Title : Tailor Girl's Love Story

Fandom[s] : Harvest Moon (FoMT)

Genre[s] : Romance, family, Angst, death chara

Ratting[s] : K+

Pairing[s] : none (slight TrentXClaire)

Chapie[s] : one shoot

Based on : Megurine Luka – Tailor Shop On Enbizaka

Original Finished : 9 August 2012

Last Edited : 9 August 2012

A/N : enjooyyy….^^b

000===***===000

Elli POV's

Aku mulai menggunting beberapa helai kain. Menjahit beberapa helai satin menjadi berpotongan pakaian. Ini keahlianku. Aku suka menjahit. Membuatkan baju untuk para penduduk. Membuat penduduk merasa dirinya adalah yang terindah setelah memakai baju jahitanku. Aku senang, sangat senang. Andaikan dirinya yang selalu disampingku. Siapa ? dirinya ? kau tau. Kekasihku. Entah berapa lama ia tak kembali. Aku sangat merindukannya. Dia tak mau pulang. Kerumah ini. Bersamaku. Padahal aku selalu melihatnya ditaman. Melihat-lihat pemandangan dan menghirup udara pagi. Dia sedikit berubah, namun aku tetap mencintainya.

Akhirnya aku menelepaskan helaian kain itu dan beranjak keluar. Sudah kudapati beberapa penduduk yang tersenyum padaku. Mereka memang ramah, aku menyukai mereka.

"Elli, selamat pagi !"

"selamat pagi, Mary…Karen…"

"oh, iya. Ibuku bilang apakah kau sudah menyelesaikan gaun ibuku ?"

"ayahku juga, celana panjangnya katanya"

"ah iya, aku sudah menyelesaikannya. Kalian mau mengambilnya sekarang ?"

"ah, nanti saja. Lagipula kami percaya padamu, daah Elli !"

Ah, orang-orang baik. Tentu saja aku juga mencoba baik pada mereka. Kurasakan angin berhembus dan membawaku ketaman itu. Melihatnya lagi. Aku merindukannya.

Selalu begitu, tampak tampan dengan kemeja putih dan celana hitamnya, aku suka stylenya. Sederhana namun tampak pantas padanya. Rambutnya yang hitam berkilauan tertimpa sinar matahari. Aku menyukainya, sangat mencintainya. Namu pemandanganku berubah…

Cantiknya…

"ah, Claire…"

"Trent, menunggu lama ya ? maaf…"

"tak apa, aku senang menunggumu"

"jangan merayu, ayo pergi"

Dan mereka beranjak. Itu…orang yang kucintai bersama wanita itu. Wanita yang sangat cantik itu, kuakui dia sangat cantik. Pakaiannya yang serba biru mengingatkanku pada langit pagi saat festival musim panas, rambutnya yang pirang berkilau diterpa sinar matahari, iris matanya yang indah menyerupai warna pakaiannya.

Tak kuasa aku menahan air mataku, kuharap aku bisa melupakan ini, namun ini sangat sakit. Lukaku menganga didalam hatiku. Kumasuki rumahku, meringkuk lemah.

Tapi aku harus berkonsentrasi pada pekerjaanku. Kuambil lagi gunting peninggalan nenekku dan melanjutkan pekerjaanku. Nenek bilang, semakin sering kita gunakan gunting itu akan semakin tajam dan bagus potongannya.

000===***===000

Aku terbangun dan mendapati atap rumahku. Kualihkan wajahku kearah jam dinding dikamarku. Pukul 06.00. Masih sangat pagi, namun kudengar banyak keributan diluar. Maklum, rumahku berbentut perumahan. Jadi masih berdekatan dengan tetangga lain. Kucoba mengeratkan baju tidurku dan mengintip keluar rumah. Ramai.

Tetangga mengerumuni sesuatu. Apa sih ?

"hm ? menakutkan sekali Elli, kau taukan Claire. Petani wanita yang sukses itu, dia mati. Entah siapa orang kejam yang tega membunuhnya" cicit Ann, salah satu temanku saat kutanyai.

