Chapter 1 : Menma
Disclaimer ~ Masashi Kishimoto
Find You ~ Keinarra Minami
Warning : AU, OOC, Typo sana - sini, Gajelas, Ide pasaran
Genre : Romance / Drama / FicSong
If not like, do not read
.
.
.
"Suaranya sungguh membuat aku jatuh cinta." Hinata menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, tersenyum malu menatap layar laptop yang menampilkan sesosok pemuda sedang menyanyikan sebuah lagu.
Cklek
Hinata terkejut saat ada seseorang yang membuka pintu kamarnya, melihat ke arah sumber suara yang ternyata adalah ibunya, "Mama mengagetkanku saja."
"Cepat tidur sudah malam sayang." Hikari tersenyum menanggapi putri semata wayangnya yang sangat suka begadang itu, menghampiri Hinata yang duduk bersila di atas ranjang queen sizenya.
Hinata menatap wajah sang ibu yang begitu menenangkan, "Sebentar lagi ya, Ma?"
"Besok kau sekolah, cepatlah tidur." Ucap Hikari lembut, tangannya mengelus surai indigo sang putri.
"Sebentar lagi ya, ya!"
Wajah memelas Hinata sungguh membuat sang ibu hanya bisa pasrah, "Baiklah. Tapi jangan sampai larut malam!"
"Ha'i." Hinata tersenyum bahagia dan melanjutkan kegiatannya.
"Ingat jangan tidur larut malam." Hikari beranjak pergi dari kamar Hinata.
Setiap malam Hinata selalu menonton vlog pribadi pemuda yang bernama Menma, tidak lupa mengikuti setiap tantangan yang diberikan oleh sang youtuber. Meskipun video itu selalu ia ulang setiap hari tanpa ada rasa bosan sedikitpun di pikirannya.
Sungguh gadis remaja yang aneh, hingga ia terkadang menganggap dirinya sudah sangat tergila - gila pada sosok di dalam layar laptopnya itu. Menma youtuber muda yang cukup terkenal di kalangan remaja terutama para gadis adalah awal dari semua ke gilaannya saat ini, walaupun Menma mengenakan topeng yang sering ia sebut sebagai topeng anbu, berambut hitam & memiliki bola mata berwarna biru terang seperti lautan yang entah itu bola mata asli atau kontak lens, ia tidak memperdulikannya.
Tetapi meski sedikit aneh ia tetap memiliki banyak penggemar karena mempunyai suara yang merdu, terlihat di beberapa unggahan video cover lagu dari beberapa penyanyi terkenal dan juga beberapa unggahan video tantangan seru yang sering ia buat. Banyak dari para peselancar dunia maya yang mencoba tantangan tersebut, meski memiliki begitu banyak pengikut dan penggemar, youtuber muda itu adalah orang yang cukup tertutup tentang kehidupan pribadinya.
Sering beberapa pertanyaan di layangkan para penggemar, tapi ia hanya membalas dengan jawaban yang cukup membuat mereka masih penasaran dengan sosok dirinya dan tidak sedikit juga orang yang membencinya. Tapi ia tidak pernah menanggapi hal itu, malah ia sangat berterimakasih karena mereka begitu perhatian kepada dirinya.
"Aaahh... Sungguh aku sudah benar - benar gila," mata Hinata berkaca - kaca. "Dia membalas pesanku di instagram, kyaaa..."
.
.
.
Kamar dengan desain klasik elegan kombinasi warna abu - abu dan cream, desain modern berpadu dengan interior adat jepang di beberapa sisi ruangan. Seorang wanita paruh baya sedang merapikan dasi suami pirangnya, sentuhan demi sentuhan dari tangan lembutnya membuat sang suami selalu merasa nyaman. Senyuman manis di bibir merahnya menambah cantik wajah yang sudah mulai menandakan ia tidak muda lagi, tetapi tetap mempesona.
"Sudah selesai sayang," ucap sang istri.
"Kombinasi yang sempurna," memuji pantulan dirinya di depan cermin. "Kau memang selalu bisa mengerti seleraku Kushina."
"Jangan terlalu berlebihan seperti itu, Minato." wajah Kushina memerah.
