Blood
Author: Indiah Rahmawati
Cast:
-All member BTS (KookV, MinYoon, NamJin)
-Other
Rating: T
Gender: Angst, Crime, Drama
Disclaimer: Cerita ini murni otak yang lagi gak jelas. Seluruh member BTS hanya punya Tuhan, Agensi mereka, dan orang tua mereka, kalau ada kemiripan dengan cerita lain itu hanya sebuah kebetulan
Summary:
Membunuh? Kadang itu kata yang biasa tapi apa kau pernah melakukannya? Merasakan cipratan darah yang berada diwajahmu? Kalau aku... mungkin pernah -Jungkook
WARNING: YAOI fanfiction bagi yang tak suka harap menjauh. Saya terima semua keritikan dan saran, asal yang tak keterlaluan. Banyak TYPO bertebaran! Alur terlalu cepat bagai motor lagi balapan (?)
.
.
.
.
.
Membunuh? Mungkin kau akan muntah jika mendengarnya atau membayangkannya, tapi bagiku tidak. Membunuh sudah seperti sesuatu yang biasa bagiku. Semua karena kakak iparku, oh iya... aku belum memperkenalkan diri. Namaku Jeon Jungkook, panggil saja Jungkook. Umurku masih 18 tahun, kira-kira segitu, kelas 3 SMA. Jika diingat, aku tau membunuh dari kakak iparku, yap. Kakak kandungku menikah dengan pria bernama Park Jimin, yang akhirnya menjadi kakak iparku, awalnya baik-baik saja sampai...
Jimin hyung membunuh kakakku
Yaa... itu mengejutkan lebih mengejutkan karena dia membunuh kakakku tepat didepanku. Yang kuingat hanya dia memukul tubuh kakakku dengan pemukul besi. Awalnya mual, benar-benar mual melihat darah berceceran dimana-mana. Tapi setelah melihat dia melakukannya beberapa kali, aku jadi terbiasa. Jimin hyung itu polisi, jadi akan mudah menutupi kejahatannya.
Kalian pasti bertanya kenapa Jimin hyung membunuh kakakku? Simple... kakakku berselingkuh dengan pria lain. Yaa... itu sifat dasar kakakku, kalian tak akan mau tau berapa banyak pria yang ia kencani dalam sehari, hanya untuk mendapat sensai saat bercinta, lalu membuangnya. Orang tuaku tidak tau itu karena mereka telah meninggal saat aku lahir, kakakku bilang karena kecelakaan pesawat saat hendak keluar negeri untuk melakukan bisnis perusahaan. Jadi setelah kakakku meninggal aku hidup dengan Jimin hyung
Hmm? Aku? Membunuh? tentu saja pernah. Siapa? Hmm... aku tak ingat jelas rupanya, yang jelas ia seorang pembully saat aku kelas 3 SMP. Sebenarnya aku tak peduli saat itu siapa yang dia bully dan apa yang dia lakukan pada korbannya. Yang jelas... ia tak pernah mau menantangku karena aku ahli Taekwondo, dan aku lumayan kaya. Kami sempat berteman, saat kukira dia orang yang baik, aku mengetahui alasannya mendekatiku. Saat itu kami hanya berdua kegym pribadi miliknya, dan kau tau apa yang dia katakan padaku saat kami hanya berdua?
"yak... Jungkook-ah... kau kaya dan tampan, jadi banyak gadis yang mendekatimu, jadi aku memilih kau jadi temanku, jadi semua gadis itu juga bisa melirikku. Sesama teman harus saling membantu kan?"
Heh?! Alasan macam apa itu, sudah terlihat jelas ia memang memanfaatkanku, dan aku benci itu. Dan... aku memukul belakang kepalanya dengan Dumbbell seberat 30kg. Mengagumkan kan? Jika kau terbawa amarah maka benda seberat apa pun akan jadi ringan. Untung saat itu aku tak lupa memakai sarung tangan karet sebelum benar-benar memukulnya, dan aku buat seolah itu kecelakaan. Polisi datang dan mengatakan itu hanya kecelakaan, karena ia terpeleset dan belakang kepalanya terbentur Dumbbell itu yang menyebabkan ia tewas, aku disana, dan juga Jimin hyung. Dan kau tau apa yang Jimin hyung katakan?
