Vocaloid : Love in Café Season 1
Disclaimer !
Vocaloid © Yamaha Corporation
Ini hanyalah cerita murni dari imajinasi saya, Poe Art, dengan judul cerita yang terinspirasi dari Aya Kotokawa (Love in Café Cappuccino) untuk mengisi browsing Vocaloid's stories
_SELAMAT MEMBACA_
Sejak orangtuanya broken home, Megurine Luka yang pertama kali datang ke kota Tokyo ikut tinggal bersama ibunya. Karena ibunya bekerja sebagai manager artis, Luka mau meluangkan waktunya untuk membantu menyiapkan perlengkapan artis, yang bernama Kamui Gakupo, yang sebelumnya dia tidak ketahui.
Gakupo merupakan artis penyanyi terkenal yang digilai oleh para remaja perempuan. Tak menyangka kesan pertama kali bertemu Gakupo, Luka benar-benar kikuk. Ko bisa ya? Kira-kira apa yang membuat Luka seperti itu? Lalu, kenapa Gakupo mulai tertarik dengan tingkah laku Luka pada saat itu?
"Penasaran, ngga? Yuk, ikuti ceritanya!" (^_^)
Chapter 1
oOOOo
"Penerbangan pesawat YJE301 dari London ke Tokyo telah mendarat, para penumpang diharapkan melepaskan sabuk pengaman. Terima kasih".
" Hmm, akhirnya sampai juga kota Tokyo" gumam seorang gadis berambut pink sambil melihat pemandangan di jendela pesawat.
. . . . setelah 45 menit kemudian, menunggu . . . .
"Dimana ibu ya? Katanya bakal menjemputku, tapi kok tidak kelihatan" rasa gelisah Luka yang mulai timbul sambil menggenggam HP yang daritadi dibukanya.
Tiba-tiba dari arah kejauhan, terdengar suara memanggil.
"Lukaaaa!" teriak sang ibu yang terengah-engah sambil melambaikan tangan kanannya.
"Maaf, ibu terlambat menjemputmu. Kamu mengertikan pekerjaan ibu bagaimana?" ungkap ibu Luka dengan memeluk anak kesayangannya.
Luka mengerti hal itu dan tidak membuatnya marah atau pun kesal pada ibunya. "Iya, bu. Luka sudah cukup senang ibu mau menjemputku" Luka pun hanyut dalam pelukan ibunya.
Dalam perjalanan pulang, Luka dan ibunya mengendarai mobil sambil berbincang dalam suasana kerinduan. Benar-benar keakraban ibu dan anak yang sudah jarang terlihat dari hubungan mereka.
"Oh ya, Luka … ibu hampir lupa, mungkin malam ini ibu pulang agak tengah malam jadi tidak sempat membuatkan makanan untukmu. Kamu ngga apa-apa kan?" tanya sang ibu. Luka pun mengangguk tanda mengerti maksud sang ibu untuk tidak menunggunya sepulang kerja.
"Ah, ibu jadi ingat sesuatu besok malam akan ada konser music dari penyanyi Kamui Gakupo. Karena kamu belum ada pekerjaan saat ini, mau kan membantu ibu?" tanya sang ibu sambil tetap focus dalam kemudinya.
"Tentu, bu. Luka akan membantu" jawab Luka yang tersenyum hangat pada ibunya.
oOOOo
Pagi harinya, saat sinar mentari yang terasa hangat hingga dapat menembus di sela-sela korden membuat seorang gadis berambut pink yang panjang terurai membuka matanya yang masih mengantuk. Luka pun menggeliat sambil melepaskan selimut hangatnya yang menutupi tubuhnya. Keadaan hening dalam kamarnya dapat terdengar jelas ketika suara burung-burung kecil sedang berkicau di beranda kamar.
"Hmm…sudah pagi rupanya" sambil melirik jam kecil yang berada di meja laci yang menunjukkan jarum jam 6. Kemudian, Luka pun bangun dari tempat tidurnya dan mengingat bahwa ibunya pulang larut malam. Dengan segera ia memeriksa keadaan kamar ibunya yang tidak jauh dari kamarnya. Ternyata, ibunya masih tidur dengan sangat nyenyak. Disamping kamar ibunya, Luka melihat sebuah papan dengan kertas-kertas kecil yang berisi semua kegiatan terjadwal ibunya. Luka pun mengerti bahwa ibunya sebentar lagi akan berangkat kerja. Dengan cepat, Luka langsung membereskan kamar tidurnya dan lalu menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Setelah 20 menit kemudian, ibu Luka terbangun dari tempat tidurnya dan mencium aroma enak dari arah dapur.
"Waah, bau nya sangat enak. Kamu masak apa, Luka?" tanya ibunya sambil menarik kursinya yang sudah merasa sangat lapar.