Cup
Satu kecupan mendarat di bibir merah Kushina, kini bukan hanya kedua pipinya yang memerah. Tetapi seluruh wajahnya ikut memerah padam karena ulah sang suami.
Memukul pelan dada bidangnya, "Minato... kau ini nakal sekali."
"Haahaa. Ayo kita sarapan bersama sayang, dan panggil Naruto."
"Dia sudah menunggumu sedari tadi di meja makan, Minato. Kau saja yang lama sekali tidak segera turun sampai aku yang harus menjemputmu kesini."
Bibir Minato berbentuk bulat sempurna, "Benarkah. Maafkan aku, sungguh aku tidak tahu kalau kalian sudah menunggu dari tadi, kau kan tahu sendiri aku tidak bisa memakai dasi dengan benar."
Kushina menggenggam tangan Minato dan mengajaknya keluar kamar, "Sudah jangan banyak bicara. Ayo cepat Minato, ada hal penting yang ingin Naruto bicarakan dengan kita."
"Hal penting apa?" Minato sedikit berlarian mengikuti langkah Kushina terburu - buru menuju ruang makan.
Di ruang makan Naruto sedang meminum segelas susu putih dan membersihkan sisa makanan di sudut bibirnya dengan tisu.
"Selamat pagi, Pa!" Naruto tersenyum lima jari khas miliknya.
"Selamat pagi Naruto. Maaf lama, papa tidak bisa memasang dasi ini sendiri," Minato tersenyum manis.
"Benar saja, aku sampai sudah kenyang begini."
Kushina terkejut, bisa - bisanya putra kesayangannya itu memulai sarapan tanpa mereka berdua, "Hey, kau makan duluan Naruto?"
"Hn. Mama dan Papa terlalu lama bersenang - senang, tidak tahu apa aku sudah sangat lapar."
Minato hanya tersenyu mendengar perkataan Naruto, "Ternyata putra Papa satu ini sudah dewasa, ya!"
"NARUTO..."
BLETAK
Satu pukulan melayang tepat di kepala Naruto hingga menimbulkan sedikit benjolan disana, "Auww sakit, Ma."
"Siapa suruh kau berbicara mesum seperti itu." ucap Kushina sedikit kesal dengan ucapan sang putra karena sudah membuat dirinya terkejut. Betapa cepat waktu ini berjalan, hingga ia tidak menyadari bahwa putranya sudah semakin dewasa sekarang.
Naruto mengusap ujung kepalanya yang sakit, "Siapa yang mesum? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
"Benarkan apa kataku. Kalau Naruto itu sekarang sudah menjadi pemuda dewasa, Kushina."
"Tentu, Naruto sudah semakin dewasa. Tapi tetap kelakuannya masih seperti anak kecil," celetuk Kushina menunjuk ke arah Naruto dengan senyum mengejek.
Naruto menyipitkan mata. "Apa maksud Mama! Aku 'kan sekarang memang sudah besar."
Kushina tertawa kecil melihat gaya Naruto yang sama seperti suaminya saat sedang marah, mengerucutkan bibir sambil menatap sinis lawan bicaranya.
"Naruto, katanya kau ingin mengatakan hal penting! Memangnya hal penting apa?" kata Minato membuat suasana di meja makan tiba - tiba menjadi hening.
"..." Tidak ada jawaban.
"Iya cepat katakan pada Papamu, Naruto," kata Kushina. "Mama tidak bisa banyak membantu kalau Papamu tak mengijinkan."
Kembali Naruto menatap sang ayah yang juga sedang menatapnya dengan mengangkat segelas kopi ditangan dan meminumnya perlahan.
"A - ... aku, ingin pindah sekolah di konoha, Pa!"
"Brrruuusshh..." Seketika Minato menyemburkan kopi yang baru saja ia minum. "Apa kau serius dengan ucapanmu itu Naruto? Bukannya kau dulu tidak mau kami sekolahkan di sekolah milik keluarga kita itu, hah!"
"Iya itu kan dulu. Tapi," kata Naruto. "Aku sekarang ingin sekolah di sana. Apa boleh, Pa?"
