Disclaimer,

Characters belongs to Kishimito-sensei

Story is mine, Hatake Aria

.

.

Amore Commedia

.

.

Part 1

Annoying Customer

.

Naruto mencoba untuk tetap tersenyum walau sebenarnya Ia sudah cukup jengah menanggapi celotehan wanita paruh baya di depannya ini, namun sayangnya ini adalah sebagian dari pekerjaannya. Tapi tidak masalah jika isi pembicaraan itu berkaitan dengan job desk-nya, masalahnya pembicaraan sang Ibu didepannya tampaknya mulai melenceng jauh.

"Nah, begitulah seperti yang Bibi ceritakan Naru-chan"

Naruto hanya tersenyum saat sang wanita paruh baya didepannya sudah mulai memanggilnya dengan sebutan Naru-chan. Oh Tuhan, Ia bahkan baru bertemu langsung dengan wanita ini tidak lebih dari 30 menit.

"Iya, jadi tetangga Bibi bilang, katanya kemarin dia dipersulit waktu mengklaim tagihan anaknya saat di rumah sakit, seharusnya kalau kita sudah punya polis asuransi dari sini kita tidak perlu membayar kan? artinya semua biaya rumah sakit ditanggung kan?"

Naruto mengangguk, meng-iya-kan pertanyaan sang Bibi.

Sang wanita paruh baya tersebut terlihat menghela nafasnya sesaat.

"Makanya, kemarin waktu Bibi mau memutuskan ikut asuransi ini Bibi juga sempat ragu, tapi karena mengingat Bibi seorang single parent akhirnya Bibi masuk asuransi ini"

"Iya, selain untuk jaminan kesehatan, kan juga bisa sebagai invenstasi di hari tua, karena jika client tidak ada mengajukan klaim selama periode yang ditetapkan, dana nya bisa diambil, karena selain untuk kesehatan, polis asuransi yang kita terima setiap bulannya juga termasuk untuk investasi" Naruto menambahkan.

"Nah, itu dia, tapi karena kebetulan anak sulung Bibi seorang dokter jadi kalau cuma sakit-sakit kecil Bibi langsung saja minta resep obat ke anak Bibi. Yah, kalau bisa jangan sampai deh kita sakit parah yah"

Naruto kembali tersenyum membalas omongan sang wanita paruh baya tersebut.

"Tapi, cuma tetangga Bibi yang itu aja kok yang katanya ngurus klaim asuransi ini susah, yang lainnya sih oke-oke saja. Mungkin karena sakit anaknya ituh yah, kabar-kabar yang Bibi dengar sih katanya anaknya overdosis"

Tuh kan, seperti yang Naruto katakan, pembicaraan sudah mulai melenceng jauh.

"Memang anak muda zaman sekarang yah, rentan terkena narkoba, eh Naru-chan, kalau sakit karena terindikasi narkoba ditanggung tidak?"

Naruto kembali tersenyum sebelum menjawab pertanyaan sang Bibi, oh terkutuklah panduan pelayan prima yang mengharuskannya untuk tetap tersenyum walau klien mu mulai bertingkah menyebalkan.

"Iya Bibi, jika terindikasi narkoba memang tidak kita tanggung"

Sang wanita paruh baya tampak mengangguk.

"Ah syukurnya kedua anak lelaki Bibi tidak ada yang bertingkah macam-macam, anak-anak Bibi orangnya penurut dan patuh sama orang tua, putra sulung Bibi seorang Dokter di Rumah Sakit Universitas Tokyo sedangkan putra kedua Bibi seorang Pengacara"

'Oh Tuhan, Bibi, sumpah, Aku tidak ingin mendengar tentang putra-putra mu' Naruto hanya bisa membatin sembari tetap menanggapi pertanyaan sang wanita paruh baya tersebut dengan senyumannya.

Naruto mencoba melihat sekeliling, memastikan apakah masih ada antrian yang belum terlayani, namun sayang sepertinya sang Bibi merupakan customer terakhir, sehingga tidak ada alasan untuk Naruto 'mengusir' sang Bibi. Naruto melirik jam di sudut kanan PC nya, masih ada 10 menit lagi sebelum pukul 4 sore, yang artinya jam pelayanan telah berakhir.

"Ah, Naru-chan sendiri sudah menikah? Atau sudah punya pacar?"

"Uhuk"

Suara batuk tersebut bukan berasal dari Naruto, melainkan pria yang kebetulan lewat di belakang meja nya.

