Ensemble Stars Drabble Recollection

Catatan Mager Seorang Amuba

By Kuriitama

.

EnStars © Happy Elements

.

Chapter 1:

Permen – KeitoEichi

Lari Lari Lari! – KuroShu

Kamu Pilih Aku atau Anpan!? – AdonisSouma

Mabuk Cintahoegh – KeitoEichi

Permen – KeitoEichi

.

"Keito, lagi makan apa?"

Yang sedang berkutat dengan tumpukan dokumen itu berenti sejenak, melirik. "Oh? Permen. Bawa dari rumah."

Eichi baru ingat kalau keluarga Keito hobi membuat manisan tradisional. Hmm, melihat Keito yang mengulum permen sambil mengerjakan dokumen—rasanya Eichi agak tergiur juga.

"Waah—minta dong?"

"Ambil aja di mejak—nn...!"

Keito yang mengangguk tanda afirmasi tanpa menoleh itu sama sekali tak tahu kalau selanjutnya Eichi akan merapat, meraup bibirnya dalam ciuman yang lugas namun tergesa—mencari butir manis yang tersimpan dalam rongga mulut Keito. Lidah keduanya saling menyapu sesaat, singkat sekali. Eichi segera menarik diri ketika ia berhasil memindahlidahkan permen itu dari kuluman Keito ke dalam mulutnya.

"Mm~ terima kasih Keito, permennya enak~"

Keito membuka mulutnya. Jidatnya sudah berkedut menahan emosi, namun tak ada umpatan lisan yang bisa ia keluarkan dari belah bibirnya. Hilang terbawa oleh rasa manis permen yang digantikan menjadi sensasi bekas sentuhan lembut di bibirnya.

"...kalo mau minta ambil yang belum dikulum woi—tsk, untung yang lain lagi keluar ruangan." Untung saja. Ia tak mungkin membiarkan Tori melihat adegan seperti tadi, belum cukup umur. Dan tidak bertanggung jawab juga kalau sampai Mao melihat yang barusan, nanti dia bisa epilepsi.

"Tapi kan kan kan aku malas buka bungkus permennya. Lagipula lebih seru kalo mintanya dari mulut Keito ohohofufufufufufu~"

"...terserah deh, Eichi."

Menepuk jidat (lebih keras), Keito berusaha menahan hasrat untuk menerjang malaikat buangan surga itu—memilih untuk bersabar dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Lari Lari Lari! – KuroShu

.

"E ANJIR LU KIRYUU SINI GAK-"

*lari*

"Kiryuu bangke larinya cepet banget-BERHENTI GAK LU GUE MAKIN KESEL NIH!"

*lari kencang*

"BALIKIN KIRYUU-BALIKIN BONEKA GUEEEEEE!"

*lari—yang mengejar mulai kehabisan napas.*

"...gamau. Bajunya belom selese."

"Plis lah gue gamau kalo Mademoiselle gue elu bikinin bikini dari tisu basah—BALIKIN GAK!"

Lagipula mimpi apa Shu kemarin malam, pagi ini mendadak sobat sejak bocahnya itu menyambar boneka kesayangannya lalu lari kabur begitu saja. Dan ketika Shu berteriak—bertanya sambil mengejar, yang bersangkutan dengan entengnya bilang, "Pinjam sebentar, mau kubuatkan baju dari tisu basah."

Memangnya Tisubasah Reservoir Chronicle(1), apa?

"Kiryuuu! Balikin!"

"Kagak."

"KIRYUU—ohok, hah… hah…!"

*melambat*

"Apa?"

"Balikin…."

*makin cepat*

"Gak."

"BANGKE LU KIRYUUUUUUUUUUU—ah...!"

Sialnya kaki yang dari tadi setengah mati mengejar itu terantuk kerikil.

"Ngh!?"

