Belach ©Tite Kubo
Just One Day © Nenk RukiaKate
Pairing : Ichiruki
Genre : Romantic and Friendship
Rate : T
Warning : AU, semi-cannon? Typo, OOC maybe, cerita bertele-tele, kacau, abal and segala ketidaksempurnaan masih ada disini,
Seorang gadis shinigami masih setia memandangi arah jarum jam yang selalu bergerak perlahan sesuai aturan main dari sang pencipta, masih setia mendengarkan suara kecil yang ditimbulkan akibat pergeseran sang arah waktu, dan masih setia menunggu kedatangan seseorang yang akan kembali dari pekerjaan sampingannya – shinigami daiko.
Sampai ketika jarum jam kecil menunjukkan angka 1 dan jarum panjang menunjukkan angka 12 barulah sang shinigami daiko kembali ke kediamannya. Sedikit tersentak kaget mendapati vice captain divisi 13 itu sedang memandang dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Rukia? Sejak kapan kau datang?" tanya Ichigo sebelum dia kembali pada tubuh aslinya yang sudah terbaring rapih di atas kasur, karena seingatnya dia selalu membiarkan tubuhnya tergeletak begitu saja jika sang hollow sudah berkeliaran mengganggu ketenangannya.
"Baru saja." Jawab Rukia yang entah terdengar oleh Ichigo ataupun tidak, karena pemuda itu sedang sibuk bersatu dengan tubuh aslinya.
"Ada masalah apa?" Tanya Ichigo setelah dia menyatu dengan sempurna dan duduk berhadapan dengan teman shinigaminya itu.
Rukia yang ditanya seperti itu malah mengerenyit kebingungan. Bukankah hari ini adalah hal yang biasa mereka lalukan setiap tahunnya semenjak mereka berkenalan 10 tahun yang lalu –merayakan hari ulang tahun Rukia. Apa sekarang pemuda itu lupa akan hari penting untuk mereka berdua ini?
Ya, hari ini tepat ditanggal 14 Januari yang baru berlalu 1 jam lebih beberapa menit, selama itu pula Rukia sudah berada di kediaman Kurosaki. Jika biasanya Ichigo yang datang mengunjunginya ke Soul Society untuk sekedar mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun' pada gadis bermata violet ini, tapi ditahun ini gadis itu ingin meminta sesuatu yang berbeda. Dia jadi sedikit ragu apakah harus mengungkapkannya atau tidak.
"Hey, kenapa diam saja? Ada masalah apa? Kau datang ke sini bukan hanya untuk bermain kan? Misi apa yang kau emban kali ini?" tanya Ichigo lagi, benar selama berkenalan dengan seorang Kuchiki tidak pernah sekalipun Rukia datang ke Karakura dengan kehendaknya sendiri, apalagi hanya sekedar bermain. Bahkan saat Soul Society memutuskan untuk menutup rapat-rapat pintu Senkaimon setelah Winter War, gadis itu tak pernah sekalipun datang menjenguknya selama kekuatannya itu hilang. Lalu, jika karena bukan sebuah misi, adakah alasan lain yang membuat seorang Rukia Kuchiki datang menemui dirinya?
"Sepertinya sia-sia aku datang kesini sekarang." Ucap Rukia sambil bergegas untuk pergi dari ruangan itu, yang segera ditahan oleh Ichigo karena mendapat jawaban tidak memuaskan dari gadis shinigami ini.
"Kau kira bisa seenaknya datang dan pergi begitu saja setelah membuatku berpikir penasaran seperti ini hah! Jelaskan dulu padaku baru kau bisa pergi! Mmmuap... mmpua... ummmpphh... puah! Appmm… " Ucapan Ichigo berhenti seketika saat Rukia memberikan deathglare andalannya, dan karena Ichigo berbicara berteriak membuat Rukia menyumpal mulut pemuda itu dengan kedua tangan mungilnya, karena Rukia tidak ingin menganggu seisi rumah hanya karena kericuhan yang mereka buat seperti biasa.
Setelah Ichigo terlihat tenang barulah Rukia melepaskan bekapan tangannya dan kembali duduk dengan tenang ditempatnya semula dengan bersandar pada dinding jendela kamar pemuda itu. Sedangkan Ichigo masih tidak mengerti dengan kelakuan gadis dihadapannya ini, menurutnya Rukia terlihat aneh hari ini, tidak seperti biasanya. Ichigo malah memandangnya dengan tatapan kesal yang dia punya.