"Aku membuat nasi omelet dengan telur dadar di atasnya, ibu mau mencobanya?" Luka pun langsung menghidangkan makanan pada ibunya.
"Dari aromanya saja sudah enak, tentu saja ibu mau memakannya!" sontak ibu Luka yang kegirangan. Luka pun tersenyum melihat ibunya yang menyukai masakannya.
"Selamat makan!"
"Hmmph…enak sekali! Telur dadarnya terasa melumer dengan nasi omelet. Kau pintar sekali memasak, Luka!" ungkap ibu Luka yang masih mengunyah makanannya. "Pasti bakal beruntung seorang pria yang akan mendapatkanmu kelak".
"Aah! Ibu…Luka hanya memasak sebisanya" jawab Luka yang tersipu malu.
Ibu Luka yang bernama Megurine Hana mengerti keadaan anaknya sekarang ini telah menjadi dewasa. Memang sudah saatnya memiliki pendamping tapi tidak secepat itu juga ia mau melepaskan anaknya pada lelaki yang mencintainya. Karena mereka baru saja bertemu sejak perceraian dengan ayahnya yang memakan waktu lama.
"Oh ya, tentang konser itu. Mungkin ibu akan menjemputmu sekitar jam 5 sore, kamu sudah harus bersiap-siap sebelum jam itu. Ibu tidak mau menunggu lama. Kamu mengerti kan?" tanya sang ibu yang sedang memperhatikan jam dinding. Luka pun menganggukan kepalanya.
Setelah makan, ibu Luka segera bersiap-siap untuk kembali bekerja seperti biasanya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 7.30 AM, ibunya pun berangkat dengan di iringi Luka yang menghantarkannya ke depan halaman apartemen hingga tak terlihat lagi kendaraan ibunya itu.
Sekitar jam 10.15 AM, sinar matahari mulai terasa meninggi dan aktivitas membersihkan rumah telah Luka lakukan daritadi. Suasana sepi di dalam rumah dan rasa bosan mulai dirasakannya. Sekilas ada keinginan yang membuat Luka ingin keluar dan mencari suasana baru dari tempat tinggal ibunya. Tak lama setelah itu, Luka pun mengunci kamar apartemen bernomor 22 itu yang berada pada lantai 5 dan siap memulai perjalanannya.
Sebelum memulai perjalanannya, mungkin Luka merasa tampak asing dengan lingkungan sekitarnya. Sejujurnya, ini merupakan pengalaman pertamanya ketika datang ke Jepang. Tentu saja, ia banyak bertegur sapa dengan orang-orang yang berasal dari apartemen ibunya dengan sangat ramah. Rasanya menyenangkan bisa bertemu dengan orang baru, lingkungan baru dan juga mengenal istiadat baru.
Baru saja ia menikmati jalan-jalannya, tak lama cuaca berubah mendung dan hujan. "Duh, ku tak membawa payung…", Luka pun berhenti untuk berteduh. Tak jauh dari tempat ia berada, ada sebuah Café kecil dengan nuansa bagunan tua klasik.
"Klintiiiiing….", bel pintu café terdengar ketika Luka membukanya.
"Selamat datang!" jawab seorang waiter berambut coklat dan berkacamata itu sambil tersenyum.
"Aah, maaf saya hanya…berteduh sebentar jadi…" ungkap Luka dengan sedikit tersipu malu.
"Hahaa…tidak apa-apa, lebih baik berteduh di dalam daripada di luar nona akan kehujanan, silahkan masuk…" sambil mempersilahkan Luka duduk. "Terima kasih…" Luka merasa tertolong karena waiter itu begitu baik. Kebetulan tempat duduk yang Luka ambil dekat dengan kaca jendela sehingga ia bisa melihat pemandangan di luar café. Sambil menahan suhu tubuh yang mulai dingin dan suasana café yang begitu sepi disertai hujan yang pada saat itu mulai deras membuatnya merasa sendirian.
Tak lama kemudian...
"Ini, silahkan dinikmati nona…" ungkap waiter itu sambil menyodorkan hidangan.
Luka yang sedang dalam lamunannya, sekejap tersadar ketika waiter itu datang.
"Eh? Ta…tapi aku belum ada memesan" jawab Luka yang tersipu malu mengingat ia hanya menumpang berteduh di café itu tanpa memesan apa-apa.
"Oh, tak apa…ini hanya sekedar minuman hangat dan camilan. Saya tak tega melihat nona tadi kehujanan di luar. Mengingat di café juga terpasang AC jadi pasti nona kedinginan", jawab waiter itu.
"Te..terima kasih banyak.." Luka pun tersipu malu sambil berusaha menyembunyikan wajahnya.
