-disclaimer-
Genres: Romance, Hurt/Comfort
Rating: T
Length: Chaptered

Warn(s): Shounen-Ai | OOC | AU | EYD-failure

.

.


Sehun hanyalah seorang aktor muda yang menjalani karirnya saat ia masih berstatus murid kelas 2 SMA di sekolahnya. Bertemu dengan pria yang baru saja di tolaknya 2 hari lalu, di sebuah bar. Tetapi ada yang berbeda dari pria itu. Sorot matanya, sikapnya, dan juga penampilannya. Sehun berpikir mungkin itu pengaruh dari cinta pria itu yang sudah di tolaknya.


.

.

nemonion present

.

.

WHO ARE YOU?

.

.

Chapter 1

.

.

.

Siapa yang tidak mengenal Oh Sehun? Sosok pria tampan dengan segala kesuksesan karirnya walau usianya masih terbilang cukup muda saat ini. Bahkan ia masih berstatus murid kelas 2 di salah satu sekolah menengah atas di Seoul. Banyak wanita maupun pria yang menginginkannya untuk dijadikan pacar atau bahkan suami masa depan mereka. Tak terkecuali Jongin.

Saat ini pria berkulit tan itu tengah berdiri dengan sekotak coklat di genggamannya. Di hadapannya kini berdiri seorang Oh Sehun yang tengah menatapnya tajam. Sementara yang di tatap hanya menundukkan kepala tak berani menerima langsung tatapan pria itu.

"Aku menyukaimu. Oh Sehun"

Bibir Jongin bergetar. Kalimat tersulit yang membuatnya berlatih mati-matian semalam akhirnya terucap sudah. Membawa Jongin dalam perasaan lega dan takut dalam waktu bersamaan. Lega karena ia akhirnya bisa menyampaikan perasaan yang sudah lama ia pendam. Tapi ia juga takut akan jawaban yang entah akan membuatnya bahagia ataupun patah hati.

"Sayangnya aku tak menyukaimu, Kim Jongin."

Jawaban tegas dari Sehun membuat Jongin terpaku di tempatnya berdiri sekarang. Rasanya benar-benar sesak saat ia mendengar kalimat menyakitkan itu langsung dari pria yang sangat ia cintai itu.

Ia tahu selama ini Sehun selalu bersikap acuh padanya. Sering ia menyapa yang hanya akan dibalas oleh decihan kasar dari mulut Sehun. Ia tersenyum pun pria itu tak bergeming. Hatinya sungguh sakit bila mengingat fakta itu. Terlebih saat ini, ia bahkan tak tau apa hatinya masih baik-baik saja atau malah sudah tak berbentuk lagi karena hancur lebur oleh sang pujaan hati.

"Jangan pernah mengangguku, menatapku seolah hanya aku objek di dunia ini yang bisa kau lihat. Dan jangan pernah mengucap kalimat menjijikan seperti tadi di depanku lagi" ketus Sehun membuat Jongin semakin tak tahan untuk segera melangkah pergi dari tempat menyakitkan itu. Air mata yang tadi ia tahan sekuat mungkin kini tak bisa berhenti mengalir di kedua pipinya.

.

.

.

Xi Luhan. Model papan atas yang kini tengah disandingkan dengan seorang aktor muda berbakat dalam satu label Majalah terkenal di Korea Selatan itu tersenyum manis saat beberapa kamera terus menyorotinya sejak tadi.

Oh Sehun. Nama aktor muda berbakat itu ikut menyunggingkan senyumnya walau lebih terkesan terpaksa. Sejak menandatangani kontrak dengan perusahaan majalah terbesar di Korea Selatan itu ia harus rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berpose layaknya model high class.

Setelah sekian lama akhirnya Sehun di perbolehkan untuk pulang. Badannya benar-benar letih. Mungkin ia akan langsung mengistirahatkan tubuhnya di kasur.

Sehun melirik ke arah Luhan yang tengah membenahi penampilannya. Sepertinya Luhan tidak akan langsung pulang malam ini. Jika di lihat dari pakaian yang ia gunakan sekarang, pria itu mungkin akan mampir terlebih dulu ke sebuah bar.

"Sehun ssi"

Panggilan Luhan membuat Sehun tersadar dari lamunannya. Ia tatap wajah Luhan yang semakin mendekat ke arahnya.

"Kau mau minum bersamaku?" ajak Luhan to the point.

"Mungkin lain kali saja. Hari ini aku benar-benar lelah" tolak Sehun dengan wajah datarnya. Malam ini ia sungguh tak ada niat untuk pergi kemanapun.