"Ah Bibi, Dia ini pegawai kita yang masih single available" ujar pria tersebut yang tiba-tiba ikut dalam obrolan keduanya sembari memegang pundak Naruto.

"Sai" Naruto sedikit menggoyangkan bahunya agar Sai melepaskan tangannya dari pundaknya.

"Ohh" sang wanita paruh baya tersebut tampak membulatkan bibirnya menanggapi perkataan Sai.

"Masa sih Naru-chan belum punya pacar, padahal Naru-chan kan cantik, baik lagi"

Refleks wajah Naruto merona karena perkataan sang wanita paruh baya tersebut, dan sialnya Sai yang kini berdiri disampingnya malah tertawa kecil karena perkataan sang Bibi.

"Sai, lebih baik Kamu kembali ke tempatmu sekarang juga" ujar Naruto mencoba mengusir Sai, Ia tidak mau rekan kerjanya ini malah ikut-ikutan menggoda dirinya dengan sang Bibi.

Sai akhirnya mengalah, dan beranjak pergi meninggalkan keduanya, dengan senyuman yang masih terukir diwajah pria berkulit pucat tersebut.

Naruto menghela nafasnya pelan, satu masalah telah beres, tinggal sang wanita paruh baya yang masih betah duduk didepannya ini saja.

"Maaf Bibi, waktu pelayanan kita sudah habis mengingat ini sudah jam 4 sore"

Sang wanita paruh baya tersebut tampak melirik jam tangannya.

"Ah iya, aduh karena keasyikan cerita Bibi sampai lupa waktu, dan terima kasih sekali yah Naru-chan sudah mau membantu Bibi, akhirnya sekarang Bibi paham dengan prosedur kalau mau mengajukan klaim"

"Itu sudah menjadi tanggung jawab saya Bibi, Bibi tidak perlu berterima kasih" Naruto menganggung singkat.

"Ah tidak-tidak, Bibi sudah banyak merepotkanmu, Bibi sudah terlalu sering menelponmu dan syukurnya Kamu selalu memberikan solusinya, Kamu benar-benar telah banyak membantu Bibi"

Yah, Naruto kembali mengingat saat sang Bibi beberapa kali menelponnya karena kebetulan sang Bibi merupakan salah satu client yang menjadi tanggung jawab Naruto, dan baru hari inilah Dia berkesempatan bertemu langsung dengan sang Bibi.

"Ini, Bibi ada membawa sesuatu untukmu sebagai ucapan terima kasih"

Tampak sang wanita paruh baya tersebut mengeluarkan sebuah kotak kue dari bawah kursinya, Ia pun meletakkannya didepan Naruto.

Naruto melirik sekotak Portuguese Egg Tarts yang ada didepannya, demi rambut merah Ibu nya, dirinya sangat suka sekali dengan Egg Tarts tersebut, dan bagaimana mungkin sang Bibi ternyata membelinya di toko langganannya, yang di klaimnya sebagai toko penjual Portuguese Egg Tarts terenak di kota ini karena rasanya sangat mirip dengan rasa Portuguese Egg Tarts di Macau, walau Naruto tidak pernah pergi ke Macau, setidaknya dulu Sai pernah memberinya saat pria itu baru pulang dari liburannya di Macau.

Namun sayang, tuntutan perusahaan tidak memperbolehkannya menerima gratifikasi.

"Maaf Bibi, kita tidak diperbolehkan menerimanya, lagipula itu memang sudah tugas saya untuk membantu Bibi" Naruto mencoba tersenyum, padahal didalam hatinya Dia benar-benar mengingingkan kue tersebut.

"Tapi Bibi ikhlas kok memberikannya pada Naru-chan" ujar wanita tersebut seraya kembali menyodorkan kotak kue tersebut mendekat kearah Naruto.

'Sial, malah aromanya jadi semakin tercium' Naruto membatin.

"Padahal kue ini sangat enak loh Naru-chan" tampak wajah sang Bibi sedikit murung karena Naruto menolak pemberiannya seraya membuka kotak kue tersebut.

'Sial, Bibi kenapa Kau membukanya, Aku jadi semakin menginginkannya kan' batin Naruto menangis.

Wanita paruh baya tersebut kembali menutup kotak kue nya.

"Semoga Naru-chan karirnya semakin sukses yah, murah rezeki nya, dan cepat dapat jodoh yah nak" ujar sang wanita paruh baya seraya menepuk pelan pundak Naruto.