"aku tau kau yang membunuhnya... kau itu memang adik pintar"
Dia tersenyum. Untuk pertama kalinya aku dihargai karena melakukan sesuatu yang salah. Karena itu aku sangat menuruti Jimin hyung. Dia satu-satunya kakakku sekarang. Korban yang lain? Hmm... jujur aku hanya membunuh preman yang berani denganku, maksutku... aku tak sampai membunuhnya hanya membuatnya lebab, dan pernah ada yang hampir tewas. Kebanyak korban milik Jimin hyung, apa lagi sekarang. Dia menemukan orang baru dalam hidupnya, namanya Min Yoongi, teman kuliahnya. Kebanyakan korbannya, pria yang mendekati Yoongi. Ia mengatakan semua pria itu berusaha berbuat macam-macam pada Yoongi-NYA. Yah... aku hanya membantunya mengurburkan semua mayat itu.
Kehidupan sekolahku? Biasa, tak ada yang menarik. Seperti biasa saat istirahat aku hanya duduk dibangku-ku yang ada di pojok ruangan sambil menatap jendela
"Jungkook-ah! Ayo kekantin!" seorang temanku mengajakku
Dan jawaban yang sama "tidak, aku tidak lapar..."
"ohh... kami duluan ya" mereka pergi
Aku memang tak terlalu banyak bergaul dengan teman-teman, aku hanya orang pendiam yang selalu menatap jendela, dan aku suka itu. Dan semua itu berubah...
"Yak! Jeon Jungkook!"
Aku menengok, cih! Dia Lagi...
"Yak! Katanya kau tak mau kekantin lagi!" kata pria cerewet didepanku sambil menunjukku
Dia Kim Taehyungg. Murid pindahan, aku juga bingung kenapa dia pindah saat tahun terakhir sekolah, benar-benar tak berguna. Dan sejak dia pindah, dia selalu mengganggu ku! "aku sudah bilang aku tak lapar..." kataku menatap jendela kembali
"Yak! Setiap hari kau selalu tak makan siang! Kau harus makan bagaimana pun itu!" katanya. Cerewet!. Aku tak peduli dengannya "Yak! Kau dengar aku! Yak! Kookie!"
Itu dia... panggilan yang paling kubenci!. Aku menatapnya "yak... bisakah berhenti memanggilku begitu..."
"panggilan itu cocok untukmu kan? Koo~~Kie~~" katanya, aku tau itu ejekan
"Hentikan!" aku menatapnya tajam, itu tatapan yang kuberikan saat aku benci seseorang, dan itu membuat mereka menjauh, tapi kelihatannya tak akan mempan untukknya. Dia hanya menatapku biasa, lalu menunjukku lagi
"bagaimana kalau sepulang sekolah kita makan bersama! Aku tak mau tau kau harus makan! Memangnya kenyang hanya melihat langit hah?!" katanya lagi. Aku menyerah, aku berusaha tak peduli "jika kau tak mau ikut, aku akan terus memanggilmu Kookie!" telingaku panas mendengar panggilan itu
"baik! Baik! Pulang sekolah!" kataku, sial! Benar-benar sial! Umpatku dalam hati. Aku hanya bisa menggeletakkan kepalaku dimeja, saat tau ia malah sangat senang.
"Bagus! Sampai ketemu nanti siang!" ia akhirnya pergi. Aku benar-benar bersyukur saat dia pergi, tapi benar-benar menyesal saat tau aku terpaksa ikut dengannya. Sejak dia datang ia langsung disukai banyak orang, bahkan dia mudah bergaul dengan semuanya. Tapi aku selalu bingung kenapa hanya aku yang selalu diganggu olehnya. Haah... mungkin nanti aku langsung kabur saja.