"Jadi…!" Ichigo mencoba menahan emosinya kali ini, dia kesal karena tidak pernah mengerti apa yang ada di pikiran Rukia. Gadis itu terlalu tertutup menurutnya, tak pernah membiarkan seorangpun dapat masuk hanya untuk menebak apa yang sedang dipikirkannya saat ini.
Ichigo masih menunggu, melihat reaksi Rukia yang masih memejamkan matanya.
"Ji- " baru saja Ichigo ingin memulai untuk meneriakinya lagi, Rukia sudah menatap matanya dan memberikan tatapan yang tak dapat dimengerti oleh Ichigo sama sekali, membuat lidahnya kelu seketika dan lupa apa yang ingin disampaikannya.
Rukia menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka suaranya.
"Ichigo? Apa kau ingat hari apa ini?" Rukia mulai menyuarakan isi pikirannya.
"Tentu saja hari ini hari Se-" Ichigo menjawab sambil mengalihkan pandangannya ke arah kalender yang terletak di atas meja belajarnya, meyakinkan dirinya jika dia tidak salah menjawab, karena seingatnya hari ini dia mengikuti apel pagi di Rumah Sakit yang diadakan setiap hari Senin, tapi sekarang sudah menjukkan pukul 1 pagi yang seharusnya hari ini adalah hari Selasa, dan dia sedikit ragu karena melihat tanggal 14 sudah dia tambahkan dengan gambar kelinci disampingnya. Memorinya berkata cepat sehingga dia dapat memberikan cengiran andalannya kepada Rukia.
"Um, Selasa 14 Februari, Ulang Tahunmu Rukia," cengir Ichigo sambil mengusap bagian belakang lehernya.
Rukia menaikkan satu alisnya, mengerti bahwa pemuda orange ini akan berkata lebih banyak lagi sebagai sangkalan.
"Aa... a-ku bukan bermaksud melupakannya, tapi kan seharusnya besok aku yang datang ke Soul Society kenapa kau tidak menunggu disana sih, lagipula ini kan baru 1 jam berlalu jadi kau tidak bisa menyalahkanku, ini kan masih hari Ulang Tahunmu, Jadi- " Lagi-lagi Ichigo terdiam karena teringat hal memalukan yang baru saja dilakukannya, Rukia berhasil membuatnya terpojok hanya lewat tatapan matanya sehingga dia berbicara yang tidak-tidak setiap kali dia diperlakukan seperti itu oleh Rukia.
Ichigo tahu Rukia bukan tipe yang akan mempermasalahkan hal sepele seperti ini –lupa hari ulang tahunnya- bahkan dia tidak pernah perduli jika tanggal itu memang ada setiap tahunnya, tapi mengingat Rukia jauh-jauh datang ke Karakura hanya untuk mengingatkan hari apa ini, pasti ada yang tidak beres itu pikirnya.
"Tidak apa, tidak masalah, hanya saja boleh aku bertanya sesuatu Ichigo?" ucap Rukia sambil menunduk dan memainkan jemarinya.
"Apa?" tanya Ichigo heran.
"Apa? Apa kau sudah menyiapkan kado untukku?" Ichigo semakin heran dengan pertanyaan Rukia, dia hanya diam sambil memandang heran ke arah gadis dihadapannya ini. Mendengar Ichigo tidak memberikan respon jawaban Rukia memberanikan diri untuk menatap pemuda itu.
"Bu- bukan itu maksudku," kali ini giliran Rukia yang berbicara dengan terbata karena gugup seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pemuda itu. "Ji- jika kau belum menyiapkannya itu malah bagus, ka-karena aku tidak akan meminta itu untuk tahun ini, a- aku ingin menukarnya dengan permintaan terakhirku, apa boleh?" Tanya Rukia dengan pandangan penuh harap.
Ichigo semakin bingung dibuatnya, permintaan terakhir apa? Ucapannya membuat Ichigo kaget luar biasa. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan oleh Rukia? Gadis shinigami yang tergolong kuat dan tegar, yang selalu membuat Ichigo bisa merasakan detak jantungnya sendiri. Apa yang sedang terjadi pada dirinya sehingga melontarkan perkataan aneh seperti ini?
"Aku tanya apa boleh aku menukarnya dengan sebuah permintaan, Ichigo? Aku janji ini akan menjadi yang terakhir kalinya dan aku tidak akan mengganggumu setelah ini, aku janji…" Ucap Rukia seraya memandang penuh harap kepada Ichigo, yang ditanya malah mengerutkan keningnya semakin dalam.