Naruto kembali menyungginggkan senyumnya menanggapi doa sang Bibi.

"Terima kasih Bibi"

"Atau nanti kalau Naru-chan mau, Bibi jodohkan saja sama anak Bibi yah" ujar sang wanita kembali sembari bangkir dari kursi nya.

"Ah, terima kasih Bibi, tidak usah" Naruto melambaikan tangannya, tampaknya sang gadis bersurai pirang tersebut jadi salah tingkah karna penawaran sang wanita paruh baya tersebut.

"Kedua anak Bibi juga masih single loh" lanjut sang Bibi berpromosi.

Dan yang Naruto lakukan hanya tertawa garing.

"Oh yah, jika Naru-chan tidak mau sekotak, Bibi beri satu saja yah, kalau ini tidak boleh ditolak yah" ujar sang wanita paruh baya tersebut seraya meletakkan sepotong Portuguese Egg Tarts dihadapan Naruto. Takut pemberiannya kembali ditolak, wanita tersebut buru-buru pergi meninggalkan meja Naruto.

"Ah, Bibi" Naruto refleks bangkit dari kursinya mencoba memanggil kembali sang wanita paruh baya.

"Dimakan yah Naru-chan, dan terima kasih banyak karena membantu Bibi" ujar sang wanita sembari melambaikan tangannya pada Naruto.

"Terima kasih Bibi, ah maksud saya Uchiha-san" Naruto membungkuk singkat pada Mikoto sebelum akhirnya sosok wanita paruh baya tersebut menghilang dibalik pintu.

Naruto menatap penuh binar sepotong Portuguese Egg Tarts pemberian Mikoto, baru saja Ia akan menikmati kue tersebut tiba-tiba terdengar suara Shikmaru memanggil dirinya. Dan tanpa menunggu lebih lama lagi, gadis bersurai pirang tersebut pergi menemui pria berkuncir nanas yang memanggilnya tadi.

Naruto hanya mendengus kesal seraya berjalan gontai menuju meja kerjanya kembali. Tak hentinya Ia mengutuk Shikamaru yang ternyata memanggilnya hanya untuk menanyakan "Kau tahu apa makanan kesukaan Ino?" oh, rasanya Ia ingin mengacak rambut sang Kepala Bagiannya saat itu juga. Ia tahu kalau Kepala Bagiannya itu tampaknya menaruh hati dengan salah satu rekan kerjanya itu, tapi apa harus Ia memanggil khusus dirinya keruangannya hanya untuk menanyakan hal sepele seperti itu?

Baiklah lupakan Kepala Bagian berambut nanasnya itu, lebih baik Ia segera kembali ke meja kerjanya dan menikmati sepotong Egg Tart yang tadi diberikan oleh Mikoto kepadanya. Dan apa yg lebih sial dari semuanya, yaitu saat Naruto mendapati seorang Shimura Sai tengah menikmati Portuguese Egg Tart miliknya setiba nya Ia sampai di mejanya.

"Saaaaiiiiiii ….."

Sai refleks menoleh kearah sumber teriakan seraya menghabiskan potongan terakhir Egg Tart nya. Dan dengan tanpa berdosa Ia hanya tertawa hambar menatap Naruto.

.

######

.

Mikoto menatap kedua anaknya yang tengah menikmati makan malam buatannya dengan tenang. Terkadang Ia sedih, kenapa kedua putranya ini benar-benar mewarisi sifat pendiam sang mendiang suaminya. Ia tahu kedua putranya ini sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, tetapi untuk malam ini saja Ia meminta keduanya untuk makan malam bersamanya, karena biasanya keduanya kembali kerumah saat larut malam.

"Bagaimana pekerjaan kalian berdua hari ini?" Mikoto mencoba mencairkan suasana makan malam mereka yang semula nyaris tanpa suara.

Itachi, sang putra sulung tampak menghentikan kegiatan makannya, Ia kemudian menatap sang Ibu sembari tersenyum kecil.

"Seperti biasa, hanya menangani beberapa pasien, dan beberapa keluhan penyakit, tidak ada yang berbeda" jawab sang putra sulung sembari memberikan senyumnya pada sang Ibu.

Mikoto mengangguk, ah setidaknya putra sulungnya lebih mewarisi sedikit gen miliknya.

"Lalu, bagaimana denganmu Sasuke?" kali ini Mikoto mengalihkan pandangannya pada sang putra bungsu.