Namun bukan kerasnya aspal yang menyapa, melainkan pelukan erat yang menahannya dari tarikan gravitasi. Hebat sekali, pikir Shu. Orang yang tadinya berlari dengan jarak sepuluh meter lebih darinya kini bisa kembali dalam sekejap dan menahannya dari keseimbangan yang rusak ini.

"Kamu kebiasaan ya, suka jatuh mendadak."

Entah ada yang salah atau memang yang berambut merah di hadapannya itu mendadak terlihat ganteng. Berbeda dengan Kuro yang waktu bocah dulu selalu menggendong ia yang menangis di punggungnya. Berbeda, namun tentu saja sentuhan dan suhu seta aroma tubuh ini terasa begitu familiar—begitu penuh nostalgia.

"A-apa sih!? Lepas-balikin bonekaku!"

"...sebentar saja, beri aku waktu sebentar lagi."

Bukan mau Shu untuk mendadak salah tingkah, tentu saja. Dan bukan maunya untuk tetap diam sementara boneka itu dikembalikan dalam dekapnya, sementara ia sendiri kini masih dikungkung dalam dekapan tak asing yang menjadi tanda penagih rindu itu.

Beberapa menit lagi mungkin bukan masalah—apalagi ketika Mademoiselle telah kembali padanya dan kakinya sendiri lelah untuk menopang diri setelah berlaian sana-sini.

.

(1) Tsubasa Reservoir Chronicle, salah satu komik karya CLAMP yang luar biasa bikin pening alur ceritanya.

Kamu Pilih Aku atau Anpan!? – AdonisSouma

(Adonis' PoV)

.

"Kamu terlalu, Adonis-dono!"

"Hah... aku salah apa?"

"Pura-pura kamu—memangnya kaupikir aku tak tahu!?"

Lah iya mbakcoret mas saya ada salah apaan...

"Kau, Adonis-dono... kau lebih memilih anpan daripada bekal buatanku kan!?"

"Ah... itu. Habis anpan enak sih?"

"Tapi tiap hari aku membuatkan bekal untuk Adonis-dono! Dan apa yang kudapat? Kau... kau tidak menghargai jerih payahku! Untuk apa aku memasak bekal dengan penuh cinta kalau ternyata menurutmu anpan lebih enak? Mulai sekarang Adonis-dono jajan anpan saja sana, tak ada lai bekal buatmu!"

...bukan berarti saya minta dibuatin bekal tiap hari kan mbakcoret mas—yah gondok deh dia. Gabisa makan bekal penuh cintanya Kanzaki lagi deh.

—hah, bekal penuh apa?

"...Kanzaki."

"Apa!?"

"Tadi bekalnya penuh apa?"

"Kubilang bekal buatanku penuh c-ah..."

Hening.

"—l-lupakan..."

"Hmmm, sudah kuduga."

Dag dig dug badump badump doki doki tung tala lala tung tung tung!

"Pantesan ayam kecap kemarin rasanya hitam sekali, ternyata kamu kalo masak penuh tinta ya."

(Cinta mas, kok tinta sih?)

"..."

"...Kanzaki?"

"Kita putus, Adonis-dono. Kita putus sekarang juga."

"Hah? Kita pernah jadian memangnya?"

"Kalo gitu sekarang kita jadian."

"Hah serius kamu Kanzaki? Aku boleh aja sih…."

"—nah karena kita udah jadian, aku mau putus. Bye, Kanzaki-dono."

"…hah?"

Nama saya Otogari Adonis. Banyak orang yang bilang saya ini kurang peka, padahal sebenernya saya bukan nggak peka, tapi nggak paham.

.

Tung tala lala tung tala lala tung #plak

Mabuk Cintahoegh – KeitoEichi

.

"KEITO GAN—"

"—TEEEEEENNGGGG~!"

"...Eichi, udahan lah."

Ada suara tepukan jidat yang sangat keras. Ya, Keito sendiri juga sepertinya terlalu banyak minum malam ini. Bukan ide yang baik untuk menyetujui ajakan Eichi untuk minum berdua. Tak baik bagi kesehatan fisik Eichi, tak baik bagi kesehatan mental Keito.

