NARUTO FANFICTION
Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Warning: TYPO, OOC, and Death Chara (not in this chapter)
Pairing: NaruHina
#NHTD5misconception
goGatsu no kaze present
-WHITE CARNATION-
"Hinata tolong dengarkan aku baik-baik, ya," mata sapphire Naruto menatap tajam Hinata yang ada di hadapannya saat ini. Sedangkan Hinata mengangguk singkat tanpa mengucap sepatah katapun. Sudah lima belas menit lebih Naruto terdiam dan perkataan tadi adalah pemecah kebuntuan situasi mereka. Namun nampaknya Naruto masih sulit untuk berkata lebih banyak lagi.
"Okay, ano…, begini…," rupanya pemuda berambut blonde itu masih mencari-cari kata yang pas untuk diucapkan pada gadis bermata amethyst yang ada di hadapannya kini. "Eto…, argh sulit sekali!" geramnya.
"Tenanglah, Naruto-kun," ucapnya dengan nada penuh kelembutan. "Tutup matamu sekarang." Naruto mengikuti apa yang diminta Hinata. "Lalu tarik nafas sejenak dan buang perlahan lewat mulut. Sudah?"
Naruto mengangguk. Ketika ia membuka mata, perasaannya jadi lebih tenang. Kepalanya pun jadi dingin, "Okay. Begini, aku sudah menyukaimu sejak lama. Jadi, maukah…," pemuda itu terdiam sejenak seperti ada suatu benda yang mengganjal tenggorokannya. Ia berdeham sedikit untuk melegakan tenggorokannya tersebut dan mulai berbicara lagi. "Maukah kau menjadi pacarku?"
Naruto menutup matanya, menunggu jawaban dari Hinata. "Eto… mungkin mau," akhirnya Hinata menjawab.
"Hinata, kumohon jangan bercanda," rengeknya.
Hinata sedikit terkikik, "Kalau mengurangi rasa gugupmu dan lebih memperkaya kata-kata untuk merayu seseorang, mungkin dia akan menerimamu. Kalau aku jadi dia, mungkin aku akan meninggalkanmu sebelum kau membuka mata."
"Hinata!" wajah Naruto bersemu dan wajahnya sedikit ditekuk karena candaan Hinata. Pemuda itu menghela nafas berat, "Jadi menurutmu, Shion tak akan menerimaku?"
Gadis berambut indigo itu memasang pose berpikir, "Naruto-kun, Shion itu sangat dewasa untuk anak seumurannya. Lihat saja penampilannya yang elegan. Jadi cara bicaramu yang bertele-tele itu akan membuatnya bosan dan meninggalkanmu," jelasnya panjang lebar.
"Lalu aku harus apa?" kepalanya ia sandarkan ke bahu Hinata yang kini duduk disampingnya.
"Hentikan sikap manjamu padaku. Kalau dia lihat, dia akan salah paham," Hinata menggerakkan bahunya, berusaha mengusir kepala Naruto dari situ.
"Tapi bahumu sangat nyaman. Terkadang bahumu bisa menghilangkan rasa gugupku," kepalanya masih bersandar dibahu Hinata.
Gadis itu hanya bisa pasrah. Ia dan Naruto memang sudah saling akrab dari kelas satu hingga sekarang. Berarti mereka sudah berteman sejak dua tahun yang lalu. Hinata sangat mengerti, mengapa pemuda yang juga menjadi salah satu incaran para gadis di sekolahnya itu sangat akrab padanya. Alasannya hanya satu: Naruto ingin mengakrabkan diri dengan Hinata agar tahu bagaimana cara mendekati seorang gadis, yaitu Shion.
Ya. Dengan dirinya yang akrab dengan Hinata, Naruto bisa belajar untuk bagaimana caranya menakhlukkan gadis berambut pirang pucat itu. Sangat menyakitkan memang. Karena Hinata sendiri menyukai Naruto. Dan ia menyadarinya baru-baru ini.
Tedengar suara bel istrirahat telah berakhir, "Naruto-kun, kita harus segera masuk kelas." Hinata menggoyangkan bahu kanannya lebih kencang lagi agar kepala Naruto benar-benar meninggalkan bahunya.