.
.
.
.
Aku langsung membawa tasku berlari kebawah, aku berharap ia lupa, dan pulang. Dan aku bisa pulang dengan tenang dan tidur dikasurku yang nyaman. Tapi niatku harus kuurungkan saat tau, dia telah menunggu digerbang sekolah. Sial!. Terpaksa aku ikut dengannya, saat ia menyadari aku telah melihatnya.
Kami berjalan menuju sebuah restoran yang lumayan jauh. Kami memasukinya dan kelihatan lumayan banyak yang datang
"Seokjin Hyung!"
Kelihatannya ini milih kakaknya, lalu seorang pria dengan pakaian seperti koki mendatangi Taehyungg, dan seorang pria tinggi yang kelihatannya bertugas sebagai pelayan
"Teaekhyun... tumben kau kemari..." kata pria yang kelihatannya yang tadi dipanggil Taehyung Seokjin, yang memakai pakaian koki
"eum... temanku katanya lupa bawa bekal makan siang, jadi aku memintanya kesini untuk makan" kata Taehyung. Selain menyebalkan, dan cerewet, dia juga pandai menipu ya?
"teman?" kakaknya tampak bingun lalu menatapku, aku hanya membungkuk menyapa. "ohh... kau temannya itu ya... perkenalkan aku Kim Seokjin kakakknya Taehyung... ini Kim Namjoon, kakak ipar Taehyungg sekaligur tunanganku..." kata pria bernama Seokjin, dan memperkenalkan pria tinggi disampingnya yang langsung membungkuk padaku
Tunangan ya? Aku hanya tersenyum miris.
"Hyung! Aku yang masak ya!" Taehyung langsung menerobos masuk kedapur
"Yak! Kim Taehyung jangan sembarangan masuk!" Seokjin langsung mengikutinya.
Ternyata benar Taehyung memang menyebalkan "haah... silakan duduk" kata Namjoon, aku hanya menurut dan duduk disalah satu bangku kosong didekatku "kau ingin makan apa? Akan kami siapkan... berhubung kau teman Taehyung, kami beri gratis"
"ah! Tak perlu repot-repot... aku tak terlalu lapar" kataku
"hmm... Tae bilang... dasar anak itu" Namjoon menacak-acak rambutnya "maaf soal Tae... aku yakin dia merepotkanmu"
Sangat! Aku hanya tersenyum sambil mengusap belakang leherku
"yaah... tapi dia bilang kau belum makan siang. Akan tetap ku bawakan makanan... kau harus memakannya..." kata Namjoon
"tak usah... air putih saja sudah cukup bagiku"
"tak apa... anggap saja rasa terima kasih mau jadi teman Tae..." Namjoon tersenyum kearahku. Siapa bilang mau jadi temannya? Entah aku harus bereaksi apa "karena... dari kecil ia tak punya teman, mungkin itu alasan kenapa ia bersikap begitu padamu"
Huh? Apa yang baru saja dia bilang?
Namjoon pergi, dan aku terdiam ditempatku. Tak punya teman? Dia? Maksutnya apa? Dia bahkan sangat terkenal disekolah, yang mendekat padanya hanya dalam beberapa detik saja sudah sangat akrab. Tapi kenapa Namjoon bilang begitu?
Tak lama Taehyung kembali dan duduk disampingku. Ia kelihatan kesal, tapi aku tak peduli. Dia menatapku "yak... apa kau tak mau aku kenapa?" katanya
"tidak..."
Dia kelihatan makin kesal membuang wajahnya dariku. "hyung tak mengizinkanku masak, padahal kan aku mau!" mulai lagi...
"aku kan tak mau tau..."