"Hmm... Iya tentu saja boleh, tapi katakan apa alasanmu yang tiba - tiba ingin pindah ke sana, Naruto?"
Minato menatap serius putra kesayangnnya yang sungguh membuatnya terkejut dengan perkatannya barusan. Naruto yang mengetahui situasi di sekitarnya telah berubah, berusaha tersenyum santai meski sedikit di paksakan.
"Ah, iya ja-," Naruto menyikut lengan ibunya, dan sepontan Kushina melirik ke arah Naruto, tahu apa maksud dari anaknya bahwa ia malu mengatakan yang sebenarnya.
"Jadi begini, Naruto sepertinya menyukai seorang gadis dan tentu saja kenapa Naruto ingin bersekolah disana. Karena gadis itu adalah gadis Jepang yang kebetulan tinggal di kota konoha, dan sangat kebetulan sekali gadis itu sekarang bersekolah di Namikaze High School." jelas Kushina panjang lebar pada Minato, yang sekarang sedang tercengang sekaligus terkejut untuk yang kesekian kalinya. Tidak heran jika Kushina sudah terlebih dahulu mengetahui segala sesuatu yang Minato tidak tahu, karena Naruto begitu dekat dengan Kushina hingga hal sekecil apapun pasti ia sudah terlebih dulu mengetahuinya.
Sungguh hari ini Minato tidak mengerti semalam bermimpi apa hingga dirinya harus berulang kali terkejut sepagi ini.
"Benarkah Naruto! Apa kau sudah tahu gadis itu seperti apa? Mungkinkah dia cantik seperti ibumu, dari keluarga baik - baik atau dia hanya orang yang beruntung bisa meluluhkan hati putraku yang tampan ini," Minato tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Iya begitulah." jawab Naruto dengan senyum lima jarinya.
Tidak mungkin jika ia berbicara jujur kepada ayahnya kalau ia sama sekali belum tahu seperti apa rupa gadis itu, latar belakang keluarganya dan kenalpun hanya sebatas berkenalan lewat pesan saja selama ini. Tapi entah mengapa hatinya begitu bahagia saat berbalas pesan dengan gadis misterius yang selalu membuatnya bahagia, dan benar - benar bukan hal yang menguntungkan baginya jika berkata jujur. Karena ayahnya yang sangat disiplin ini pasti tidak akan mengijinkannya membuang - buang waktu hanya untuk hal tidak penting seperti ini menurutnya.
"Hanya itu yang ingin aku katakan. Aku akan berangkat sekolah dulu," Naruto berdiri dari kursi yang ia duduki dan berjalan mendekati sang ibu, mencium pipi Kushina.
"Hati - hati dijalan sayang," kata Kushina.
Sedikit mendekatkan wajahnya di sebelah telinga Naruto dan berbisik, "Aku akan membereskannya."
"Aku serahkan semua pada Mama," jawabnya lirih.
Minato melihat gerak - gerik keduanya dari ujung mata, "Jangan berbisik di depanku, Kushina."
Naruto mengambil langkah seribu dan bergegas pergi, "Aku berangkat dulu."
Setelah Naruto pergi dan hanya tinggal mereka berdua di meja makan Kushina yang tidak ingin nantinya hal sepele ini menjadi masalah, membuka percakapan kembali bersama Minato.
"Emm... Sebenarnya Naruto tidak tahu seperti apa gadis yang akan ia temui itu, berharap dengan bersekolah disana ia akan bisa bertemu dengannya tanpa sepengetahuan sang gadis bahwa dirinya-, perkataan Kushina terpotong karena sang suami tidak merespon sama sekali, tapi ia harus tetap melanjutkan ucapannya itu demi Naruto. "Menma."
"..." Hening.
Hanya di balas anggukan dan meneruskan sarapannya tanpa memperdulikan Kushina yang sudah mulai terlihat marah dari raut wajahnya yang masam.
"Bulan depan Naruto akan pindah ke sana jika kau sudah benar - benar memperbolehkannya pindah. Dan aku juga sudah mengabari mama Tsunade."
"..." Tetap tidak ada jawaban.
