Title : Oppa Saranghae
Main Cast : - Suga BTS
- Kim Su Min (Baek Su Min)
Genre : Romance? Drama?
Rate : M
.
.
.
Maaf atas segala typo yang bertebaran mengganggu pandangan kalian.
Jangan lupa komentarnya ya ^^ untuk mengoreksi kesalahan yang telah ku perbuat *apa ini?-*
.
.
.
Enjoy ^^
.
.
.
Semerbak bau alkohol tercium menyelimuti seluruh ruangan yang megah, seorang DJ berdiri di sebuah stage yang menjadi panggung utama di sebuah Club malam itu, memainkan musik dengan bit cepat dan dentuman yang keras membuat tubuh setiap insan seakan terbuay bergerak mengikuti alunan musik. Lampu berwarna biru muda menyerbu seluruh ruangan dan di tambah lampu-lampu tembak kecil yang berkedip-kedip seakan-akan memanggil menggoda agar semua insan disana bergerak menuju dance floor. Suara musik yang semakin melemah mengakhiri penampilan DJ yang sudah cukup terkenal di Club ini. Permainannya yang selalu membuat para jiwa muda tambah bergelora. Semua orang berseru dengan kencang menandakan mereka puas dengan permaiann musik yang menemani mereka selama kurang lebih setengah jam ini.
Ya, DJ Min Yoongi atau lebih akrab disapa dengan Suga bukanlah DJ tetap di Club ini. Ia hanya sesekali menyalurkan hobi dan rasa kesalnya lewat musik ini. Ya, hanya ini yang bisa dia perbuat, ia bukan alkoholik juga pemain wanita yang handal tapi jika ia tidak kuat menahan semua masalahnya sesekali ia pergi menikmati itu semua.
Suga turun dari stage dan menghampiri ke dua sahabatnya yang berada di bar duduk asik menikmati seteguk whiskey di genggamnnya. Suga menepuk telapak tangannya ke telapak tangan Jimin, kedua tangan mereka mengepal dan saling bertubrukan. Suga melalukan hal itu juga kepada Jin.
"Well, ada masalah apa lagi?". Tanya Jin seakan-seakan dapat membaca isi hati dan pikiran Suga. Suga hanya tersenyum duduk dan bersandar di meja bar, melihat ke seluruh ruas ruangan yang semakin malam semakin di penuhi oleh orang-orang yang haus akan kesenangan, yang menurut Suga hanyalah kesenangan semu. Jimin menyenggol bahu depan Suga memecahkan lamunanya. Diberikan gelas kecil bervolume 250 ml berisikan whiskey.
"Hah, bersenang-senanglah". Suga menolak dan mendorong tangan Jimin. Sedetik gelas di tangan Jimin berpindah tangan ke tangan seorang yoeja berpakaian dengan bagian atas yang terbuka dan sangat ketat. Yoeja itu bersandar berhadapan dengan tubuh Suga, satu tangannya memainkan rambut coklat milik Suga, satu tangannya lagi mengalungkan tangannya di leher Suga. Mendekatkan bibirnya yang merah bagaikan berlapis darah ke telinga Suga.
"Permainanmu tadi sangatlah bagus, bagaimana malam ini kau bermain dengan ku?". Bisiknya, menekankan dada besar miliknya ke dada Suga. Jin dan Jimin yang melihat adegan itu hanya menarik bibir mereka dan melihat kearah lain. Yoeja yang belum di ketahui namanya ini pernah sekali bermain dengan Suga tapi saat itu, yoeja ini mabuk berat, tingkah lakunya yang tidak terkontrol membuat Suga enggan bermain dengannya dan memutuskan meninggalkannya di dalam mobil sendirian disebuah jalan yang kosong.
Suga berdiri sehingga membuat jarak pada wanita itu. Suga memberikan beberapa lembar uangnya kepada bartender disana.
"Kita pergi sekarang". Seru dingin Suga kepada kedua sahabatnya sambil berjalan keluar. Jin langsung menyusul Suga keluar dengan jalan yang sedikit tak seimbang. Jimin menoleh ke yoeja yang di tolak mentah-mentah oleh Suga.
"Semakin hari, dada mu semakin besar, tidakkah kau khawatir ini akan meledak? Atau mungkin ini hanya sebuah bahan yang kau selipkan di dadamu agar terlihat besar?". Jimin menyentuh dada besar yoeja itu dan meremasnya dua kali. "Ommo! Ternyata ini sungguhan". Jimin menarik tangannya kembali dan tersenyum bodoh lalu berlari pergi meninggalkannya. Yoeja itu hanya terdiam menatapi kepergian Jimin dengan tangan memegang dadanya.