"Oh ayolah. Anggap saja sebagai perayaan kerja sama kita" ujar Luhan memaksa. Sepertinya pria manis itu tidak suka dengan penolakan.

Satu helaan nafas terdengar dari mulut Sehun.

"Oke. Aku ikut. Tapi tidak lebih dari tengah malam, Luhan ssi" ucap Sehun pada akhirnya. Mungkin ia juga butuh minum dan sedikit hiburan untuk melepas kepenatan yang menumpuk di otaknya.

Luhan mengangguk mantap, setelahnya ia menggenggam tangan Sehun dan membawanya pergi dari tempat itu.

.

.

.

Sehun sedikit menutup telinganya karena merasa terganggu dengan kebisingan yang sudah lama tak dijumpainya itu di bar tempatnya berada saat ini. Bau berbagai jenis alkohol menguar menyapa indra penciumannya. Suara musik mengalun dengan keras memenuhi seisi ruangan mewah itu. Jika saja tidak ada pendingin di setiap sisi ruangan, sudah di pastikan ia akan merasa panas mengingat banyaknya jiwa yang tengah memperlihatkan sisi gelapnya di dunia malam saat ini.

Beberapa wanita dengan pakaian super minimnya mulai mendekati Sehun. Menggodanya dengan bisikan-bisikan seduktif berharap Sehun akan tertarik untuk menjamah tubuh salah satu dari mereka.

Kalau saja Sehun tidak datang bersama rekan kerjanya mungkin ia sudah membawa salah satu dari mereka untuk memuaskan hasratnya malam ini. Karena sungguh sangat tidak mungkin jika ia harus membawa wanita murahan itu di hadapan Luhan.

"kau Oh Sehun kan? Aktor muda yang terkenal itu?" Pekik salah seorang gadis yang berada di tempat itu. Sontak hampir semua orang disana mengalihkan fokus mereka ke seseorang yang baru saja di tunjuk oleh gadis tadi.

Mati kau Oh Sehun. Bagaimana bisa kau lupa memakai penyamaran? Rutuk Sehun dalam hati.

"Ah benar. Kau memang benar Oh Sehun. Ya tuhan, kau tampan sekali" puji salah satu dari mereka sambil menutup mulut dengan kedua tangannya takjub.

Sehun ingin sekali menyumpahi gadis dengan mulut bocornya itu karena sudah membuat wanita-wanita disini semakin gencar mendekatinya.

Bola matanya menelisik mencari Luhan untuk mengajaknya pergi dari sini atau mungkin ia akan pamit terlebih dulu. Tetapi ia tidak menemukan partner kerjanya itu di manapun. Ia bahkan sudah mencari pria itu di beberapa ruang VIP. Tapi tetap saja tidak ada.

Apa ia sudah pulang? Jika tebakannya benar, sial sekali ia di tinggalkan begitu saja di tempat seperti ini. Hell yea!

Belum sampai tebakan-tebakan lainnya mampir di otak jenius seorang Oh Sehun, suasana bar mendadak riuh dengan sorak sorai yang memekik telinganya. Pandangan mereka bukan lagi ke arah Sehun.

Melainkan ke arah seorang pria yang baru saja masuk melalui pintu utama. Disamping pria itu ada Luhan yang sejak tadi dicarinya. Tetapi Sehun tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria yang saat ini menjadi pusat perhatian. Ia jelas penasaran bagaimana wajah seseorang yang secara tidak langsung mengalahkan kepopularitasannya di tempat ini.

Wajah itu tertutupi oleh masker berwarna gelap berikut dengan topi yang hampir membuat keseluruhan wajahnya tak terekspos. Hanya sorot mata yang membuat semua orang di tempat ini mengenalinya.

"Guys, he's back" Luhan berkata sambil memamerkan cengiran khasnya. Tangannya ia gunakan untuk merangkul pria di sampingnya. Sorak sorai dan tepuk tangan meriah kembali terdengar. Hanya Sehun yang masih memicingkan matanya berusaha untuk mengenali sosok itu.

Sampai pada akhirnya mata mereka bertemu dan Sehun refleks memutuskan kontak matanya cepat. Ia tidak tahu ekspresi apa yang tengah pria itu sematkan di wajah setengah tertutupnya itu akibat tingkahnya tadi. Yang jelas Sehun melihat pria itu masih menatap ke arahnya.

Dengan gerakan cepat pria itu membuka masker dan mengangkat topi yang keduanya merupakan akses yang menghalangi ketampanan wajah pemiliknya.