"Sebenarnya kau ingin berbicara apa? Jangan membuatku bingung seperti ini, jangan katakan kata 'terakhir' aku tidak suka mendengarnya, langsung saja, apa yang kau inginkan? Dan kapan aku pernah menolak permintaanmu?" Akhirnya Ichigo menyuarakan pikirannya.
Rukia menggigit bibir bawahnya masih ragu apa dia harus mengatakannya atau tidak. Jika dia mengatakannya Rukia takut Ichigo akan salah paham dengannya, tapi jika tidak dia pasti akan menyesal seumur hidupnya. Karena ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa menjejakkan kakinya di Karakura, benar-benar hari terakhir.
"Rukia, katakan…" panggil Ichigo karena dilihatnya Rukia sedang bimbang kali ini. Lagi-lagi Rukia menghembuskan nafasnya sebelum memulai berbicara kembali dengan Ichigo, mengumpulkan segenap keberaniannya.
"Ichigo maukah kau menjadi pacarku!" bagai tersambar petir, Ichigo hanya diam mematung mendengar penuturan dari Rukia. Ini benar-benar ajaib menurutnya.
"Sehari… hanya sehari Ichigo, tidak akan lebih. Aku… hanya ingin merasakan bagaimana orang berpacaran di dunia nyata, seperti yang Chizuru, Miharu katakan waktu dulu. Aku tahu ini pasti sulit untukmu dan akan menimbulkan prasangka lain terhadap orang-orang, aku sudah memikirkannya. Tapi sungguh hanya hal ini yang masih membuatku bingung. Kau… maukan membantuku? Dan… jangan katakan hal ini pada siapapun ya, kau hanya mengajariku seperti biasanya, maukan Ichigo?"
Ichigo benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada gadis shinigami satu ini. Dia sendiri masih sanksi apa Rukia paham dengan apa yang baru saja dikatakannya. Menjadi pacar? Dan berpacaran selama satu hari? Yang benar saja? Ichigo bukannya tidak mau, justru hal ini yang selalu dipikirkannya jika sedang mengingat, memikirkan dan merindukan Rukia. Tapi kenapa harus Rukia yang menyampaikannya terlebih dahulu! dan kenapa harus satu hari? Yang Ichigo inginkan selamanya bukan hanya satu hari!
Melihat lagi-lagi tidak ada respon dari Ichigo membuat Rukia menyesal telah mengatakan permintaan konyol ini padanya.
"Jadi, kau tidak mau Ichigo? Kalau begitu aku minta bantuan Ishida atau Chad saja." ucap Rukia pasrah sambil bersiap untuk pergi lagi dari hadapan Ichigo.
"Hey! Apa-apaan kau? Berpacaran itu bukan sebuah permainan kau tahu!" Ichigo tiba-tiba saja menjadi kesal ketika mendengar nama Ishida dan Chad disebutkan untuk menggantikan dirinya, jelas dirinya tidak akan pernah menerma hal ini!
"Ehm… maaf… aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja apa kau yakin dengan permintaanmu itu Rukia?" Ucap Ichigo menyadari kekeliruannya sambil meyakinkan dirinya sendiri bahwa hal ini memang sedang terjadi. Dan Rukia mengangguk mantap sebagai jawaban.
"Dan kau sendiri? Apa kau sungguh ingin aku jadi pacarmu, Rukia?" Tanya Ichigo lagi, sambil menggenggam jemari Rukia. Lagi-lagi Rukia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kau tahu, berpacaran itu tidak semudah menebas hollow ataupun sesulit mempelajari bankai. Tidak semudah menghadapi Hanatarou ataupun sesulit menghadapi Byakuya. Dan tidak semudah kau mempelajari cara minum susu strawberry kotak ataupun sesulit memecahkan sebuah misteri. Apa kau paham dengan hal itu?" Walaupun sedikit bingung tapi Rukia tetap menganggukan kepalanya sekali lagi.
"Selama kita berpacaran kau tidak boleh membantah apapun yang aku katakan, tidak boleh menolak apapun yang aku berikan, dan juga tidak boleh menghindar apapun yang akan kulakukan padamu, Apa kau mengerti dengan itu semua Rukia?" tanya Ichigo sekali lagi.
Kali ini Rukia mengerutkan keningnya tanda dia bingung dengan perkataan Ichigo kali ini.
"Apa itu artinya besok kau bersedia menjadi pacarku selama satu hari?" Tanya Rukia meminta kepastian Ichigo.
"Ya, jika kau bersedia mematuhi persyaratanku tadi." Ucap Ichigo dengan penuh keyakinan.
