"STAY WITH ME"

Disclaimer : Nama-nama yang tercantum dalam cerita sepenuhnya milik mereka. Jungkook milik Taehyung. Taehyung milik saya *eh. I own nothing except the whole story line.

Genre : Romance, Drama-Hurt

Main Casts : Kim Tae Hyung x Jeon Jung Kook

Other Casts : Kim Nam Joon | Kim Seok Jin | Min Yoon Gi | Jung Ho Seok | Park Ji Min | Choi Soo Young

Rated : M (Buat Jaga-Jaga)

Warning : Top!Taehyung x Bottom!Jungkook

YAOI, BoyxBoy, Underage, Akan ada banyak kisah flashback

Chapter 1

Jeon Jungkook POV

"Namanya V, dia akan menggantikan Yugyeom untuk jadi perawatmu"

Aku memutar kedua bola mataku. Aku sudah tahu bahwa cepat atau lambat Kim Yugyeom pasti tidak akan betah menghadapi sikapku yang sangat menyebalkan. Aku bisa merasakan bahwa ia terpaksa menerima pekerjaan ini, entah apa alasannya. Mungkin saja karena ia sangat membutuhkan uang, atau mungkin karena wanita itu memaksanya untuk bekerja padanya. Entahlah, aku tak peduli apapun itu. Sejujurnya, aku tak peduli aku memiliki perawat atau tidak. Aku bisa melakukan semuanya sendiri, aku sudah terlatih untuk hal itu. Namun wanita itu selalu saja bersikeras untuk mencarikan perawat untuku. Aku heran Sooyoung bisa menemukan perawat baru untukku dalam jangka waktu satu hari. Tenang saja, aku bisa memastikan bahwa perawat baru itu pasti tidak akan betah berlama-lama menginjakkan kaki di rumah ini.

"V? Nama konyol macam apa itu" ucapku. "Aku tak butuh perawat. Aku bisa melakukan segalanya sendiri. Pecat saja orang itu dan—"

"Diamlah, Jeon Jungkook" potongnya. "Sudah untung aku mau mencarikan perawat untukmu. Itu artinya aku peduli padamu"

"Maka berhentilah mengganggu hidupku!" bentakku. "Aku bilang aku tak mau. Apa kau tidak paham? Dan jangan sekali-kali kau bilang kalau kau peduli padaku"

Ia beranjak dari sofa di sebelah tempat tidurku. "Sudahlah. Aku lelah berdebat terus denganmu. Dia sudah menunggu di luar kamar. Aku akan menyuruhnya masuk untuk berkenalan denganmu, tak peduli kau suka dengannya atau tidak"

"Dan minumlah cokelat panas itu" ia mengetuk cangkir itu dengan menggunakan kukunya.

"Berhentilah bertindak seolah-olah kau adalah ibuku" ucapku sinis.

"Karena memang aku ibumu, Jungkook"

Sooyoung pergi meninggalkan kamarku. Aku meremas seprai kasurku menahan amarah. Persetan dengan cokelat panas! Minuman itu tak akan pernah aku sentuh semenjak wanita itu membuatkannya sejak 10 tahun yang lalu. Ia benar-benar merusak moodku di pagi hari.

Aku mendengar suara bincangannya dengan seseorang di luar kamar. Beberapa detik setelahnya, pintu kamarku terbuka perlahan. Aku menatap kosong ke arah suara tersebut sebelum merasakan seseorang masuk ke dalam kamarku. Pasti perawat itu. Ia berdehem kecil sebelum mengucapkan salam padaku.

"Hi, Jungkook"

Jantungku sejenak berhenti berdetak. Suara itu.. Suaranya itu dalam dan sedikit serak. Entah itu memang suara aslinya ataupun ia hanya gugup semata. Untuk sejenak kepalaku sedikit berputar setelah mendengar suaranya. Tidak, bukan, pasti bukan. Itu bukan suaranya. Aku meremat selimutku guna menahan kekagetanku. Tarik nafas, Jungkook.. itu tidak mungkin dia. Aku menggelengkan kepalaku perlahan.

Aku tidak membalas sapaannya dan hanya terdiam mematung. Aku sudah menghadapi hal ini ratusan kali, berkenalan dengan satu perawat ke perawat yang lain. Rata-rata mereka bertahan dalam jangka waktu 2-3 bulan. Tidak kurang, tidak lebih.