Dengan masih berada di dekat duduk Luka, waiter itu penasaran ingin bertanya.
"Hmm…sepertinya nona orang baru ya di daerah ini?" tanya waiter itu.
"Iyaa…kemarin saya baru datang ke sini" jawab Luka sambil menyeruput minuman hangatnya.
"Ooh…dari kota mana? Apa sedang menetap tinggal disini?" lanjut waiter itu.
"Dari kota London, saya tinggal di apartemen bersama ibu tak jauh dari sini tempatnya…" jawab Luka cepat.
"Waah, …dari luar negeri ya? Berarti apa disana ada banyak …"
Luka yang hanyut dalam pembicaraan dari waiter itu pun merasa senang sambil menghabiskan waktunya menunggu hujan reda. Dari situlah, Luka bisa mengenal waiter baik itu yang bernama Kiyoteru, dan juga pemilik café tersebut.
"Klintiiiing…kliinting", bel pintu café terdengar ketika tampak seorang pria masuk.
Spotan perhatian mereka jadi terpecah, karena sepertinya pemilik café, Kiyoteru, mengenal orang tersebut. Seorang pria berambut ungu panjang dengan berpakaian stylish dan memakai kacamata hitamnya mengambil tempat duduknya yang sepertinya sudah menjadi keseringannya. Kiyoteru pun menghampiri pelanggan setianya itu dengan senyuman ramah seperti biasanya.
"Hai, apa kabarnya? Sudah lama tak datang dari minggu kemarin?", tanya Kiyoteru.
"Ya, maklum seperti biasa sibuk dengan…", jawab pria itu sambil melepaskan jaketnya.
Luka yang berada jauh dari tempat duduk pria itu, tidak bisa mendengar percakapan mereka tetapi hanya bisa memperhatikan mereka dari jauh. Sambil meniupkan uap panas dari minumannya, sempat Luka melirik pria itu yang masih belum melepaskan kacamata hitamnya. Tapi tampaknya pria itu masih sibuk memainkan handpone-nya dari tadi setelah memesan menu.
Akhirnya hujan mulai mereda, tak terasa waktu yang Luka habiskan untuk menunggu sudah pukul 16.00 PM. Luka ingat bahwa ia harus bersiap-siap untuk membantu ibunya nanti malam. Sebelum pergi, tak lupa Luka mengucapkan banyak terima kasih kepada Kiyoteru. Dan sekilas Luka masih juga melirik pria itu sebelum pergi, entah apa yang membuatnya penasaran pada pria itu. Karena merasa diperhatikan dari tadi, pria berambut ungu itu pun juga membalas lirikannya sambil tersenyum tipis.
"Deg…deg…"
Luka yang menerima tatapan mata indah berwarna ungu itu merasa debaran di dada mulai berdetak keras. Sebenarnya ada apa dengannya? Tatapan matanya seperti menjebak atau ingin menggodanya.
Dalam perjalanan pulang, Luka masih merasakan debaran jantungnya yang masih berdetak kencang. Sedikit melamun dalam pikirannya, tetapi masih sadar apa yang dia lakukan. Tiba-tiba mobil dengan kecepatan tinggi melewati genangan air di jalan trotoar yang ia lalui. "Splaaaaash…!" spontan saja air itu mengenai baju Luka.
"Heeei…! Uuuh…keterlaluan banget, sih!", bentak Luka dengan rasa kesal. "Duuh, gimana nih baju ku jadi basah dan kotor…sial banget hari ini", keluhnya.
Saat Luka sedang membersihkan bajunya, tampak seseorang datang dari arah belakangnya.
"Pakai ini untuk menutupi noda di bajumu…", sambil mengenakan sebuah jaket ungu ke Luka.
Luka tampak kaget dengan kedatangan orang itu yang ternyata pria berambut ungu yang tadi berada di café Kiyoteru. "Eeh…tapi ini kan…" tanggap Luka gugup.
Pria berambut ungu itu pun mendekatinya sambil membisikkan sesuatu di telinga kanannya. "Jika kita bertemu lagi, kamu bisa mengembalikannya nanti…", sambil tersenyum dan kemudian pergi meningggalkan Luka. Entah kenapa wajah Luka jadi memerah, karena akhirnya ia bisa melihat wajah pria itu tanpa kacamata yang tersenyum manis padanya.
"Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? BUKAN…ini hanya awalan dari sebuah pertemuan mereka, lalu bagaimana kelanjutannya?"
To be continue ….
Oke, sekian dulu cerita di Chapter 1 ini. Sambil menunggu Chapter berikutnya, boleh kirim kritik dan saran kalian. ^_^
Saya sangat menantikan kritik dan saran kalian.
Terima kasih & salam kenal by Poe Art.