Dia…wanita itu. Kulihat pria yang kucintai itu lagi. Memandang jasad tak bernyawa wanita yang cantik itu. Air mata berurai dari wajahnya. Tampak sedih sekali. Mengapa kau sebegitu sedihnya, tak pernahkan kau fikirkan aku yang selalu menunggumu ? dirumah kita ?. namun tak kupedulikan, saat ini dia sedang bersedih. Aku harus menenangkannya. Belum sempat kuhampirinya, seorang gadis menghampirinya.

Sungguh, dia tak kalah cantik dari wanita yang kau tunggu kemarin sebelumya. Rambutnya panjang bergelombang berwarna merah jambu tampak menggemaskan dengan rok lipit-lipit merah jambunya. Memeluk lembut tubuhmu dan tampak tenang kau dibuatnya.

"tenang…tenang…"

"tapi Popuri…C-Cl…"

Aku..sakit. melebihi apa yang kau rasakan. Kembali aku kerumahku, memasuki kamar mandi dan menyalakan shower. Membasuh diriku dan setelah itu aku harus kembali bekerja. Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan.

000===***===000

Aku menusukan jarum pertamaku. Menjahit beberapa helai kain untuk nona Manna. Dia memintaku menjahitkan gaun berwarna merah untukknya. Katanya untuk anaknya yang tinggal dikota lain. Kain merah yang kupotong tampakknya aneh. Seperti mempunyai motif berwarna merah. Entahlah mungkin saat kucuci nanti bercak itu hilang.

Diluar rumah terdengar keramaian lagi. Ada apa lagi ? kutinggalkan sebentar gaun setengah jadi milik nona Manna dan melangkahkan kakinya keluar.

"terjadi pembunuhan lagi ! hmm, tak kusangka Popuri yang ceria itu mati !" Mary tampak memeluk Karen disampingnya. Tampak ketakutan dengan pemandangan didepanya.

Tak mungkin, gadis itu…gadis berambut indah itu…

Tak kulihat kau disekitar. Kemana kau ?

"hei kudengar ayahnya juga dilarikan kerumah sakit karena shock. Huh, jika aku menikah nanti akan kujaga anakku baik-baik…"

Rumah sakit ?! kau benar-benar tak memikirkanku ternyata. Aku disini lebih lama menahan sakit dari pada kau. Air mataku tak dapat kutahan lagi.

000===***===000

Gaun nona Manna sudah selesai, namun aku ingin menambah estetikanya. Aku yakin nona Manna akan semakin puas jika gaunnya semakin cantik. Kuputuskan untuk membeli beberapa payet dan pergi ketoko aksesoris milik tuan Saibara. Dari pada toko tuan Won yang sangat mahal.

Disana…aku melihatmu, lagi. Dengan gadis lain. Kau menyisipkan dua pasang jepit rambut berwarna kuning berkilauan dirambut coklat gadis itu. Gadis yang sangat manis. Namun yang kuyakini sekarang adalah gadis itu beberapa tahun lebih muda darimu.

"ah, terima kasih !"

"sama-sama, May sayang…"

Akh! Apa yang kau fikirkan ! kau bahkan sekarang telah lelah dengan wanita dewasa ! apakah kau tak memikirkan aku yang menunggumu ? dirumah kita ?

Aku kembali melangkah keluar. Payet-payet yang akan kutempeli untuk nona Manna biar nanti saja. Toh aku takkan berkonsentrasi bekerja jika aku menangis. Namun aku akan baik-baik saja, ya, baik-baik saja. Kuambil gunting nenek dan sedikit mengasahnya. Kukerjakan pekerjaan selanjutnya.

000===***===000

Kau tidak pulang. Aku sangat merindukanmu. Lagipula sekarang pekerjaanku selesai. Jika kau tak mau pulang, apakah lebih baik aku menjemputmu untuk pulang ?