"Apa kau tidak mendengarkan ucapanku sedari tadi, Minato?" penekanan di akhir ucapannya membuat sang suami segera meminum kopi hangatnya dan menatap Kushina. Meski sedikit takut, karena jika istri tercintanya ini marah pasti hari ini ia akan libur berkerja karena babak belur di hajarnya.
"Tenanglah sayang, sebenarnya aku sudah tahu Naruto itu menyukai seorang gadis. Walaupun sebelum percakapan tadi aku tidak pernah berpikir dia akan serius mencari gadis itu, membuat aku ikut penasaran siapa sebenarnya gadis yang ingin Naruto temui itu. Dan tanpa harus menunjukkan kalau dirinya adalah Menma, sungguh di luar dugaan."
"Jadi kau sudah tahu! Sejak kapan?"
"Kejadiannya kemarin malam saat aku ingin meminjam laptop milik Naruto. Saat berada di dalam kamarnya, tidak sengaja aku melihat handphone-nya menyala di atas meja dan karena saat itu tidak ada orang, aku iseng membuka dan membacanya. Sungguh aku sangat terkejut melihat percakapan mereka, aku langsung berpikir sekarang putra kita sudah besar Kushina, aku tidak ingin memperlakukannya seperti anak kecil lagi." perkataan Minato seolah menyelesaikan jawaban mengapa sang suami langsung mengijinkan Naruto untuk pindah sekolah.
"Minato kau nakal sekali, pantas saja kau membolehkannya pindah ke konoha," Sambung Kushina. "Memangnya mereka membicarakan tentang apa?"
Memajukan sedikit wajahnya di hadapan Minato, sungguh ia sangat penasaran dengan percakapan putra tunggalnya itu. Minato mengambil handphone miliknya dan membuka galeri.
"Sebentar, akan aku tunjukkan padamu. Untung saja kemarin aku sempat mengambil foto percakapan ini."
"Cepatlah sayang, aku sudah tak sabar ingin melihatnya,"
"ini liha-" Kushina mengambil paksa handphone di tangannya, belum sempat ia menyelesaikan kata - kata yang sudah jelas Kushina tahu akan arah pembicaraan mereka, handphone-nya sudah berpindah tangan secepat kilat.
Tgl 02/##/####
From : Hime_12
"Terima kasih kau sudah memasukkan aku ke dalam grup pribadimu sampai kita bisa berkirim pesan begini, aku seperti bermimipi saja."
To : Hime_12
"Ini sebagai ucapan terima kasihku karena kau selalu mengikuti semua tantanganku dan menjadi pengunggah pertama, sekaligus menjadi pemenang pertama dan ku harap kau sudah menerima hadiah yang aku kirimkan."
From : Hime_12
"Arigatou aku sudah menerimanya, dan tantangan darimu selalu membuat aku bersemangat karena begitu asik saat di mainkan."
To : Hime_12
"Terima kasih sudah menyukai karyaku, meskipun itu hanya tantangan sederhana dan beberapa video cover, Haahaa."
From : Hime_12
"Iya aku sungguh menyukai semua karyamu dan jangan berkata seperti itu, karena sebuah bakat itu adalah anugerah yang belum tentu orang lain bisa mendapatkatnya."
Tgl 05/##/####
To : Hime_12
"Ah begitu ya, haahaa aku hanya bercanda saja.. apa kau masih bersekolah atau mungkin sudah menikah?"
From : Hime_12
"Aku bersekolah di Namikaze High School dan masih kelas 2, kalau sudah menikah pasti aku menikah dengan seseorang sepertimu. Itu impianku suatu hari nanti dan setiap pagi aku ingin mendengar suara merdu suamiku."
Tgl 08/##/####
To : Hime_12
"Maksudnya?"
From : Hime_12
"Tidak ada, hanya sedikit curhat saja heehee *smile."
Tgl 11/##/####
From : Hime_12
"Kenapa kau baik sekali mau membalas pesan penggemarmu? tidak salah jika banyak yang menyukaimu, termasuk aku."
To : Hime_12
"Menyukaiku?"