"Boleh aku duduk?"

Aku menganggukkan kepalaku. Ia menarik sebuah kursi dan duduk di depanku.

Hening seketika sesaat setelah ia duduk di depanku.

Kim Taehyung POV

"Namaku Jungkook. Jeon jungkook"

Akhirnya dia mau juga menyebutkan namanya.

Sudah sepuluh hari ini aku membuntutinya kesana kemari hanya untuk mengetahui namanya. Ia bersikeras tidak mau memberitahu namanya padaku selama ini. Entah dengan cara apapun aku membujuknya. Sayang sekali kami berbeda sekolah. Sayang sekali aku hanya bisa bertemu dengannya selepas sekolah usai. Aku kehilangan banyak waktu untuk bisa mengenalnya lebih jauh. Namun hari ini.. hari ini dia mau memberitahukan namanya kepadaku. Sungguh sebuah keajaiban.

"Jungkook? Jungcook? Apa yang kau masak?"

Aku menggodanya. Ia mendengus sambil menyesap latte di kedua tangannya. Benar-benar seperti bayi yang meminum susu dari dot. Mau tak mau aku memperhatikan sekeluruhan wajahnya. Ia memiliki kulit semulus susu dengan kedua pipi chubby yang sedikit menggembung. Sepasang gigi kelinci terbentuk indah diantara gigi-giginya, mengingatkanku akan kelinci yang pernah ku pelihara semasa sekolah dasar. Dia kelinci yang sangat manis. Segala pergerakan yang ia lakukan begitu menyenangkan untuk di lihat. Bahkan dia begitu cantik saat sedang diam. Terlampau cantik untuk ukuran seorang pria. Sepertinya aku harus berpikir ulang dengan orientasiku. Astaga, apa yang sedang kupikirkan.

"Aku lahir di Kanada. Semenjak lahir hingga kelulusan high schoolku aku tinggal disana bersama orang tua dan kakak laki-lakiku. Merekalah yang menamaiku Jungkook, kakak dan ibuku, dan aku menyukainya. Kau boleh menganggapku narsis atau berlebihan, namun bagiku, nama terindah di dunia ini adalah namaku sendiri, Jeon Jungkook" ungkapnya.

Jungkook... Nama yang sangat indah... Aku rela menghabiskan berjam-jam di dalam mini market ini demi mendengarkan kata-kata dari bibirnya.

"Kenapa kau begitu ingin tahu namaku?" tanyanya. Sepasang onyxnya menatapku dengan pandangan penasaran. Puppy eyes, gigi kelinci, wajah imut, baiklah Taehyung, dia memang makhluk yang indah. Kombinasi yang sangat pas.

"Well—" aku membenarkan posisi dudukku yang menyamping menghadap Jungkook. "Sejak pertama kali aku melihatmu, aku begitu penasaran denganmu" ucapku sedikit gugup. Aku berdehem sekali sebelum melanjutkan. "Kau ingat 10 hari yang lalu saat kita bertemu di lapangan basket dekat rumahmu?"

Pemuda itu menganggukkan kepalanya.

"Kau terlihat sangat manis duduk disana dengan memegang bola basket. Hanya memegang bola basket tanpa memainkannya. Kurasa sejak saat itu, aku mulai tertarik padamu" Aku menarik nafas. Perasaanku begitu campur aduk setelah mengatakannya.

Jungkook tertawa setelah mendengar ucapanku. Ia meletakkan lattenya di atas meja.

"Cheesy" Ia berdiri dari duduknya. Ia tersenyum lebar sebelum akhirnya berjalan meninggalkanku yang masih terpaku melihat senyum cerahnya.

Aku menatapnya.

Ia duduk membelakangiku di atas kasurnya. Rambut hitam legamnya terlihat sedikit kusut dengan poni yang menutupi dahinya dibiarkan tak beraturan. Ia bertubuh kurus, dua kali lipat lebih kurus dari yang terakhir kali ku lihat. Apakah itu benar Jungkook yang ku kenal? Aku merasakan tubuhku menegang saat melihat sosok di depanku ini. Aku berdehem sedikit untuk menemukan suaraku yang terkubur di dasar sana. Ia pasti tahu kalau ada seseorang yang memasuki kamarnya. Baiklah, ini saatnya.

