disclaimer: naruto isn't mine

warning: au, ooc, absurd, pendek.

.

.

Pintu rumahnya diketuk. Sasori masih bisa mendengar ketukannya meski sedang di lantai dua. Ia terlalu malas membuka pintu. Heran, orang baik mana yang tidak memencet bel dan datang di jam enam ini. Lalu ia mendengar gedoran disertai tendangan dan diakhiri suara berisik bel yang ia pasang. Ck!

Ia mengambil kaos di lemarinya secara acak. Mengambil celana training untuk menutupi boxer tengkoraknya. Siapa pun yang datang itu pasti akan menerima kemurkaannya. Sasori hanya lelah dan benar-benar butuh istirahat. Man, dia bukan pengangguran yang bermalas-malasan. Ia punya pekerjaan yang harus ia urus dan ia hanya ingin tidur gantengnya tidak diusik oleh siapapun.

Siapapun bahkan kalau itu wanita kurus yang ada di hadapannya ini. Sasori mengangkat alisnya. Siapa?

"Akhirnya!" Wanita itu menatap Sasori dengan mata berbinar. "Saya sudah menunggu Anda dari tadi."

Sasori semakin menaikkan alisnya. Apa? Dari pengamatannya wanita ini memakai seragam yang ia tahu merupakan milik perusahaan logistik swasta. Ho, jadi dia kurir.

"Iya! Tadi ada paket untuk Anda."

Ok. Jadi kesimpulannya adalah sekarang dia harus bangun pagi dan membukakan pintu untuk kurir.

"Mana?" Ia bertanya, dengan muka paling bete yang bisa ia buat. Mana? Mana paketnya? Mana ada kurir nganter paket jam enam! Ia menggeram. Ia masih kesal karena tidurnya terganggu! Wanita itu merasa kebingungan dengan pertanyaan Sasori. Matanya bergerak-gerak gelisah dan ia menggaruk belakang lehernya.

"Heh, jangan bilang hilang." Ia sudah akan marah-marah. Tapi dia ingat dia tidak punya cukup tenaga untuk melakukannya. Terlampau lemah untuk menghadapi kenyataan.

"Uh, Anda sedang menunggu paket kan, um.. tuan Saicho?"

Yang sesungguhnya adalah Sasori tidak merasa menunggu paket. Dan dia bukan orang bernama Saicho itu. Kesal, Sasori berniat membanting pintu tanpa mengucapkan apa-apa. Tapi gagal, karena pintunya ditahan dengan lengan.

"Tunggu! Maafkan aku. Aku tahu kau bukan tuan Saicho. Tapi kau benar-benar punya paket."

"Dengar ya woman." Namaku Sakura, ia berteriak.

Sasori memgambil napas. Ia siap untuk meledak.

"Dan aku paketnya!" Dan ledakannya mengempes sangat cepat.

Mukanya menghitam. "Jangan konyol. Aku butuh istirahat sebagai pengganti 12 jam yang aku habiskan dalam 5 hari kerja ini dengan tidur sampai matahari terbit pada hari Senin tanpa ada siapapun yang mengganggu. Termasuk kau. Jadi pergi sekarang!" Maksud hati itu yang ingin ia katakan. Tapi ia kemudian berpikir lagi.

"Apa maksudmu dengan, aku paketnya." Ia bertanya hati-hati. Mungkin saja ini hanya rencana konyol Deidara, rivalnya yang tidak terima dengan kekalahan taruhannya.

"Aku akan menjelaskannya tapi biarkan aku masuk."

Dan tiba-tiba Sakura sudah masuk ke rumahnya. Sasori memerhatikan dari belakang dalam diam, mengunci pintu dan mengantongi kuncinya.

"Kau punya waktu sampai Senin untuk menjelaskannya," Sasori melepas kaosnya dan menyembunyikan seringainya, "Sakura."

Ia bertanya-tanya apa Sakura tahu rencana jahat yang dimilikinya.

.

.

ada yang berpikir betapa anehnya cerita ini. congrat! karena begitulah adanya.

masukan, saran dan kritik sangat diterima.

thanks for reading.