From : Hime_12
"Ah bukan, maksudku mengagumimu karena suara dan karya mu, ya begitulah *smile."
To : Hime_12
"Aku kira kau benar - benar menyukaiku dan ingin menikah denganku, haahaa."
From : Hime_12
"Kau ini ada - ada saja, mana mungkin aku akan menikah dengan seseorang yang tak ku ketahui wajahnya? Tidak mungkinkan aku akan betah hidup selamanya bersama suami bertopeng, nanti semua keturunanku ikutan bertopeng semua, ya ampun *smile."
Tgl 12/##/####
To : Hime_12
"Kau ini lucu sekali ya, kalau aku menikah nanti pasti aku akan melepas topeng ini untuk istriku Hime."
From : Hime_12
"Aku jadi ingin melihat wajahmu, tapi jika syaratnya harus menjadi istrimu dulu, itu sangat berat."
To : Hime_12
"Berat! Memangnya kau pernah menggendongku?"
From : Hime_12
"Haahaa, aku juga tidak ingin menggendongmu *blueek."
Tgl 14/##/####
To : Hime_12
"Kau berani mengejekku, akan aku cari kau dan awas saja kalau ketemu akan aku kempeskan jika kau gendut."
From : Hime_12
"Sayangnya aku tidak gendut dan kau jauh di sana, jadi bermimpilah akan menemukanku *blueekk."
To : Hime_12
"Siapa nama aslimu Hime? Akan aku cari kau."
From : Hime_12
"Bermimpilah karena tidak akan aku beri tahu, sampai kau memohon."
Tgl 15/##/####
To : Hime_12
"Ya ampun siapa di sini yang menjadi idola dan penggemar, kenapa jadi begini."
From : Hime_12
"Kau benar juga ya, haahaa lagi pula aku hanya bercanda."
To : Hime_12
"Ingat akan aku cari kau karena sudah berani mengejekku."
Tidak ada balasan sama sekali dari pengirim pesan bernama Hime_12 itu. Hingga hampir dua minggu ini, mungkin dia takut jika benar - benar akan di cari oleh Menma atau mungkin ia sedang sibuk. Tapi pasti hal ini yang membuat Naruto penasaran dan juga kesal karena selama ini tidak ada satu pesanpun yang di balas olehnya entah di Grup khusus untuk penggemarnya, Line dan Instagram.
Bahkan berkirim pesan pribadi dan bercanda, apa lagi berkirim pesan melalui nomor ponsel pribadi.
"Ya ampun mereka benar - benar akrab dan gadis itu lucu sekali." Nada Kushina begitu bersemangat hingga membuat Minato terkejut.
"Entahlah Kushina, itu hanya sebuah kata - kata manis dari penggemar untuk idolanya. Semua orang pasti akan melakukan hal yang sama, begitu baik di depan orang yang di kagumi agar terlihat jika dia orang yang sangat baik, bukan!
Tapi, karena Naruto sudah berani mengatakannya di depanku, untuk kali ini aku akan memberi kesempatan padanya untuk menemukan jati dirinya sebagai seorang lelaki sejati. Mencari, menemukan dan mengenal siapa sebenarnya seorang wanita yang sesungguhnya."
"Kalau begitu segeralah mengurus semua dokumen Naruto untuk pindah sekolah dan semua keperluannya di sana," pekik Kushina.
Minato sudah bersiap akan berangkat bekerja, "Tentu saja sayang."
Cup
Satu kecupan mendarat di kening Kushina, menatap suaminya dengan senyuman. "Terima kasih Minato, jangan lupa beri tahu Yamato untuk ikut ke konoha."
"Tentu." Anggukan mantap Minato membuat hati sang istri lega.
.
.
.
Sebulan telah berlalu, musim semi telah tiba. Hinata sang gadis indigo, bermata bulan dengan parasnya yang cantik, berkulit putih bak porselen, buah dada yang lebih berisi dari para gadis SMA seumurannya dan memiliki tubuh sexy yang cukup membuat mata para lawan jenis tak berkedip menatapnya. Tengah merapikan baju sekolah dan bersiap - siap melakukan aktivitas seperti biasa sebagai seorang pelajar yang baik.