"Seperti Aniki, hanya pekerjaan rutin" jawab Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari makan malamnya.

Mikoto mencoba tersenyum, lain dengan sang sulung, putra bungsunya ini tampaknya benar-benar mewarisi seluruh gen milik mendiang suaminya.

"Hehh, apa tidak ada kasus yang menarik hari ini? Misalnya ada seorang wanita yang meminta mu mengurus kasus percerainnya, kemudian berakhir dengan sang wanita itu jadi jatuh hati padamu"

Pandangan Sasuke akhirnya teralihkan dari makan malamnya, Ia kemudian menghadiahi Itachi dengan death glare andalannya untuk perkataannya barusan.

Itachi hanya tersenyum jahil melihat ekspresi Sasuke, ah .. dirinya memang suka menjahili sang adik yang usianya hanya terpaut 3 tahun dibawahnya ini.

"Ibu, yang aku katakan tadi benar loh, kemarin Sasuke bercerita kalau klien nya jatuh hati padanya" ujar Itachi dengan penuh antusias menatap sang Ibu.

Mikoto pun tampak antusias mendengar cerita sang sulung, sembari mengangguk pelan.

"Lalu kelanjutan ceritanya bagaimana Otouto? Apa Kau menyimpan foto wanita itu, coba perlihatkan padaku"

Bugh,

Sasuke yang kesal akhirnya menendang kaki sang kakak.

"Aww, yah, kenapa Kau menendangku?" protes Itachi sembari mengelus kakinya dibawah meja.

"Heeh, benarkah cerita Itachi, Sasuke? Lalu bagaimana kelanjutannya? Atau jangan-jangan Kau juga menyukai wanita itu?"

Sasuke melirik sekilas sang Ibu yang menatapnya penuh tanda tanya, perlahan Ia berdeham pelan.

"Ah, inilah mengapa Aku tidak suka menangani kasus perceraian, terlebih lagi jika kliennya adalah wanita, dan asal Ibu tahu, Aku sama sekali tidak tertarik untuk mengencani klienku" ujar Sasuke seraya mengacak surainya pelan.

Mikoto hanya tertawa kecil melihat tingkah putra bungsunya ini.

"Oh iya, Ibu juga punya cerita menarik hari ini, kalian tahu, akhirnya Ibu bertemu dengan Naru-chan, ternyata dugaan Ibu selama ini benar, anaknya benar-benar lembut seperti suaranya, dan tambahan lagi dia benar-benar sangat manis"

Sasuke sedikit menaikkan alisnya.

"Siapa Naru-chan?" ujarnya kemudian.

"Dia itu insurance officer yang meng-handle Ibu, ingatanmu itu bagaimana sih? Bukannya Ibu pernah menceritakannya beberapa kali, atau Kau saat itu tidak mendengarkan cerita Ibu" ujar Itachi seraya meminum air putih yang tersaji didepannya, ya, dirinya masih ingat beberapa kali sang Ibu pernah bercerita tentang seseorang yang bernama Naru-chan itu saat makan malam seperti ini.

"Uhuk" Sasuke sedikit tersedak saat Ia sedang meneguk minumannya, dan yang bisa dilakukannya saat ini adalah memberikan senyuman segarisnya pada sang Ibu yang kini tengah menatapnya penuh tanda tanya.

"Ah iya, kenapa dengan Naru-chan ini Ibu?" Sasuke sedikit mencoba memasang ekspresi tertarik dengan cerita sang Ibu, berharap sang Ibu tidak mempersoalnya hal yang baru saja disampaikan Itachi.

"Ah iya, Ibu baru mau menceritakan ke kalian, akhirnya Ibu bertemu dengannya setelah selama ini hanya berhubungan lewat telepon, ah, dia benar-benar gadis yang manis dan cantik, dan Ibu juga baru tahu kalau ternyata Dia belum menikah dan masih single"

Itachi dan Sasuke refleks meneguk ludahnya secara bersamaan, sepertinya mereka berdua kali ini memiliki pemikiran yang sama.

"Bagaimana kalau salah satu dari kalian coba bertemu dengannya, Ibu ingin menjodohkannya dengan salah satu dari kalian" ujar Mikoto sembari menatap kedua putranya.

'Sial' keduanya membatin.