Jimin berlari menyusul ke dua sahabatnya dengan langkah yang tidak seimbang, sampai ia menabrak orang dan hampir berkelahi, Suga lah yang berhasil melerainya karena hanya dia yang masih sadar secara utuh. Kalau Jin, huh.. Ia hanya bersandar dan menertawakan Jimin yang hampir habis di hantam segerombolan orang. Suga mengaitkan tangannya di leher Jimin, menyeret agar kembali jalan, sedangkan Jimin terseret berjalan mundur dengan tangan yang terus meninju udara.
"Biar aku saja yang menyetir". Tawar Suga, tanpa berpikir panjang Jin melemparkan kunci mobilnya kepada Suga. Setelah mobil terbuka Suga masuk di tempat mengemudi, sedangkan Jin dan Jimin menempelkan bokongnya di bangku belakang. "Omo! Aku ini bukan supir kalian. Jin, kau pindah ke depan". Bukannya bergerak keluar, Jin malah memeluk Jimin, Jimin meletakan pipikananya di puncak kepala Jin.
"Suga, kau jangan terlalu kasar pada Jin eoh". Menghusap lembut rambut Jin. Seperti tersengat aliran listrik, Jin langsung bangkitkan tubuhnya.
"Aisshh...". Jin mendorong kepala Jimin dan berpidah tempat ke samping Suga lewat celah jok mobil bagian depan. "Kita mau pulang atau makan atau menginap di hotel menyewa wanita-wanita seksi?". Jin menyengir bodoh disambut Jimin yang menyodorkan tubuhnya kedepan, kepalanya menoleh ke Suga seakan menunggu jawabannya. Suga tersenyum dan menginjak pedal gas mobil. Sekejap mereka meninggalkan club malam itu.
00000
Klik.. Klik..
Suara mouse yang di tekan berulang-ulang yang di susul dengan suara ketikan yang sangat cepat. Di suatu ruangan, ruangan yang hanya di huni satu orang saja. Tidak sembarangan orang di bolehkan masuk dan hanya orang tertentu yang dapat memasuki ruangan ini. Kim Su Min, yoeja berparas cantik dan berambut gelap ini sibuk mengutak-ngatik aplikasi yang berada di layar laptopnya. Selepas oppanya pergi ia sibuk mengunci diri dikamarnya, mengerjakan projeknya yang di berikan oleh, bukan, bukan atasannya, melainkan orang yang sering ia sebut klien.
Tonet.. tonenot... klik... klik...
Bunyi tanda pengringatan dan binggo... "SUCCSES"... , ini sudah kesekian kali yoeja bermarga Kim ini berhasil menjebol aplikasi weibo milik orang lain. Ia tidak hanya pernah menjebol aplikasi weibo, bahkan yang paling kriminal pun ia pernah lakukan. Salah satunya Ia pernah menjebol tabungan bank seseorang. Tapi itu hanya sekali dan dengan bayaran yang cukup besar. Saat itu ia hanya ingin menolong seseorang yang saat itu terkena tipu puluhan juta won. Karena merasa iba Su Min membantu orang itu dan berhasil. Selama ia bekerja tidak ada yang mengetahui identitas aslinya. Su Min menawarkan jasanya lewat online dengan nama Mr.69 . Nama yang di campur dengan angka kramat itu tidak sengaja di buat olehnya tetapi pada dasarnya Su Min sama sekali tidak mengerti arti angka kramat itu. Kliennya di harapkan membayar dirinya terlebih dahulu, bayarannya tentu sesuai dengan tingkat kesulitan. Cara membayarnya langsung bertemu, tentunya Su Min mengubah dirinya menjadi seorang namja.
"Huuuffff". Su Min menghentakan nafasnya lega. Mengeklik icon silang (close). Mengambil ponsel khusus untuk para kliennya. Diliriknya jam yang tertera dilayar ponsel. Waktu menunjukan 2 pagi. Jarinya menari lincah di ponsel layar sentuhnya untuk mengetik sebuah pesan untuk kliennya memberitahukan bahwa ia telah berhasil. Su Min selalu mendahulukan pembayaran. Agar ia dapat bertanggung jawab akan pekerjaannya. Tentunya Su Min juga tidak ingin terkena tipu. Saat ini tersisah satu orang klien yang harus di tangani, akhirnya ia putuskan untuk mengerjakannya esok hari, lagi pula klien yang satu ini belum mengikat kontrak dengannya, dengan kata lain belum membayar.
"Sumin-ahh...". Duk.. Duk.. Duk.. suara benda yang di pukul berulang kali ke pintu kamarnya. Pintu kamar milik Su Min terletak di langit-langit rumahnya. "Apa kau sudah tidur?". Duk.. Dukk.. Dukk.. Su Min berbaring telengkup di lantai kamarnya, mendorong sedikit lantai kamarnya yang menjadi akses keluar masuk dirinya. Terlihat seorang namja tampan, bertumbuh tinggi, kulitnya yang putih seperti kulit milik Su Min.