"Hai', hai'. Kau ini, kepalaku sampai pusing, tahu," Naruto mengusap-usap kepalanya.
Hinata tersenyum, "Salah sendiri bersandar di bahuku." Hinata lalu berjalan meninggalkan Naruto yang masih mengusap-usap kepalanya.
-White Carnation-
Hinata membalik halaman bukunya dengan malas. Ternyata guru pada mata pelajarannya kali ini sedang tidak masuk. Kalau tahu begini, ia tak perlu buru-buru masuk ke kelas. Sekarang ia sudah sangat jarang bertemu Naruto. Kelasnya yang terpisah jauh serta kesibukan masing-masing membuat pertemuan mereka sangat sulit.
"Lagi-lagi dia menemuimu karena Shion?" ucap Tenten yang duduknya tepat di belakang Hinata. Gadis bermata amethyst itu hanya menoleh dan tersenyum tipis tanpa menjawab. "Huh, sudah kuduga," dengus Tenten.
"Dia tak punya urusan lain denganku kecuali yang berkaitan dengan Shion, Tenten-chan," ucapnya lesu.
"Kalau begitu beritahukan perasaanmu padanya. Aku yang melihatnya saja sudah gatal, tahu."
Hinata menghela nafas sejenak, "Aku tak ingin persahabatan kami rusak setelah itu. Naruto-kun hanya menyukai Shion, Tenten-chan."
"Tapi sepertinya dimata semua orang berbeda dengan apa yang kau ucapkan. Tak hanya aku, orang lain mengira kalau Naruto yang bodoh itu tergila-gila padamu. Dan firasatku juga berkata demikian." Hinata mengerti apa yang Tenten maksud. Keakraban mereka memang dianggap lebih dari sahabat oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan mereka yang tidak tahu hubungannya dengan Naruto yang sebenarnya pasti menyangka kalau mereka sepasang kekasih. Apalagi ketika mereka satu kelas saat kelas dua.
"Aku tak akan pernah mengatakannya, Tenten-chan. Lagi pula, masa belajarku di sekolah ini tinggal dua minggu lagi. Tak ada artinya. Jadi kumohon jangan dibahas lagi, ya." Tenten mengurungkan niatnya untuk kembali protes. Penekanan perkatan Hinata yang terakhir tadi menandakan kalau ia sudah tak mau diajak berdebat lagi. Tak terhitung sudah berapa banyak Tenten berkicau agar Hinata mengaku saja pada Naruto. Tapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Tenten kembali melanjutkan aktivitasnya yang sebelumnya, membaca majalah yang ia bawa dari rumah.
-White Carnation-
"Hey Baka, kau bermesraan lagi dengan Hinata?" ucap Sasuke ketika tak sengaja bertemu Naruto di depan pintu kelas mereka.
"Cih, siapa yang kau sebut Baka?" sanggahnya kesal.
"Bukankah baka namanya kalau tak bisa mengungkapkan perasaan sendiri pada orang yang disukai?" Sasuke berlalu masuk ke dalam kelas, meninggalkan Naruto yang kini tertunduk lesu.
Perkataan Sasuke sangat tepat sasaran. Ia memang orang paling bodoh sedunia yang tak bisa mengungkapkan perasaan pada gadis yang disukai padahal gadis itu sangat dekat dengannya. Ya, agar bisa mendapatkan Shion hanya sebuah alasan supaya Naruto bisa selalu bersama Hinata. Gadis yang sebenarnya ia sukai adalah Hinata. Gadis itu telah mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu. Namun Naruto terlalu malu untuk mengungkapkannya.
"Lalu, kemajuan apa yang kau dapat hari ini?" tanya Sasuke lagi ketika Naruto duduk di kursinya. Tempat duduk mereka memang bersebelahan.