Ini bukan pertama kalinya Ibunya mencoba menjodohkan mereka dengan beberapa gadis kenalannya, mulai dari anak temannya, rekan bisnis sang mendiang ayah terdahulu, dan sekarang dengan seorang Insurance officer yang menanganinya? Oh, rasanya Itachi dan Sasuke ingin kabur dari ruangan itu saat ini juga. Karena persepsi 'cantik dan manis' sang Ibu dengan kedua pria Uchiha ini sedikit berbeda.

"Kalian pasti tidak akan menyesal bertemu dengan Naru-chan, kalian mau yah, nanti Ibu akan mengaturnya" ujar Mikoto dengan seringai yang tercetak jelas di wajahnya yang masih tetap terlihat cantik meski sudah di usia 50-an.

Itachi dan Sasuke saling menatap tanpa suara, akhirnya permainan kencan buta milik Ibunya dimulai kembali.

.

######

.

Sasuke menghela nafasnya kasar saat dirinya baru saja memarkirkan mobilnya di basement sebuah Hotel bintang 5 di Tokyo. Sebelum keluar dari mobil, Ia mengencangkan dasinya yang sedikit kendur. Oh, terkutuklah Itachi dan nasibnya yang selalu tidak pernah menang jika melawan sang Aniki. Sejak sang Ibu bermaksud kembali menjodohkan mereka dengan salah satu kenalannya, keduanya selalu saling menolak, dengan menyodorkan lawan masing-masing. Sasuke yang selalu menyodorkan Itachi pada sang Ibu dengan alasannya dirinya adalah yang tertua, sementara Itachi yang selalu menyodorkan Sasuke dengan alasan umur Sasuke dengan Naru-chan itu sama dan mungkin dengan kesamaan usia, percakapan mereka akan nyambung, dan bla .. bla ..

Dan akhirnya sang sulung memutuskan untuk membuat sebuah taruhan, dimana yang kalah harus bersedia menemui Naru-chan sang Ibu, dan nasib Sasuke sama menyedihkannya dengan klub bola kesayangannya. Itachi mengatakan kalau di pertandingan Liga Spanyol nanti Real Madrid yang merupakan klub andalannya menang, maka Sasuke yang harus mengikuti kencan buta ini, dan apabila Barcelona yang merupakan klub andalan Sasuke yang menang, maka Ia yang akan menemui Naru-chan ini. Dan alhasil kekalahan Barcelona 3 hari yang lalu merupakan kekalahan Sasuke juga, dan disinilah Dia, berdiri didepan lift yang akan mengantarkannya menuju restoran yang sudah dipesan sang Ibu untuknya dan sang Naru-chan .

.

Di sisi lain, tampak seorang wanita bersurai pirang yang mengenakan sebuah sackdress berwarna biru pastel yang tampak sesuai dengan kedua sapphire nya tengah duduk tenang disebuah meja yang telah dipesankan untuknya. Walau wajahnya menunjukkan kesan tenang, namun tidak dengan batinnya. Oh, semua ini berawal dengan pertemuan pertamanya dengan Mikoto Uchiha, yang kemudian diberinya gelar sebagai Customer ter-Annoying-nya tahun ini, bagaimana mungkin wanita paruh baya itu selalu mendatangi kantornya hampir 2 hari sekali, dan sialnya Mikoto selalu datang di setengah jam terkahir sebelum jam pelayanan habis, sehingga Ia selalu menjadi customer terakhir yang harus dilayani. dan dalam waktu 30 menit itulah Naruto harus selalu mendengar celotehan Mikoto, mulai dari pertanyaan yang memang berkaitan dengan masalah asuransinya sampai ke masalah pribadi.

Sejak Mikoto mengetahui dirinya masih berstatus single, tak henti-hentinya wanita paruh baya itu mencoba menjodohkannya dengan salah satu dari putranya. Naruto masih ingat betul perkataan Mikoto.

'Naru-chan tinggal pilih, mau Dokter atau Pengacara?'

Oh, sebenarnya kalau boleh jujur Naruto tidak menginginkan keduanya. Ia lebih suka mencari sendiri untuk masalah jodoh, karena Ia berprinsip hanya akan menikah dengan pria yang dicintainya.

Namun, karena perkataan Mikoto yang tidak akan berhenti mengunjungi nya sebelum Ia setuju menemui salah satu dari kedua putranya membuat Naruto mau tak mau menyetujui permintaan Mikoto, yang berakhir dengan sebuah senyuman menghiasi wajah sang Nyonya Uchiha tersebut.