"Nde Oppa..". Su Min mengeluarkan kepalanya. Perutnya yang tertekan di lantai membuat Su Min merasakan perutnya berbunyi tanda lapar. "Oppa... apa kau membawa makanan oeh?". Memasang wajah kelaparan.
"Aniya, tapi oppa membelikan bahan makanan. Kau tahu sendirikan, oppa mu ini lebih suka makanan rumah yang kau masak". Ucap Jin menyandarkan punggungnya di dinding. Memegang punggung lehernya, berusaha mendengakkan kepalanya.
"aissh... alasan. Memangnya eomma dan appa belum mengirimkan uang untuk kita eoh? Atau mungkin eomma dan appa sudah mengirimkan tapi uang itu oppa hambur-hamburkan untuk bersenang-senang dengan kekasih mu dan teman-teman mu yang tidak jelas asal-usulnya itu eoh?". Tuduh Su Min bertubi-tubi kepada oppanya Kim Seokjin dengan muka jengkel. Kim Seokjin yang akrab di panggil dengan Jin.
Eomma dan Appa kedua adik kakak ini memang sedang menjalankan bisnisnya di negeri Paman Sam selama 6 bulan penuh dan seluruh uang ditanggung jawabkan kepada Jin sebagai anak tertua mereka. Sebenarnya Su Min tidak pernah khawatir dengan keadaan uang itu, ya karena dia memang selalu mendapatkan bagiannya dan uang tambahan dari pekerjaannya.
"Aigoo...". Dukkk.. Jin mengetuk langit rumahnyanya yang bertepatan dengan sebelah pintu kamar adik kesayangannya. "Berani beraninya kau menuduh oppa mu sendiri seperti itu. Cepat turun!"
"Ani..". Sumin menjulurkan lidahnya dan menarik pintu kamarnya.
"ssss... anak itu. Sumin-ahh jika kau tidak turun dan memasak, oppa pastikan bulan ini kau tidak akan mendapatkan uangmu". Teriak Jin penuh dengan ancaman.
Brukk... Sumin mendorong keras pintu kamarnya sampai terbuka kebawah, terlihat beberapa anak tangga yang muncul dari pintu rahasia itu, pintu kamar Su Min. Satu demi satu anak tangga itu ia pinjak. Su Min turun dengan rambut hitam yang terurai panjang.
"Dasar licik.."
"Ne, memang harus menggunakan cara licik untuk menghadapi adik sepertu mu". Jin mengacak-acak rambut panjang adiknya. Sumin mendorong tangan oppanya itu.
"Aigoo, apa oppa mabuk lagi eoh?", Su Min sadar karena bau alkohol yang keluar dari mulut oppanya itu.
"Aku hanya meminum sedikit. Mmmm... Hanya empat gelas"
"Hah kalau begitu akan ku adukan ke eomma dan appa". Su Min melangkah kembali menuju kamarnya. Jin lansung menahan menarik bajunya,
"Aigoo, jadi kamu tega melihat oppa mu ini di marahi habis-habisan hanya karena empat gelas saja?". Hening sejenak. "Baiklah. Sebelum kau mengadu, sekarang juga coba kau jelaskan dari mana kau dapat uang sebanyak itu eoh?"
"U-uang apa?"
"Ouch.. Bukan uang, melainkan barang-barang mahal itu?"
"Barang yang mana?"
"Laptop baru, ponsel baru, dua seris novel di beli bersamaan dan ..."
"Aku berkerja paruh waktu. Oppa puas?"
"Bekerja paruh waktu? Hah..". Jin menyengir dan memijat keningnya."Tapi oppa tidak pernah melihatmu keluar kamar untuk pergi bekerja. Kamu selalu berada di dalam kamar mu. Apa pekerjaanmu?"
Su Min melipat kedua tangannya di dadanya. "Apa pedulimu eoh? Bukankah semenjak eomma dan appa pergi berbisnis, oppa melupakanku? Oppa selalu pergi dan pulang pagi, tanpa memikirkan bagaimana keadaanku sendirian di rumah ini". Su Min menatap lekat mata Jin. Melihat reaksi Jin yang melongo hebat Su Min tersenyum sinis dan melangkah pergi. Baru tiga langkah Su Min mendengar gemuruh yang membuat sekeliling ruang tengah rumah kediaman keluarga Kim terkena polusi udara. Su Min membalikkan tubuhnya.
"Lagi-lagi oppa membawa dua orang tak berguna dan menyuruhku membuatkan makanan untuk mereka juga nde?". Jin hanya membalas pertanyaa Su Min dengan senyum manja dan menaik turukan kelopak matanya berkali-kali, seakan-akan lupa ia habis membangunkan beruang yang sedang tidur. Su Min berdecak kesal dengan sikap oppanya itu. Su Min berjalan cepat ke ruang tengah.
.
.
.
.
To Be Continue ^^