Naruto hanya bisa diam. Sepertinya ia tak membuat satu kemajuan pun hari ini bahkan hari-hari sebelumnya. Padahal ia sudah bertekad untuk mengungkapkan perasaannya, tapi setiap bertemu Hinata topik pembicaraan selalu melenceng ke hal yang lain. Paling sering topik mengenai Shion. Semua itu memang salahnya. Ia sendiri yang berkata pada Hinata kalau ia menyukai Shion. Dan menjadi sahabatnya adalah cara tercepat agar ia bisa mendapatkan Shion. Alangkah bodohnya!
"Kau mau seperti ini selamanya?"
"Berkata itu mudah, Sasuke. Melakukan itu lebih sulit," ucapnya membela diri.
"Kau belum tahu ya, kalau Kiba juga menyukai Hinata? Akhir-akhir ini aku sering melihat mereka berdua bersama. Dan kulihat, Hinata merasa nyaman di dekat Kiba. Kalau kau tak membuat langkah awal yang baik, Hinata akan berakhir bersama Kiba. Apa kau mau?" Sasuke yang biasanya irit suara menasihati Naruto panjang lebar.
Naruto mengerti apa yang dimaksud Sasuke. Temannya itu tidak bermaksud untuk membuat Naruto menyerah, tapi malah sebaliknya. Namun, pemuda bermata sapphire itu bingung. Langkah apa yang harus ia ambil? Selama ini Hinata hanya menganggapnya sebagai teman, tak lebih. Ia tak ingin kehilangan Hinata hanya karena pengakuan bodohnya itu.
"Apa aku harus membuatnya cemburu, ya?" Naruto mengusap-usap dagunya, ia berpikir.
"Mana mungkin dia bisa cemburu. Memangnya kau yakin kalau ia juga menyukaimu?" sambar Sasuke seenaknya.
Temannya yang satu ini memang paling pandai membuat suasana hati seseorang menjadi buruk. Tapi kalau dipikir lagi, benar juga yang dikatakan Sasuke. Ia sendiri tak tahu apa yang Hinata rasakan terhadapnya. Mana mungkin gadis itu akan cemburu? Tapi apapun layak dicoba. Demi mendapatkan Hinata.
-White Carnation-
Naruto menunggu Hinata di depan kelas gadis itu. Ia mengetukkan jarinya ke dinding untuk mengusir rasa bosan dan rasa jengah karena terus dipandangi setiap siswi yang lewat. Ia merasa bagaikan satwa yang hampir punah di kandang kebun binatang, "Hinata, kau lama sekali," gerutunya pelan.
Tak lama kemudia gadis itu muncul dengan Tenten yang berjalan disampingnya. Langsung saja ia melambaikan tangannya pada Hinata, dengan senyuman khasnya yang bisa membuat siapapun meleleh, "Yo, Hinata!"
Hinata hanya bisa terdiam melihat Naruto yang menunggunya. Ini tidak biasanya. Sedangkan Tenten hanya bisa memberikan tatapan malasnya pada kedua orang itu. Gadis berambut coklat itu gemas dengan sikap Hinata dan juga pemuda blonde yang di depannya kini.
"Sepertinya dia ada perlu denganmu, Hinata. Ah, sepertinya mengenai Shion lagi," sindirnya. Gadis indigo itu lalu menyikut pelan lengan Tenten dan memberinya tatapan 'kumohon diamlah'.
"Hinata, jangan bilang kalau dia-" Naruto tak melanjutkan perkataannya yang terakhir.
Hinata hanya bisa mengangguk pelan, "Gomen, Naruto-kun. Tenten-chan sahabat baikku. Tak ada yang bisa kututupi darinya."
"Aku yang mendesak Hinata agar menceritakan semuanya. Jangan salahkan dia," bela Tenten. "Sepertinya aku harus pulang tanpa Hinata. Kalau begitu, jaa mata ne," Tenten meninggalkan mereka yang masih berada di depan pintu kelas. "Kalian berdua bodoh. Kalau saling suka seharusnya diungkapkan, bukan disembunyikan," gerutunya seraya berjalan meninggalkan sekolah.
-White Carnation-
"Yang mana, ya?" Naruto dan Hinata saat ini sedang berada di toko pernak-pernik. Sebelum mereka sampai di tempat ini Naruto memang sudah mengatakan pada Hinata kalau ia ingin membeli sesuatu untuk hadiah seseorang.