'Ya, kali aja Naru-chan berjodoh dengan salah satu putra Bibi' ujar Mikoto sebelum pulang.

Oh no, Naruto belum siap memiliki Ibu mertua seperti Mikoto Uchiha.

Dan disinilah Ia berakhir, duduk manis sembari menunggu salah satu putra Nyonya Uchiha tersebut tiba, yang sialnya bahkan Naruto sama sekali tidak tahu Ia akan berakhir berkencan dengan sang Dokter atau sang Pengacara dimalam ini.

.

Ting

Indikator lift menunjukkan angka 15, Sasuke menatap pintu lift yang perlahan terbuka, refleks sang bungsu Uchiha segera keluar dari lift sebelum pintu lift tertutup kembali. Tampak Ia kembali mengencangkan dasinya yang padahal sama sekali tidak kendur. Tidak bisa dipungkirinya Ia sedikit gugup malam ini, rasanya Ia seperti akan menghadiri sidang pertamanya.

'Oh, ayolah, ini hanya sebuah kencan buta, Kau sudah beberapa kali melewatinya' Sasuke berusaha menenangkan dirinya.

'Kau hanya perlu membuat wanita itu terintimidasi dan berharap pergi saat itu juga'

Sasuke memang terkenal sebagai Pengacara bermulut pedas, tampaknya hal itu juga terkadang terbawa dalam kesehariannya.

'Kau hanya perlu mengatakan bahwa Kau menemuinya karena kalah dalam taruhan bola dengan kakakmu'

Sasuke kembali membatin, hey, wanita mana coba yang tidak akan langsung pergi saat direndahkan seperti itu, apalagi kalau Kau menyebutnya hanya sebagai ajang taruhan.

Sasuke bukannya kasar, hanya saja beberapa wanita yang coba dijodohkan dengannya oleh sang Ibu benar-benar diluar tipe idealnya, dan saat Ia masih bersikap sebagai pria baik, wanita-wanita itu malah secara agresif mendekati dirinya, dan Ia membenci hal itu.

Berkali-kali Ia mencoba kembali meyakinkan sang kakak, agar Itachi-lah yang menemui gadis ini dengan alasan Ia telah berkorban pada kencan buta sebelumnya, dan mengatakan mungkin kali ini sang Ibu memang benar adanya kalau gadis ini secantik dan semenarik cerita Ibu mereka. Sasuke juga menambahkan kalau mungkin saja Itachi akan 'menyesal' jika menolak sebagai 'pria beruntung' yang akan dijodohkan sang Ibu dengan sang Naru-Chan ini.

Sasuke menghentikan langkahnya saat seorang receptionist restoran menghampirinya, Ia kemudian menyebutkan namanya yang ditanggapi anggukan oleh sang receptionist. Receptionist tersebut mengatakan gadis yang menjadi teman makan malamnya hari ini telah tiba dan menunggu di meja yang telah dipesan sang Ibu. Sasuke mengagguk, kemudian mengikuti sang receptionist yang mengantarkannya menuju meja yang telah dipesan sang Ibu.

Sang receptionist kemudian berhenti, dan menujuk sebuah meja tepat disamping dinding kaca di sudut restaurant. Oniks Sasuke kemudian mengikuti arah yang ditunjuk oleh sang receptionist, saat itupula kedua oniksnya menangkap sosok gadis bersurai pirang tengah duduk sembari menatap pemandangan dari dinding kaca disampingnya.

Sang receptionist membungkuk perlahan, kemudian meninggalkan sang bungsu Uchiha yang tampaknya masih setia mengagumi calon pasangan kencan butanya malam ini. Sekilas sebuah senyuman tipis menghiasi wajah stoic nya, tampaknya kali ini Ia akan sependapat dengan sang Ibu, kalau gadis ini benar-benar manis. Dan perlahan senyuman tipis tersebut berubah menjadi sebuah seringai.

'Kau benar-benar akan menyesal kali ini, Aniki'

Dan akhirnya perlahan Sasuke berjalan menuju meja dimana sang Naru-chan telah menunggunya.

.

######

.

Awalnya ingin membuat judulnya 'Divina Commedia' kayak lagunya abang Kwon Ji Yong. :D

Tapi, kayaknya nggak etis nyalahin Tuhan kalau ternyata scenario hidup kita tak sesuai dengan yang diharapkan, karena Tuhan tidak pernah menganggap hidupmu adalah 'lelucon'.

Thank you for reading.

Mid to Review please ..