Di ruang kelurga Hinata melihat ibunya sedang besiap untuk pergi. Sudah bukan hal baru lagi jika ia sering di tinggal sang ibu keluar negeri hingga berbulan - bulan. Tidak heran, karena ibunya adalah seorang desainer internasional ternama di jepang, yang mau tidak mau harus meninggalkan putri kesayangannya. Bekerja keras untuk membiayai hidup dirinya dan Hinata , sejak Hiashi suami tercinta meninggal dunia beberapa tahun lalu.
"Sayang, Mama berangkat dulu!"
"Kenapa waktu berjalan begitu cepat! Dan berapa lama Mama di sana?"
"Mungkin 3 atau 4 bulan sayang. Memangnya kenapa? Tumben sekali kau bertanya seperti itu!"
"Bukan apa - apa...," ucap Hinata menatap ibunya sedih. "Cepatlah pulang dan selalu rindukan aku, Ma!"
Hikari membulatkan bola matanya, tak terasa air mata menetes membasahi pipinya.
Grep
Pelukan hangat yang sudah lama sekali Hinata rindukan dari sang ibu. "Maafkan Mama sayang, suatu hari nanti kita pasti akan kembali seperti dulu, selalu menghabiskan waktu bersama seperti dulu.
"Tetap menjadi putri Mama yang bersemangat dan ceria."
Tangan Hinata terangkat, memeluk erat ibunya dan menenggelamkan wajahnya dalam pelukan hangat sang ibu. Rasanya sungguh menenangkan tidak ingin berpisah walau hanya sebentar saja.
"..."
"Hinata," tangan lembut Hikari memegang pundak Hinata, "Mama nanti bisa ketinggalan pesawat."
"Ha,i, maaf Ma. Umm... Mama selalu jaga kesehatan dan jangan lupa makan, ya!" ucap Hinata dengan senyum manisnya
Hikari mengangguk, "Kau juga sayang. Jaga kesehatanmu dan hati - hati dirumah...
Cup
"Kau boleh membawa teman- teman mu main ke rumah, jaa sayang."
Senyum mengembang di wajah cantik Hinata, "Arigatou, jaa Maa."
.
.
.
Hari ini langit begitu cerah, di sebuah rumah bergaya kontemporer yang praktis dengan desain modern dan variatif, cukup seserhana namun terlihat kokoh dan mewah. Seorang pemuda tengah memasukkan beberapa alat tulis di dalam tas ransel miliknya, membenarkan kembali kacamata bening, seragam sekolah dan tidak lupa mengenakan hoodi hitam orange. Berjalan menuju ruang makan keluarga, duduk sendiri di temani segelas susu hangat dan beberapa lembar roti tawar.
"Selamat pagi tuan." Seorang pelayan berpakaian rapi membungkukkan badan.
"Hn, sarapanlah bersamaku paman!" Pemuda itu mengoleskan selai kacang di atas roti tawar.
Sang pelayan sudah lama sekali bekerja di rumah keluarga ini sejak sang pemuda masih bayi, tidak heran ia di panggil paman olehnya karena ke akraban mereka.
"Terima kasih tuan muda atas tawarannya. Tadi pagi nyonya menelepon dan berpesan kalau mobil tuan muda akan sampai 3 hari lagi."
"Lalu bagaimana caraku pergi ke sekolah?" seperti kebiasaannya membersihkan sisa makanan yang ada di sudut bibirnya.
"Maaf tuan. Ini...," Pelayan itu memberikan sebuah kunci, tepatnya kunci sepedah motor. "Untuk sementara tuan pakai motor saya dulu."
Melirik kunci motor itu, "Naik motor vespamu!" terkejut namun ia hanya bisa pasrah, mengambilnya dari tangan sang pelayan dan menghela nafas panjang, "Apa boleh buat, dari pada aku harus jalan kaki."
Tersenyum ramah dan memberikan tas warna orange milik tuan mudanya, "Cepatlah berangkat tuan."
"Baiklah. Aku berangkat paman."
"Hati - hati di jalan tuan muda."
.
.
.
.
To Be Continued
Mind to RnR?