Sehun hanya bisa mematung melihat objek yang menjadi fokus matanya itu. Sorot mata yang tajam, rahangnya yang tegas, dan rambut blonde coklat miliknya yang membuat Sehun terperangah oleh sosok itu beberapa saat.

Sedetik kemudian ia tertawa keras tak mampu menahan geli akan sosok yang ia lihat saat ini. Ia bahkan melupakan harga dirinya sebagai seorang aktor muda tampan yang tengah populer. Ia juga melupakan image paten dirinya yang jarang berekspresi itu.

Seluruh perhatian kembali disitanya. Bedanya mereka kini menatapnya heran dengan penuh tanda tanya.

Semakin lama tawanya kian hambar. Kemudian menjadi datar dan dingin. Sorot matanya berubah tajam. Menatap seseorang yang juga tengah menatapnya. Derap langkah kaki terdengar di ruangan yang mendadak sepi kala Sehun mendekati pria itu.

"Tak kusangka. Pria lemah sepertimu punya sisi Bad Boy tuan Kim" sinis Sehun dengan bibirnya yang berdecih kasar di hadapan pria yang ia yakini sebagai Kim Jongin. Siswa nerd yang di tolaknya tempo hari. Di raihnya dagu itu dan ia tampikkan kasar ke kanan. Luhan yang melihat kejadian itu menatap Sehun horror.

Semua orang terlihat takut dengan adegan yang akan terjadi selanjutnya. Sehun bisa melihat ketakutan itu dari raut wajah mereka. Mungkin mereka takut melihat seorang idol sepertinya berubah sikap menjadi kasar seperti ini. Tapi jika itu yang berada di pikiran Sehun sekarang, itu berarti ia salah mengartikan keadaan.

Jelas saja semua orang disini takut pada pria yang sekarang tengah menampilkan amarahnya yang tertahan di balik wajah dinginnya itu. Hanya Sehun yang tidak menyadari perubahan ekspresi wajahnya.

BUAGHH

Satu pukulan telak bersarang di wajah Sehun. Tubuhnya yang tak siap menerima serangan tiba-tiba itu akhirnya limbung dan terjatuh. Beruntung kedua tangannya bereaksi cepat menahan wajahnya agar tidak berbenturan langsung dengan lantai dingin di bawahnya.

Ia melihat pria itu kembali melayangkan pukulannya tapi Luhan berhasil menghentikan pergerakan tangannya.

"Jangan lukai wajahnya. Dia partner kerjaku. Besok kami masih ada pemotretan dan aku tidak ingin jadwalku tertunda hanya untuk menunggu luka di wajahnya pulih"

Ucapan Luhan membuat pria itu mengurungkan niatnya untuk menghabisi pria yang sudah berani melecehkan harga dirinya itu. Ia melayangkan tatapan membunuhnya pada Sehun sesaat sebelum dirinya pergi meninggalkan tempat itu.

"Sehun ssi, kau ada hubungan apa dengannya?" Tanya Luhan saat dirasa Kai sudah tak ada di ruangan.

"Tanyakan saja padanya. Bagaimana ia bisa melupakan seseorang yang baru saja di tembaknya tempo hari" jawab Sehun datar. Rasa kesalnya kini bisa ia sembunyikan di balik wajah stoicnya.

"Dia menembakmu? Setahuku dia tidak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan siapapun" respon Luhan cepat. Dan sedetik kemudian ia menyesali ucapannya karena melihat Sehun kembali tersulut emosi.

"Cih, aku bahkan masih mengingat ekspresi menyedihkannya waktu itu"

"Entahlah aku tidak begitu mempercayai kata-katamu tadi. Tapi yang jelas jangan berani cari masalah dengan Kim Kai. Dia seseorang yang emosinya bisa meledak kapan saja. Beruntung tadi kau tidak di habisinya. He's so dangerous, man" peringatan Luhan terekam jelas di otak Sehun.

Kim Kai?

Selain penampilan dan sikapnya yang berubah, apa ia juga mengganti nama aslinya? Apa sebegitu cintanya Kim Jongin padanya hingga patah hatinya memberikan dampak perubahan yang begitu besar pada diri pria itu?

"Taekwang High School. Itu nama sekolahmu kan?" Tanya Luhan tiba-tiba. Sehun menoleh kearahnya sekilas.

"Memangnya kenapa?"

"Kudengar dia akan masuk ke sekolah itu"

Mendengar jawaban Luhan atas pertanyaan singkatnya Sehun mengerutkan dahinya heran.

Dia akan masuk ke sekolahnya? Yang benar saja. Dia bahkan sudah hampir 2 tahun di sekolah itu.