"Kenapa harus ada persyaratan? Bukankah hanya tinggal bilang ya atau tidak, suka atau tidak, dan- " Ucapan Rukia terputus melihat Ichigo menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri.
"Nah nah nah, lihat kan belum apa-apa kau sudah memprotes ucapanku, jadi kau mengerti sekarang kenapa aku berkata seperti itu." Ucap Ichigo sambil bersiap untuk membaringkan dirinya di atas peraduan terakhir favouritenya –kasur.
Rukia yang ingin membantah kembali mengatupkan bibirnya seraya memikirkan kembali perkataan Ichigo. Benar juga, jika dirinya terus berseteru dengan Ichigo maka pelajaran seharinya esok hari pasti tidak akan berjalan mudah. Itu artinya selama satu harian penuh dirinya harus mengalah pada apapun yang akan dilakukan Ichigo? Lagi pula ini adalah hari terakhirnya bersama pemuda ini, jadi tidak akan ada masalah untuknya – pikir Rukia.
"Baiklah aku mengerti." Ucap Rukia pada akhirnya. Dan kali ini benar-benar bersiap untuk pergi meninggalkan pemuda itu untuk beristirahat, dan memulai acara mereka esok harinya.
"Sampai bertemu besok, Ichigo." Rukia berkata untuk terakhir kalinya sambil membuka jendela kamar Ichigo yang merupakan pintu utama baginya. Baru saja dirinya melompat untuk bershunpo, tapi bukannya melompat keluar tubuhnya malah terhempas ke ranjang Ichigo. Belum sempat Rukia berpikir apa yang sedang terjadi pada dirinya, dia melihat Ichigo sudah menutup jendela itu kembali dan berbaring disebelah dirinya.
Baru saja Rukia ingin berontak karena tiba-tiba saja Ichigo sudah merengkuhnya dalam dekapan hangat pemuda itu, Ichigo sudah berucap seakan dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Rukia.
"Sst… tenanglah… kau sendiri yang bilang ingin menjadi kekasihku, dan aku selalu ingin melakukan hal ini jika aku memiliki kekasih. Ingin selalu menjaganya disisiku, tidak akan membiarkan dia tersakiti sedikitpun. Tidurlah, aku lelah sekali hari ini. Besok kita bicarakan lagi, oke." Ucap Ichigo sambil memandang kedua violet Rukia, berbicara sambil tersenyum dan membelai pipinya. Membuat Rukia lagi-lagi bingung menanggapi sikap Ichigo.
"Oh ya, selamat malam dan selamat ulang tahun, Rukia." Ucap Ichigo sambil mencium kening Rukia, lalu mendekap gadis itu erat dalam pelukannya. Sama sekali tidak memberikan kesempatan Rukia untuk berbicara, memprotes atau memberontak dengan segala tindakannya kali ini.
Jantung Ichigo berdegup dengan kencang akibat ulahnya sendiri. Dia sendiri tidak tahu apa yang sudah dilakukannya kali ini. Ichigo tahu, mungkin Rukia sedang menahan kesal dan marah dalam dekapannya tapi dia tidak mau perduli, yang penting dirinya bisa merasakan jika Rukia benar-benar sedang berada di dalam pelukannya, bukan hanya sebuah mimpi yang selalu hinggap di setiap malamnya. Karena itu, Ichigo ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa malam ini benarlah nyata untuknya.
Sedangkan bagi Rukia sendiri, dia benar-benar tidak yakin dengan apa yang telah terjadi pada dirinya hari ini. Meminta Ichigo untuk menjadi pacarnya hanya untuk satu hari, diperlakukan begini hangatnya oleh Ichigo. Tidak ada sama sekali dalam bayangan sebelumnya. Hangat, tentu saja karena sekarang dia berada dalam dekapan pemuda orange ini, merasakan dan mendengar langsung degup jantung seorang Ichigo Kurosaki, dan membandingkan dengan dirinya sendiri.
Sama, Rukia merasakan debaran yang sama dengan Ichigo, jantungnya bertalu dengan sangat kencang dan cepat. Karena itu, tanpa disadari Rukia meremas shihakusou-nya semakin kencang dan semakin merapatkan diri pada dekapan Ichigo karena ingin mendengarkan irama jantungnya yang terdengar merdu ditelinga Rukia.