"tapi aku mau kau tau!" katanya lagi, kesal
Haah... kenapa aku harus berurusan dengan anak kecil ini. Tak lama Namjoon datang membawa makanan, terpaksa aku memakannya. Tapi masakan Seokjin cukup enak jika aku boleh jujur. Aku melihat Taehyung yang makan dengan lahab. Jadi jika marah nafsu makanmu makin besar ya? Dasar...
Setelah selesai, kami pamit pulang. Sekarang kami berjalan menuju halte bus. Aku melihat Taehyung yang berjalan didepanku, aku penasaran dengan omongan Namjoon tadi "yak... kau..."
"hmm... aku?" Taehyung melihat kearahku
"memangnya kau tak punya teman sejak kecil? Kenapa?" aku melihat wajah terkejutnya. Aku memang kurang ajar, aku akui itu. Aku tak peduli jika lawan bicaraku merasa tersinggung atau menangis dengan omonganku kepadanya, mungkin ini karena sifat membunuhku. Dimana kita harus menghilangkan semua perasaan saat membunuh orang, itu jadi terbawa dalam kebiasaan sehari-hariku.
Dia masih diam, sampai aku lihat dia membuka mulutnya "arkh! Kaki ku pegal disana ada halte, bicara disana sambil duduk bagaimana?" katanya dengan wajah seperti tak terjadi apa-pun. Dia ini memang tak punya otak ya? Atau tak punya emosi sama sekali?
Akhirnya kami duduk dihalte bus, ada sekitar 10 menit baru dia mau bicara "soal pertanyaan mu tadi... dari kecil... aku memang tak punya siapa pun, ayahku pebisnis terkenal, dan sudah ketauan kalau ia korupsi tapi tetap melakukan kegiatannya itu tanpa pernah tertangkap, ibu selalu bertengkar dengan ayah, dan mereka berpisah dan ayah mendapatkan seorang wanita yang umurnya sangat jauh darinya. Saat aku bermain dengan anak seusiaku saat kecil, orang tua mereka membawa anaknya menjauh dariku, jadi aku sendirian..." Taehyung menunduk "hanya Jin hyung yang peduli padaku, tapi karena hak asuh Jin hyung jatuh keibuku dan aku keayahku... kami jadi berpisah. Jin hyung mati-matian membawaku kabur... saat aku berhasil terpisah dari ayah, ternyata Jin hyung sudah bertunangan dengan Namjoon hyung... aku sangat senang karena kedua orang itu merawatku dengan baik..."
"tapi saat pertama masuk SMP... kejadian yang sama terulang. Awalnya mereka baik, tapi saat tau semua masalah keluargaku, mereka menghindariku... aku sendirian lagi. SMA yang lama juga, itu sebabnya aku pindah ditahun terakhir itu juga karena Jin hyung dan Namjoon hyung membuka restoran disini... aku berfikir semua akan sama saja... tapi saat melihatmu aku berubah fikiran..." Taehyung melihat kearahku "karena kau tipe orang yang tak peduli apa-pun... bisakah kita berteman saat yang lain memusuhiku... jadi aku bisa lewatkan masa terakhir SMA dengan cukup menyenangkan" katanya penuh harapan
Aku memang tipe yang tak peduli, tapi kenapa aku malah merasa iba dengan-nya? Lalu aku tersadar saat ada pesan masuk keponselku, dari Jimin hyung...
'mungkin aku akan membawa Yoongi pulang, kau bisa menginap dispa-kan malam ini? Aku tak mau kau terganggu karena mendengar kegiatan kami... – Jimin hyung'
Jadi Jimin hyung memberanikan dirinya menembak Yoongi ya? Haah... Jimin hyung tau aku benci yang namanya 'sex' itu karena trauma masa kecil, kalian tak akan mau tau.
"yak... itu busnya" aku tak mendengar kata Taehyung dan berjalan pergi "Yak! Kau mau kemana?!"
"menginap ditempat lain..." kataku tanpa menengok kearahnya
"yak! Kau tak mau pulang..." Taehyung mengikutiku. Aku tak menjawabnya "yak! Jawab aku..."