Eichi tertawa-tawa bahagia, sembari menenggak seteguk lagi dari gelas wine-nya. Minus senyuman ala pelawak itu, gerakannya terbilang cukup elegan untuk ukuran seseorang yang mabuk berat.

"Kalau besok kamu sakit kepala, aku nggak tanggung jawab loh." Kepalanya bahkan sudah pening sebelum pagi menjelang. Tak ada afinitas sama sekali antara Keito dengan minuman keras, sepertinya.

"Ngg, tapi kita baru saja minum sedikit~"

Sedikit apanya.

"Tapi ini sudah terlalu larut," rasanya agak sedikit melayang, "Aku tahu kalau besok kita sama-sama tak ada pekerjaan, tapi lebih baik kau tidur sekarang."

Keito menuntun pemuda pirang itu dari kursi, menyeret paksa tubuhnya untuk dibaringkan pada ranjang yang jaraknya tinggal selangkah lagi—

*bruk*

"Keito..."

Ia tak begitu ingat. Mungkin saja kakinya terantuk angin saat ia memapah Eichi mendekati ranjang. Bisa jadi ia yang menghempaskan diri begitu saja di atas ranjang Eichi karena ia sendiri merasa *aneh* malas berjalan. Atau sepertinya Eichi lah yang memang mendorongnya hingga ia tertindih—terlentang di atas ranjang ini.

Ada aroma lembut dari sprei yang menyapa punggungnya. Penuh nostalgia, aroma yang sama seperti milih orang yang sedang merangkak tepat di atas tubuhnya ini. Tentu saja, tempat ini adalah kamar Eichi—dipenuhi segala hal tentang Eichi dan juga dirinya sendiri. Kenangan-kenangan itu terlarut dalam degup jantung yang makin menjadi, mendadak Keito teringat kalau ini hari telah larut. Sepi sekali—keheningan malam seolah menertawakan mereka yang beradu ditemani deritan ranjang dan desah tertahan. Mereka yang hilang akal hingga ingin bertaut pun caranya menjadi begitu acak-acakan.

"K-Keito..."

Ada nada memohon yang begitu manis ketika Keito mendengar namanya terucap dari bibir tipis itu untuk yang kedua kali. Manis—penuh racun dan bisa yang memabukkan. Barangkali rasa alkohol yang menari di antara buai lidah keduanya.

Dan tak mungkin ia menolak tatapan biru langit yang hanya merefleksikan dirinya seorang, bibir yang seolah meminta untuk diraup sekali lagi—berkali-kali, dan semu merah yang merupakan pengaruh alkohol bercampur adiksi akan cintahoegh.

Mana mungkin ia menolak Eichi yang sangat ia cintaihoegh ini, kan?

Sambil melepas logika dan menyerahkan akal sehatnya pada insting, dengan cepat Keito membalikkan posisi mereka dan kembali melumat.

Dalam sentuhan itu ia berdecak.

Manis sekali, ketika ia mengecap Eichi yang dinodai rasa alkohol.

Keito dan Eichi-keduanya sedang mabuk.

.

...mabok cintahoegcuih. # plak

.

.

.

.

A/N: …hai, maaf drabble saya ndak ada yang lurus. Belok miring nikung mesum semua #cre

Bermula dari iseng main shindanmaker terus diseriusin setengah ngelawak dibikin drabble beneran di FB. Lalu dipermabok dan dikumpulkan dan jadilah kumpulan drabble yolo ini. Maaf KeIchinya mesum parah lah gimana prompt yang didapat dari shindanmaker minta dihomoin banget #stahp

Semoga bisa apdet tiap minggu—entahlah. Yang saya tulis so far 3 top fav pairs di ansuta www, tapi kalau mau rikues pair berikut prompt silahkan. (dengan catatan kalau saya kurang info soal relasi dan interaksi charanya, saya bakal ngeyoloin bikinnya loh ya.)

See ya,

Kuriitama.