"Hi, Jungkook"

Ia terlihat tenang. Akankah ia mengenali suaraku? Akankah ia menyadarinya? Apa yang harus ku lakukan jika ia menyadari siapa yang telah datang? Aku melirik sebuah kursi kayu di dekatnya.

"Boleh aku duduk disini?"

Akhirnya ia menolehkan kepalaku. Jantungku terasa jatuh saat menatapnya. Benar. Benar dugaanku. Dia memang Jungkook. Jungkook yang ku kenal dulu. Pemuda yang sangat ku kenal dulu. Wajahnya tidak banyak berubah, namun wajahnya cukup berbeda dengan Jungkook yang dulu. Bahkan sepasang pipi chubby yang menggemaskan itu sudah lenyap. Wajahnya jauh lebih tirus, kantung matanya sangat terlihat jelas, dan matanya... Mata yang indah itu... Sinar yang menghiasi mata indahnya telah sirna. Ia memang memandangku, layaknya orang yang normal, namun sinar itu tak ada. Ia memandangku kosong. Aku tak bisa lagi melihat mata yang sangat indah itu. Semuanya telah hilang. Yang ada kini hanyalah pandangan kosong dari pemuda berwajah pucat ini. Ya Tuhan. Apa yang telah terjadi? Kejadian mengerikan apa yang membuatnya jadi seperti ini?

Aku menggosokkan telapak tanganku di celana jinsku. Rasa gugup melandaku seketika. Apa yang pertama kali harus kuucapkan?

"Kau V"

Itu dia. Benar itu suaranya. Suaranya terdengar tenang saat menyebutkan namaku. Nama yang tak pernah diketahui olehnya. Nama yang masih ku rahasiakan sampai detik ini.

"Ya" jawabku. "Err.. aku mulai bekerja disini hari ini. Aku akan mengurus segala kebutuhanmu" dengan tergagap-gagap aku mengucapkannya. Ia menggerakkan sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum...sinis. Ia meraba-raba sudut ranjangnya. Aku mengikuti pandangannya dan melihat bahwa ia sedang mencoba meraih sebuah tongkat yang tergantung di sudut tempat tidurnya. Aku berdiri hendak membantunya namun ia menepis tanganku.

"Biar aku bantu" aku mencoba meraih lagi tangannya namun ia menepis lagi tanganku dengan agak kasar. Ia berjalan dengan mantap menuju ke pintu kamarnya.

Benar apa yang Jimin katakan padaku. Tentang hal itu. Tentang Jungkook. Tentang keadaannya saat ini.

Bahwa ia buta.

Aku terkesima melihatnya berjalan. Langkahnya begitu mantap dan tanpa keraguan. Ia mengetukkan tongkatnya ke lantai secara zig zag. Hatiku begitu sakit ketika melihatnya berjalan dengan tongkat seperti itu. Dia tidak sepantasnya menerima cobaan seperti itu. Mataku terasa sangat panas ketika ia berdehem keras.

"Keluar" ucapnya dengan santai. Seperti ia sudah sering kali melakukannya. "Aku bisa mengurus semua kebutuhanku. Aku tidak butuh bantuanmu"

Jungkook memegang gagang pintu kamarnya.

Aku memutuskan untuk memberikannya waktu untuk menerimaku sebagai perawatnya. Hatiku masih terasa berat saat berjalan keluar dari kamarnya. Wow, aku memang benar-benar nekat mau melakukan ini demi bisa melihatnya. Bagaimana kalau nanti akhirnya dia mengenaliku? Bukan, hal itu tidak terlalu penting. Pertanyaan penting yang harus ku pecahkan adalah.

Apa yang sudah kulakukan pada pria ini?

.

.

.

Hai semuanya! Kenalin saya Summer Plum. Ini adalah Fanfiction pertamaku yang dengan santainya langsung ku beri rating M *plakk. Kalau kalian berkenan silakan tinggalkan jejak-jejak di kolom komentar. Aku bakal coba buat sering posting cerita pertamaku ini, so.. silakan di baca dan berikan tanggapan ya teman teman.

Oh ya, bagi yang ingin keep in touch lagi sama Plum, bolehlah follow instagramku : summer_plum. Thank you so much. See ya!