"hyung-ku sedang bersama pacarnya... jadi aku malas pulang kerumah..."
"apa maksutmu? Harusnya kau senang! Kau bisa disayang dua orang yang baik... sama sepertiku!" katanya masih mengikutiku
"maksutku bukan itu... bodoh!"
"lalu..." tanyanya
Astaga! Dia ini pura-pura polos?! Atau memang tak tau yang kumaksut?! "memangnya hyungmu dan tunangannya tak melakukannya?" tanyaku menatapnya
"melakukan apa?" Tanya Taehyung dengan wajah bingung
What the hell?! With this shit?!
Aku menghela nafas dan melajutkan jalan tanpa memperdulikannya. Dia terus mengoceh sambil mengikutiku, aku rasa aku terpaksa mendengar semua ocehannya.
.
.
.
.
Memang benar... ini hari sialku. Seharian aku diganggu oleh setan kecil bermuka polos ini. Dia bahkan mengikutiku sampai spa dan ikut menginap. "yak... hyung-mu tak khawatir? Kau tak pulang?"
"dia pasti tau aku bersama mu... tak akan apa-apa... haah... hangat" katanya berbaring dilantai hangat ditempat spa itu.
Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Akhirnya aku memutuskan berbarng disampingnya, tanpa melihat kearah wajanya, bisa dibilang berlawanan arah. Kalau tau begini lebih baik aku pulang merelakan diganggu oleh suara berisik yang dibuat Jimin hyung dan Yoongi hyung ketimbang bersamanya. Tapi jika mengingat omongannya tadi, entah kenapa aku sedikit iba, dan akhirnya aku menutup mataku
.
.
.
.
06.00 AM
Aku sedikit membuka mataku saat merasakan hembusan nafas seseorang, lalu dengan pandangan kabur aku belihat wajah Taehyung teat didepanku. Dengan cepat aku menjauhkan wajahku darinya, jantungku berdegub kencang. Sial! Jadi semalam aku tak sengaja berbalik kearahnya. Taehyung tampak tak peduli dan tetap tidur. Sekarang aku mengerti kenapa dia tak mengerti maksutku semalam, karena dia pasti begini saat hyungnya tengah melakukan 'itu' dengan tunangannya. Kalau aku tak akan tahan...
Aku mengacak rambutku, lalu melihat kearah jam yang ada dispa itu. Jam enam... dengan segera aku bangkit, saat tangan Taehyung menahan salah satu tanganku. Aku terkejut dan melihatnya, dia masih tertidur, aku mencoba melepas tangannya tapi tak bisa. Sial! Kenapa dia tidur dengan sangat pulas, huh?! Seperti beruang yang sedang hibernasi?! Aku terduduk lagi dan menghela nafasku. Aku melihat kearahnya, lalu aku bisa lihat sebuah potongan debu kecil dirambutnya, jujur aku benar-benar tak peduli
Tapi persetan dengan tanganku yang malah, mendekat dan mengambil debu kecil itu. Dan itu membuat wajahku sangat dekat dengan wajahnya. Untuk sesaat aku berfikir kau ia sangat manis...
Tunggu...
What?!
Jeon Jungkook! Sadarlah!
Aku menjauh darinya dan melepas tanganku saat pegangannya tak terlalu erat. Lalu mengambil tasku untuk menuju kamar mandi mandi, dan mengganti pakaianku. Aku tak tega meninggalkannya... What the?! Sejak kapan aku peduli?! Aku kenyiram wajahku dengan air... kenapa ini terjadi padaku? Kenapa? Aku pusing harus memikirkannya, aku segara mandi dan mengganti pakaian, lalu pergi dari spa meninggalkan Taehyung disana, sekarang aku benar-benar tak peduli lagi... mungkin?
F**K?! Sadarlah Jeon Jungkook!
TBC/END?