"Kirei," gumam Hinata ketika melihat kalung berliontin dengan bentuk tetesan air.
"Wah, kau pintar sekali memilih hadiah. Tak salah aku mengajakmu," tiba-tiba Naruto sudah berada di belakang Hinata yang sedang memandangi kalung tersebut.
"Eh?" Hinata tertunduk malu. Wajah Naruto terlalu dekat dengan wajahnya.
"Aku akan ambil yang ini. Shion pasti suka."
Jantung Hinata bagaikan berhenti seketika. Ia menggigit bibir bagian bawahnya dengan pelan. Tangannya sedikit gemetar. 'Ah, sudah pasti hadiah yang dia beli itu dia berikan pada Shion,' lirih batinnya yang kini terasa sakit.
"Kau kenapa, Hinata? Kenapa tiba-tiba jadi diam?" tanya Naruto. Ditangannya sudah ada kalung berliontin tetesan air tersebut. Kalung itu sangat indah. "Maukah kau mencobanya untukku?"
Ingin menangis rasanya ketika memakai benda yang ingin diberikan orang lain dari orang yang disukai. Namun Hinata menutupi itu semua dengan senyuman manisnya. Naruto mendekat dan memakaikan kalung itu di lehernya.
Terdengar suara nafas yang tertahan dari keduanya ketika kulit mereka saling bersentuhan. Panas menjalar seketika di tubuh keduanya. Mereka berdua berusaha saling menyembunyikan debaran jantung. Tapi tak mungkin, suaranya begitu kencang dengan jarak mereka yang begitu dekat. Namun keduanya sama-sama tak menyadari, karena sibuk dengan debaran jantungnya masing-masing.
"Kalung ini nampak lebih indah di lehermu, Hinata," ucap Naruto seraya menatap Hinata.
Pipi Hinata bersemu merah. Tapi ia kembali teringat kalau kalung ini bukan miliknya, "Tapi ini bukan milikku." Jari lentiknya melepas kalung tersebut lalu memberikannya pada Naruto.
Ada rasa sakit di dada Naruto ketika Hinata mengucapkan kata tersebut. Sebenarnya kalung yang ia beli sekarang memang untuk Hinata. Tapi lagi-lagi ia berdalih bahwa kalung itu akan ia berikan pada Shion. "Ya," balasnya singkat. Ia pun berjalan ke meja kasir untuk membayar kalung tersebut tanpa berkata apapun lagi. Argh, bodohnya ia!
"Hey, Hinata. Be-besok aku ingin mengungkapkan perasaanku," ungkapnya tiba-tiba.
"Pada akhirnya bukankah kau juga harus melakukannya, Naruto-kun?" ucap Hinata yang berusaha menanggapi setenang mungkin.
Tak ada percakapan lagi antara keduanya ketika mereka keluar dari toko tersebut. Mereka berdua berpisah di depan stasiun. Hinata melanjutkan perjalanannya dengan naik kereta karena rumahnya yang berada di kota sebelah, sedangkan Naruto mengambil sepedanya yang sengaja ia titipkan di tempat parkir untuk pulang ke rumah.
-White Carnation-
-TBC-
Holla, minna! Pada kaget ya kalo Kaze muncul publish fic baru?
Muahaha, gomen-gomen. Ini khusus event NHTD aja kok
Setelah itu, Kaze akan kembali bersemedi di Gua Ryuichido
Fic ini sedikit sekali, terlalu pendek. Yup! Anda benar! Karena fic ini akan aku bagi ke dalam dua chapter dan satu epilog. Jadi yang suka sama cerita multichap, jangan kecewa dulu
Yosh, terus dukung aku untuk membuat fic-fic yang lebih baik dan bagus lagi ya!
Adios!
*NB: Terimakasih untuk teman-teman FB-ku yang sudah mensupport dalam tiap penulisan karyaku. Walaupun biasanya hanya berupa candaan, tapi itu sangat berarti buatku. Arigatou gozaimasu!