Rukia sedikit bingung, apakah yang dilakukannya sekarang ini sudah tepat? Ingin merasakan kebersamaan mereka yang terkahir kali dengan cara yang berbeda, bukan hanya sebagai teman ataupun sahabat seperti yang telah mereka lakukan selama 10 tahun mereka berkenalan. Rukia tahu hubungan dua insan berlainan jenis yang terakhir adalah ikatan suami isteri, dan itu akan dijalaninya sebentar lagi. sebagai keturunan Kuchiki, Rukia diwajibkan menikah dengan pria yang menjadi pilihan keluarganya, dan Rukiapun tahu tidak boleh ada kata 'tidak' ataupun penolakan yang terlontar dari bibirnya ketika titah itu datang menghampiri.
Karenanya, Rukia mencoba berlapang hati menerima semua ketentuan itu. tetapi, tetap saja ada sebagian jiwanya yang memberontak. Apalagi jika dia mengingat bahwa mungkin dirinya dan Ichigo selamanya akan menjalani hubungan petemanan ini, sebagian dirinya berkata tidak rela. Begitu teringat dengan kenangan masa lalunya ketika baru tiba di Karakura dan menjalani hari-harinya sebagai seorang pelajar, Rukia teringat bahwa di dunia nyata ada sebentuk hubungan antara pria dan wanita yang tidak mewajibkan dirinya menikah tapi boleh menjalankannya seperti sepasang suami isteri namun tetap ada batas-batas tertentu didalamnya.
Begitu dia yakin dengan kata 'berpacaran' itu tapi sedikti ragu apakah Ichigo setuju dengan usulnya tersebut membuat Rukia takut pada awalnya. Tapi, begitu merasakan debar jantung Ichigo yang sama dengan dirinya, membuat Rukia berpikir, penyakit apakah yang sedang dia alami sekarang ini? Kenapa Ichigo memiliki penyakit yang sama dengan dirinya? Sejak kapan Ichigo merasakan hal seperti ini? Karena sejujurnya, menurut Rukia dia sudah lama menderita penyakit aneh ini. Penyakit yang hanya dia rasakan jika sedang berada di dekat Ichigo, dan akan sembuh dengan sendirinya jika melihat keadaan Ichigo yang baik-baik saja menurut penglihatannya.
Dan tanpa mereka sadari, mereka saling mengeratkan pelukan jika merasa pasanggannya sedikit melonggarkan kaitan diantara mereka. Dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari keduanya, biarkanlah sinar rembulan menemani mimpi mereka berdua. Karena tanpa mereka sadaripun, ulang tahun Rukia kali ini akan menjadi hari yang paling membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk mereka berdua.
O0o
Hay Minna-san~ nenk kate speakin' here hehheh..
Seperti biasa, nenk membuat kekacauan di sini heheh.. gimana untuk yg di atas, cukup kacau atau bertambah kacau? heheh, masih dengan gaya abal nan gombal ala nenk, membuat Ichiruki manis" sepet" gimanaa getohh.. tapi, apakah ini bisa disebut semi cannon? nenk mwu mencoba membuat yg seperti om tite, tpi nenk ga bisa bikin pertarungan jdinya yah kaya gini deyh.. klo ada istilah" yg salah tulis tentang dunia per-shinigami'an tolong nenk diberitahu ya, coz bahasa nenk muter" klo udah dibagian itu heheh, alias masih bingunk, jdi mohon dimaafkan dan harap dimaklumi...
Sebenernya cerita ini udah lama beut nenk bikin, tapi agak ragu krena faktor shinigami-nya jadi ga berani nenk, biz takut salah" yg ada dikeroyok massal lgi heheh, tpi seperti biasa bermodalkan nekad dan muka batu nenk memberanikan diri publish juga heheh. Terinspirasi dari 49 days, yg bagian cewenya minta pacaran 1 hari, twu kan? jdi nenk mwu bikin yg versi Ichiruki deyh hehehe, semoga berkenan dihati para readers sekalian.. ya klo gak, nenk akan kembali ke asal -rebahan ditempat favourite Ichigo- hehhe...
oh ya, kali ini gak bakal panjang" paling" 2 atau sampe 3 chap, rencananya.. coz tdinya mwu dibikin oneshoot lagi, tpi twu kan oneshoot nenk udah kya kereta api, panjaang beut, hehheh... so, segini dlu ya^^,
seperti biasa klo ada keluh kesah, perasaan tidak terima, kritik dan saran apalagi uang nenk terima dengan hati senang,wkwkwk -tpi klo yg terakhir blom pernah nemu nyh xixiix-
Arigatou Minna, c u next chap yang entah kapan akan dipublish... *KabbuuuuuRRRRRRrrr
200412
-Nenk Kate-