"Kau salah langkah Sehun. Seharusnya kau tidak cari masalah dengannya sejak awal" Luhan terlihat sedikit menyesal. Mungkin ia menyesal karena membiarkan partner kerjanya itu terlibat masalah dengan sahabatnya sendiri.

"Aku tak peduli. Bagiku dia hanya pria lemah yang jauh jika di sandingkan denganku. Jadi kau jangan khawatir Luhan ssi, aku tidak takut dengan orang sepertinya"

Luhan memandang Sehun yang kini berjalan menuju bartender di ujung sana. Ia tahu pria itu serius dengan perkataannya. Tapi ia juga tahu bahwa Kai bukanlah lawan yang seimbang untuk Sehun. Ia jauh lebih berbahaya. Sahabatnya itu jauh lebih berbahaya.

.

.

.

Jongin menatap 4 orang pria bertubuh tegap yang baru saja menyerang tubuhnya tanpa ampun. Ia tak mengerti mengapa mereka bersikeras menghajarnya meski ia yakin ia tak melakukan kesalahan apapun pada mereka. Ingin sekali Jongin membalas pukulan mereka tapi apa daya, jumlah mereka jauh lebih banyak.

"Wow. Kau benar-benar mengecewakan Kai. Ku kira berita tentang bagaimana kejamnya seorang Kim Kai itu adalah benar. Tapi ternyata kau tak lebih dari pecundang yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk menghindari pukulanku pun kau tak bisa." Pria bertubuh tegap yang kini menjambak rambut Jongin berdecih kasar. Ia hempaskan tubuh tak berdaya Jongin ke aspal di bawahnya.

Jongin berusaha membuka mulut. Berharap ia bisa mengucapkan sepatah dua patah kata. Tapi yang ia dapatkan hanya hantaman keras yang kembali menyerang kepalanya.

Sesaat semuanya buram. Hanya kedua telinganya yang masih berfungsi. Setelah mendengar suara tawa orang-orang di sekitarnya Jongin pun tak sadarkan diri.

.

.

.

Sehun menghela nafas gusar. Pening di kepalanya tak kunjung pulih akibat alkohol yang di konsumsinya tadi malam. Ia bukan peminum amatir yang hanya meminum segelas kemudian mabuk. Tapi ia juga bukan peminum handal yang mampu menghabiskan belasan gelas minuman beralkohol tanpa merasakan pengaruh apapun.

Dan itu salah satu penyebab mengapa ia menemukan secarik kertas di atas meja kamarnya.

Gomawo oppa untuk satu malam yang penuh gairah. Aku akan sangat senang bila kau mau melakukannya lagi denganku.

Belum sempat Sehun merobek kertas itu lantaran kesal, suara ringtone dari ponselnya terdengar.

"Yeoboseyo"

Hening. Sehun terdiam untuk beberapa saat. Bentakan dari lawan bicaranya di telepon membuatnya tersadar akan statusnya saat ini. Ia adalah seorang aktor dan seharusnya ia tidak bodoh untuk melakukan kesalahan fatal seperti yang ia lakukan tadi malam. Dan ia benar-benar merutuki kebodohannya kali ini.

"aku akan segera kesana"

.

.

.

Kris menyeka keringat di dahinya untuk yang kesekian kali. Nafasnya memburu seirama dengan kecepatan tangannya meninju target di ruang latihannya. Ini sudah berlangsung 4 jam tetapi Kris sama sekali tidak menghentikan kegiatannya. Tinjuan Kris semakin membabi buta menyerang target dihadapannya itu. Membayangkan jika itu adalah musuh bebuyutannya. KAI.

Kris benar-benar membenci orang itu. Ia ingin menghabisi pria bermarga Kim itu dengan tangannya sendiri. Tapi ia tahu itu tidak mudah. Minimal ia harus setara dengan Kai. Baik dalam kekuatan maupun kekuasaan. Dan saat ini ia sudah memiliki keduanya. Hanya tinggal menunggu timing yang tepat untuk memulai aksinya.

"Wait for me. Kim Kai"

.

.

.

.


TBC/DELETE?

.

.

Ara's Note

Annyeooooongggg~~

MAAF KALO FF NYA ABALLLLLL.

Iseng aja bikin ff ini soalnya lagi suka banget sama HUNKAI hehehehe

Ada yang bisa nebak permasalahan ceritanya apa? Wkwkw

Maaf kalo ceritanya pasaran, ini hanya debut ff kedua saya di akun ini^^

Kalo kalian suka saya akan lanjut ke chapter selanjutnya…

Untuk itu aku minta kritik dan sarannya, oke?

So, review please^^ hehehe

Sign,

Nemonion