Kalau begitu aku akan mempersiapkan semuanya, kupakai pakaian terbaikku untuk menjemputmu, Trent.

000===***===000

"sepertinya ini pembunuhan berantai !"

"kita harus segera menemukannya !"

"sudah tiga korban dan itu semua membuat penduduk semakin terterror !"

"bagaimana, doctor ?"

"baiklah, tuan-tuan. Kuserahkan pada kalian"

"tak perlu bersedih, Trent. Kami akan membantumu"

"ya ! kami kuat !"

"ya, terima kasih, Kai…Rick…"

"patroli dimulaaiii !"

Teman Trent yang memakai bandana ungu itu mengomandoi. Sepertinya mereka akan melakukan patroli, membantu Harris. Sudahlah, apa yang kufikirkan, lebih baik kusampari kekasihku, Trent-ku.

"selamat malam…"

Kau tampak kaget. Kenapa ?

"s- selamat malam…" dan gugup. Hmph! Pasti karena sudah beberapa waktu ini kau tak pulang juga, kau terpana melihatku.

"bagaimana ? aku cantik ?"

"ah, ehm…kau…"

Dia tampak memerhatikanku. Menatap jepit rambutku, pakaianku dan rok yang kugunakan. Tampaknya ia menyukainya. Aku senang, ternyata hasil pekerjaanku berbuah manis. Aku mendudukan diri disampingnya.

"tidak kedinginan, Trent ?"

"ah…t- tidak. Tapi sebelumnya aku minta maaf…senang bertemu denganmu, tetapi aku sedang sedih. Kau…bisa katakan siapa namamu ?"

Kata-kata itu ! apa-apaan kata itu ! tidakkah kau sadari sangat tidak pantas kau mengatakan hal itu kepada kekasihmu sendiri !

"apa ? istriku sudah meninggal ! 2 anakku juga ! seseorang membunuhnya ! kau jangan macam-macam denganku ! aku sama sekali tak mengenalmu dan sekarang kau seakan bersikap kau ini kekasihku ! dan juga…pakaianmu mengingatkaku pada mereka !"

Tak kuasa aku menahan air mataku yang mengalir deras saat itu. Trent, kekasihku, berlalu didepanku sesaat setelah ia membentakku. Luka didadaku semakin membesar dan meninggalkan rasa sakit luar biasa.

Tak bisa, tak bisa kulanjutkan ! lebih baik aku kembali mengerjakan pekerjaanku. Aku mengganti pakaianku dan mulai bekerja lagi. Satu malam kuhabiskan dengan berkutat dengan pekerjaanku.

000===***===000

Lagi-lagi diluar ramai. Ah…pasti tentang pembunuhan berantai itu yah. Pasti ada yang terbunuh lagi. Sudahlah, tak perlu kufikirkan, lebih baik aku segera mengantarkan gaun merah pesanan nona Manna. Sebelum aku berangkat pergi menuju kediaman nona Manna, tak sengaja kakiku menyenggol guntingku dan membuatnya jatuh. Kuambil guntingku dan memerhatikannya dengan seksama.

"hmm…aneh, gunting ini…sejak kapan berubah warnanya…menjadi…warna yang sama dengan gaun nona Manna…merah…oh, mungkin ini yang membuat motif bercak darah di kain yang kugunakan untuk gaun nona Manna…lebih baik sebelumnya kucuci dulu…gaun ini…"

Entah mengapa aku sangat ingin tersenyum. Senyum bahagiaku seakan tak dapat kutahan. Setelah kucuci gaun milik nona Manna kuantarkan gaun itu. Nona Manna bilang ini sangat bagus. Ah…leganya mendapat pujian dari orang yang menikmati hasil kerjamu. Andaikan Trent, kau juga memujiku, mungkin sekarang kau juga takkan pergi jauh, bersama istrimu dan 2 anakmu itu.

Keatas.

Diantar oleh guntingku, gunting peninggalan nenek.

END.