerakkan pensilnya ke atas buku lebar.
"Apa yang sedang dilakukan Chanyeol? Apakah dia sedang menggambar sesuatu?" tanya Baekhyun dalam hati.
Tapi kemudian Baekhyun memutuskan tak ingin mengganggu Chanyeol. Ia kembali memejamkan mata dan mulai tertidur. Saat ia terbangun dan membuka matanya Baekhyun terkejut melihat Chanyeol sudah berdiri di hadapannya.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Baekhyun cemas.
"Aku baru saja berpikir ingin membangunkanmu. Kau tahu sekarang sudah jam berapa? Hampir pukul enam. Kau bermaksud tidur di sini sampai kapan? Sampai malamkah? Sampai serigala-serigala gunung datang mengunjungimu?" jawab Chanyeol panjang lebar. Baekhyun tertegun. Baru kali ini Chanyeol menjawab pertanyaannya sepanjang itu.
"Kau bercanda, kan? Mana mungkin di sini ada serigala. Lagipula ini hanya bukit, bukan gunung." Sanggah Baekhyun.
"Terserah kau, percaya atau tidak." Sahut Chanyeol.
Chanyeol melangkah menjauhi Baekhyun. Baekhyun segera bangkit berdiri dan cepat-cepat mengejar langkah Chanyeol.
"Hei Chanyeol, tunggu." Ujar Baekhyun. Udara di bukit ini mulai terasa dingin.
"Chanyeol, terimakasih telah menungguku." Ucap Baekhyun setelah ia berhasil menyamai langkah Chanyeol. Ia tersenyum manis, tapi lagi-lagi Chanyeol tidak membalas senyumnya. Mereka berjalan beriringan tetapi tak saling bicara. Mereka berjalan berdua hingga tiba di gerbang sekolah.
"Kau pulang naik apa?" tanya Chanyeol tiba-tiba.
"Aku… naik bis." Jawab Baekhyun.
"Aku akan mengantarmu." Sahut Chanyeol.
Baekhyun melongo mendengarnya, ia merasa seperti sedang bermimpi. Baekhyun sampai perlu mencubit lengannya untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi.
"Aww!" teriaknya, ia merasa sakit. Chanyeol sontak menoleh ke arah Baekhyun.
"Kau kenapa?" tanyanya heran.
"Aku… tadi… mencubit lenganku sendiri. Aku tidak percaya kau bilang ingin mengantarku pulang. Aku kira aku sedang bermimpi." Jawab Baekhyun seraya nyengir lebar.
"Tindakanmu benar-benar tak masuk akal. Tentu saja ini bukan mimpi. Memangnya aneh jika aku mengantarmu pulang? Aku bukan lelaki tak berperasaan yang tega membiarkan anak gadis pulang sendirian malam-malam begini." Sahut Chanyeol. Ia masih saja enggan tersenyum, sementara senyum Baekhyun semakin lebar.
Ternyata Chanyeol masih punya hati juga. Ia akan membuat Chanyeol tersenyum. Sepanjang perjalanan dalam bus, Chanyeol mau juga bicara sedikit-sedikit. Setidaknya, Baekhyun tahu apa hobinya, di mana rumahnya dan beberapa informasi lainnya.
TBC
MIND TO REVIEW?^^
